Pentingnya Early Warning Sistem

Indonesia akan memasuki tahun-tahun politik pada 2018 dan 2019. Tidak bisa dipungkiri, aktivitas politik dapat memanaskan keadaan di dalam masyarakat serta dapat memicu terjadinya konflik. Diperlukan tindakan preventif untuk mencegah konflik terjadi.

“Potensi konflik di berbagai daerah di Indonesia tidak dapat dihindari, apalagi menjelang Pilkada. Biasanya penanganan dilakukan setelah konflik mencuat ke permukaan. Tidak ada tindakan preventif. Ini yang menjadi latar belakang pemikiran saya menyusun buku Merawat Perdamaian, Metode Sistem Peringatan Dini Konflik,” terang Dr. Hadi Suyono, S.Psi.,M.Psi., dosen Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) ketika mengadakan jumpa pers di ruang sidang rektorat UAD, Kamis (8/2/2018).

Menurutnya, permasalahan yang berkembang menjadi konflik akan selalu muncul, tetapi harus ada tindakan pencegahan. Masyarakat Indonesia yang multikultural tidak cukup pandai dalam mengelola konflik, sehingga konflik sering terjadi hanya karena masalah sepele.

Kebhinekaan yang tersemat pada Indonesia membuat negara ini memiliki potensi konflik tinggi. Lebih lanjut, ia menerangkan, perlu penggunaan metode kearifan lokal, mediator yang mumpuni, serta berbagai pola untuk menangani konflik.

Dalam buku tersebut, Hadi Suyono menawarkan sebuah metode sistem peringatan dini konflik melalui pendekatan psikologi. Dengan metode yang ditawarkan, diharapkan mampu memberikan solusi sebagai upaya pencegahan konflik yang dapat menimbulkan perpecahan.

Early warning system atau sistem peringatan dini, fokus pada kajian yang bertujuan menghimpun informasi terkait potensi konflik dan tindakan preventifnya. “Metode yang ditawarkan berfungsi sebagai panduan ilmiah agar sistem peringatan dini yang diterapkan memiliki tingkat akurasi yang baik untuk meredam terjadinya konflik. Saat ini rumus mengenai sistem peringatan dini konflik sedang didaftarkan menjadi hak paten,” tandasnya. (ard)

25 Mahasiswa Terima Beasiswa BSM

Sebanyak 25 mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta menerima bantuan pendidikan berupa beasiswa dari Bank Syariah Mandiri (BSM). Rekanan UAD ini memberi bantuan pendidikan sejumlah 100 juta rupiah.

Dari keterangan Drs. Hendro Setyono, S.E., M.Sc., Kabid Kemahasiswaan BIMAWA, mahasiswa yang memperoleh beasiswa sudah melalui tahap seleksi yang ketat. Secara resmi bantuan pendidikan ini diserahkan kepada Rektor UAD, dan langsung diberikan kepada mahasiswa.

Penyerahan dilakukan di ruang sidang utama kampus 1 UAD, Jln. Kapas 9, Semaki, Yogyakarta, Senin (12/2/018). Turut hadir dalam acara tersebut Rektor UAD Dr. Kasiyarno, M.Hum., didampingi Wakil Rektor III, Dr. Abdul Fadlil, M.T.

“Terima kasih kepada BSM, kami sudah menyeleksi mahasiswa berdasar track record-nya selama di UAD. Semoga bantuan pendidikan ini menambah semangat dalam studi dan meningkatkan prestasi mahasiswa,” papar Kasiyarno.

Selain itu, ia berharap mahasiswa aktif mengikuti aktivitas di kegiatan ekstrakurikuler. Dari kegiatan tersebut, mahasiswa bisa mendapat Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI) yang akan bermanfaat saat sudah lulus nanti.

“Lulusan UAD harus punya keterampilan. SKPI dilihat siapa pun yang akan memakai jasa atau tenaga kalian. Ke depan, kami terus memberi pelayanan terbaik untuk mahasiswa, utamanya agar mahasiswa memiliki sertifikat bertaraf internasional.” Beasiswa BSM ini merupakan kali ketiga yang diterima UAD. Setiap tahun, ada beberapa beasiswa yang diberikan UAD maupun rekanan untuk meningkatkan kualitas dan prestasi mahasiswa. (ard)

The Phenomenon of Lunar Eclipse, the Synergy of Science and Religion

Ahmad Dahlan University (UAD) through Center for Astronomy Studies (Pastron) and Institute for Islamic Studies Development (LPSI) in collaboration with Majelis Tarjih and Tajdid of Central Leadership (MTT PP) Muhammadiyah held a scientific study and sunnah prayer on the event of lunar eclipse. The total lunar eclipse that occurred on Wednesday (31/1/2018) could be observed in all parts of Indonesia. It was started with penumbral lunar eclipse and ended with partial lunar eclipse. Overall, the lunar eclipse could last for more than 5 hours.

MTT PP Muhammadiyah stated that It is sunnah for muslims to conduct a prayer on the events of partial and total lunar eclipse, not including the penumbral lunar eclipse phase.

Rector of UAD, Dr. Kasiyarno, M.Hum., in his speech stated that such scientific studies will continue to be held, especially to support the development of science. In addition, according to him, the phenomenon of the lunar eclipse could be a moment to get closer to God.

"The phenomenon of lunar eclipses that occur today can be explained scientifically, do not associate it with superstitions or myths. On the other hand, there is the sunnah prayer which can be done by muslims on the event of lunar eclipse. This shows that science and religion have synergy. The event that was pioneered by Pastron and LPSI is a form of UAD's concern to educate the public," he said.

Meanwhile, although the lunar eclipse is not visible Yogyakarta, the people, UAD lecturers, employees, and students were still enthusiastic and gathered in UAD Mosque on Jln. Ringroad Selatan, Tamanan, Bantul. From the explanation of an expert of celestial sphere, Drs. H. Oman Fathurrahman SW., M.Ag., although the lunar eclipse is not visible in the sky, sunnah prayer still could be done.

"It is not a matter of being visible or not, but lunar eclipse events that we can use as a reminder of Allah SWT.," He explained while presenting in the scientific study after conducting the sunnah prayer.

On the other hand, Yudhiakto Pramudya, Ph.D., Head of UAD Pastron, said that a number of telescopes prepared by Pastron could not be used because the sky was cloudy. However, Pastron anticipated it by showing a stream of lunar eclipse in the American continent.

Members of Hisab Division and Science and Technology of Majelis Tarjih and Tajdid PP Muhammadiyah of the period of 2015-2020 advised people to be fond of astronomy by reducing light pollution. (ard / doc)

UAD Tujuan Utama Studi Banding UM Bengkulu

Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB) melakukan studi banding ke Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. Kunjungan ini dalam rangka sharing terkait pengelolaan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM). Dr. Rifai, M.Pd., perwakilan dari UMB dalam sambutannya menegaskan ingin menimba ilmu dari UAD yang beberapa bulan lalu meraih akreditasi A dari BAN-PT.

 

“Kami sudah melakukan studi banding ke beberapa PTM, dan UAD menjadi salah satu tujuan utamanya. Di sini kami ingin menimba ilmu terkait SDM, penjaminan mutu, finansial, dan beberapa hal lainnya,” terang Rifai ketika menyampaikan tujuannya di ruang sidang rektorat, kampus 1 UAD, Jln. Kapas 9, Semaki, Yogyakarta, Rabu (7/2/2018).

 

Sementara Wakil Rektor I, Dr. Muchlas, M.T., pada sambutannya menyampaikan pencapaian akreditasi A UAD karena kinerja yang baik dari semua elemen yang ada. Ia menekankan, salah satu upaya yang telah dilakukan adalah dengan adanya audit internal secara berkala.

 

“Selama setahun, kami melakukan audit tiga sampai empat kali. Ini sebagai kontrol agar tidak terjadi penyelewangan dan bertujuan menyelesaikan hal-hal yang dirasa masih perlu perbaikan,” tegasnya.

 

Pada pertemuan tersebut, Muchlas bersama Wakil Rektor II, Drs. Safar Nasir, M.Si., didampingi Kepala BPM, BIFAS, serta beberapa perwakilan dari biro dan lembaga lainnya yang ada di UAD. Selama beberapa tahun belakangan, sebelum meraih predikat akreditasi A, UAD mempertimbangkan matang-matang yang disarankan oleh stakeholder dan auditor. UAD menerima kritikan yang diberikan sebagai referensi untuk terus meningkatkan kualitas agar diakusi secara nasional dan internasional. (ard)

Milad ke-57, UAD Gelar Wayangan Semalam Suntuk

“Universitas Ahmad Dahlan (UAD) senang memiliki mahasiswa yang punya keahlian ndalang. Profesi dan keahlian ini sudah sangat langka. Wayang merupakan media yang bagus untuk berdakwah. Ki Anom Teguh Purwocarito merupakan satu dari 24 ribuan mahasiswa UAD yang bisa ndalang,” terang Rektor UAD, Dr. Kasiyarno, M.Hum., saat memberi sambutan dan membuka pagelaran wayang semalam suntuk di kampus 4 UAD, Jln. Ringroad Selatan, Tamanan, Bantul, Yogyakarta.

 

Pagelaran wayang yang dilangsungkan Sabtu (10/2/2018) dengan lakon “Semar Mbangun Kayangan” merupakan salah satu dari serangkaian kegiatan Milad UAD ke-57. Saat ini, Ki Anom tercatat sebagai mahasiswa semester IV Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Agama Islam (FAI) UAD.

 

Menurut Kasiyarno, UAD memiliki kewajiban mengenalkan dan memopulerkan mahasiswanya yang memiliki bakat seperti Ki Anom. Dalam beberapa kesempatan, dalang muda ini pernah ditampilkan saat Program Pengenalan Kampus (P2K) UAD, milad, dan kegiatan lain. Ia juga pernah mementaskan pagelaran wayang di Cilacap, Semarang, Klaten, serta beberapa wilayah di Yogyakarta.

 

Salah satu yang perlu digarisbawahi menurut Kasiyarno, meskipun UAD kampus Islam, tetapi tidak anti terhadap seni dan budaya. UAD memiliki berbagai macam kesenian dan budaya yang dilestarikan. Di antaranya kelompok gamelan, tari, teater, dan musik.

 

“Saat ini UAD juga sedang dalam proses membuat sebuah film. Khusus di bidang seni, sudah banyak wadahnya. Banyak juga mahasiswa yang berprestasi.”

 

Sementara, Ki Anom Teguh Purwocarito yang saat ini tinggal di Pondok Pesantren Al Maun Tegalayang, Caturharjo, Pandak, Bantul, mengatakan kemampuan ndalang diperoleh dari keluarga dan lingkungan masyarakat sekitarnya. Saat kecil, ia sering diajak nonton wayang oleh kakeknya. Laki-laki kelahiran Klaten ini mengaku sudah mulai belajar ndalang sejak kelas V SD.

 

“Di pondok, kemampuan saya lebih terasah. Selain mempelajari ilmu agama, saya terus mengembangkan kemampuan ndalang. Saya ingin melanjutkan cita-cita perjuangan Walisanga (Sunan Kalijaga). Dakwah Islam menggunakan media wayang,” ungkapnya yang belajar ndalang secara autodidak ini.

 

Sebagai orang Jawa, ia mengimbau masyarakat untuk melesarikan budaya. Dalang berusia 21 tahun ini tidak terima jika kebudayaan Jawa diklaim oleh negara lain. Hal yang membuatnya lebih tidak terima adalah ketika orang Jawa tidak melestarikan kebudayaannya sendiri. (ard)

UAD Tujuan Studi Kemahasiswaan UMS

“Beberapa tahun terakhir, dari pengamatan kami, peningkatan prestasi mahasiswa UAD cukup bagus. Sebagai sesama Perguruan Tinggi Muhammadiyah, kami ingin belajar pengelolaan kemahasiswaan dari UAD. Terutama kontrol terhadap mahasiswa.” Pernyataan ini disampaikan oleh Mahasri Shohabiya, M.Ag., Kepala Bagian IMM UMS.

 

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta mendapat kunjungan dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada Selasa (6/2/2018). Pertemuan dan diskusi perihal kemahasiswaan dilangsungkan di ruang sidang kampus 1, Jln. Kapas 9, Semaki, Yogyakarta. Turut hadir sebagai perwakilan dari UAD adalah Wakil Rektor III Dr. Abdul Fadlil, M.T., Kepala BIMAWA Dr. Triantoro Safaria, S.Psi.,M.Si.,Ph.D., dan Kabid Kemahasiswaan Drs. Hendro Setyono, S.E.,M.Sc.

 

Pada pembicaraan yang berlangsung, Abdul Fadlil menekankan pentingnya sinergi antar Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM). Menurutnya, hubungan yang baik antar-PTM akan berdampak pada peningkatan kualitas dan kuantitas PTM dalam persaingannya dengan Perguruan Tinggi Negeri (PTN).

 

Di sisi lain, terkait kemahasiswaan, ia menyarankan penanganan mahasiswa di PTM harus dimulai dari pengkaderan dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Dari pandangannya, IMM adalah pilar penting pengembangan PTM maupun Muhammadiyah di masa mendatang. Selain itu, yang tidak kalah penting adalah penyaluran bakat mahasiswa harus sesuai dengan bidang yang diminati.

 

“Selain membina, kami juga memfasilitasi. Artinya, kami mendukung kegiatan mahasiswa, baik Ortom maupun Ormawa yang bersifat positif dan berpeluang berprestasi. Kami mencoba memberi sarana dan prasarana yang memadahi, serta memberi reward bagi mahasiswa berprestasi,” tukasnya.

 

Hal penting yang perlu digarisbawahi dari kemahasiswaan di UAD adalah saat ini lebih mengedepankan audiensi daripada demonstrasi. Ada kedekatan dan hubungan harmonis antara mahasiswa dengan pimpinan. (ard)

Learn from History to Rise

The Postgraduate Program of Ahmad Dahlan University (UAD) Yogyakarta organized a book review entitled “Arab, Ancient Time, and Islam: From Trade Capitalism to Religious Capitalism”. This book written by Suwarsono Muhammad was reviewed by two experts, Prof. Dr. Musa Asy'arie from UMS and Dr. Yoyo, M.A., from the Master Program of Islamic Education (PAI) of UAD. The event took place on Saturday (3/2/2018) in the west hall of Campus 4 UAD on Jln. Ringroad Selatan, Tamanan, Bantul. The moderator of the event was Dr. Abdul Choliq Hidayat, M.Si., a lecturer of Management Master Degree of UAD.

In general, the reviewed book contains the ups and downs of civilization from economic and political points of view. According to Suwarsono, the ups and downs of a civilization could be something to learn from for a nation to rise and to advance.

"It is important to learn from history. We can look at China and see that in the past 5 decades, they can already rise again.  Islam and Indonesia should also be able to do so, which is learning from history. "

On the other hand, Prof. Dr. Achmad Mursyidi, M.Sc., Apt., UAD Postgraduate Director, in his speech emphasized the importance of religion-based science. Synchronization of both will bring changes for individuals and communities to advance the nation.

On the same occasion, Dr. Kasiyarno, M.Hum., UAD Rector, expressed his regret on the lack of book review events at UAD.

"Book review event is still scarce, but this is very important. By having and reading books, we will be able to increase our knowledge and can generate critical ability to the surroundings in this disruption era," he explained.

Speaking of capitalism, Kasiyarno considered this concept to be strong enough to affect religious habits, especially in terms of culture. He stated his opinion on the many scholars who do not want to donate knowledge to others and do not care about the state of social inequality. Such people only think about their worship to God regardless of the society where they live in. (ard)

Berhati-hatilah Mengonsumsi Obat

 

“Para konsumen tetap harus berhati-hati dalam mengonsumsi obat, baik melalui konsultasi maupun swedikasi, agar kesalamatan kesehatannya terjaga,” kata Dr. Norma Sari, S.H., M.Hum., dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD) saat Ujian Sidang Terbuka Promosi Doktor di Universitas Gadjah Mada (UGM), Rabu (31/1/2018).

Ketua Bidang Kader PP NA dan Anggota Majelis Pembinaan Kader (MPK) PP Muhammadiyah mengatakan, peraturan perundang-undangan di Indonesa belum sepenuhnya memberikan perlindungan kepada konsumen obat. Hal ini dapat dibuktikan dari adanya beberapa celah yang menjadi titik kelemahan sehingga perlu diperbaiki.

Dalam disertasinya, mantan Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah (PP NA) periode 2012-2016 ini turut mengkritisi Peraturan Presiden RI No. 44 Tahun 2016 tentang daftar bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka. Persyaratan dalam bidang penanaman modal, cenderung memberi peluang investor luar negeri menanamkan dananya 100% untuk bahan baku.

“Peraturan tersebut memberi dampak kepada investor dalam negeri yang semakin berat dalam bersaing. Harga bahan baku obat akan berada dalam kendali investor asing dan pada akhirnya konsumen yang menanggung beban tersebut. Masalah lain yang akan muncul adalah perihal terjaminnya penyediaan obat halal bagi konsumen,” ujarnya.

Selain itu, menurutnya, peraturan perundang-undangan di Indonesia terkait konsumen obat pada proses produksi serta konsumsi dinilai sudah melindungi. Namun, masih ada permasalahan terkait ditemukannya oknum-oknum yang melakukan gratifikasi.

Norma menyarankan pemerintah umtuk melakukan sinkronisasi beberapa peraturan agar tidak bertentangan secara vertikal maupun horizontal, sehingga pelaku memberikan apa yang menjadi hak konsumen obat dan menjalankan kewajibannya selaku pengusaha obat. (doc)

PBSI of UAD will Hold SEMNAS SAGA # 1

 

The Indonesian Language and Literature Education (PBSI) study program, Faculty of Teacher Training and Education (FKIP), Ahmad Dahlan University (UAD) will hold a national seminar on Pedagogic Literature and Language #1 (SAGA #1). Carrying out the theme of "The Advanced Paradigm of Indonesian Language and Literature Learning in the 21st Century", PBSI of UAD will present Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono as the main speaker. In addition to Sapardi Djoko Damono as a literary expert, PBSI will also present two experts of language learning and linguistic, Prof. Dr. Pujiastuti Suyata, M. Pd., and Prof. Dr. Harun Djoko Prayitno, M. Hum.

The subthemes will include the paradigm of Indonesian language and literature learning; Indonesian language and literature learning in the Internet era; evaluation of Indonesian  language and literature learning; Indonesian language and literature learning model; Indonesian language and literature learning media; Indonesian language for Foreign Speakers (BIPA); Indonesian language and literature policy; Indonesian language and literature learning philosophy; as well as Indonesian language and literature literacy learning.

Located at Hotel Grand Inna Garuda Malioboro, the national seminar will be held on Saturday, March 3rd, 2018. The deadline for the abstract acceptance will be on February 7th, 2018 and announcement of the abstract acceptance will be on February 10th, 2017. Selected papers at the national seminar will be published in the proceedings of the Online Journal System (OJS). Registration and abstract submission can be done through www.semnas.pbsi.uad.ac.id web page. (dev)

Suka Kepo, Mahasiswi UAD sampai Papua Barat

Anisyah Rachmaningtyas, harus menerima keadaan hidup jauh dari sinyal komunikasi, listrik, dan sumber air. Mahasiswi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta ini menjelaskan bahwa dirinya suka kepo dengan kehidupan di pedalaman. Dan sekarang, ia benar-benar tahu seperti apa kondisi nyata daerah pedalaman.

Beberapa pekan lalu, ia mengikuti program pengabdian masyarakat dari Youcan Empower Indonesia bersama dengan delegasi dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Delegasi ini ditempatkan di Papua Barat sejak 16-29 Januari 2018. Untuk dapat mengikuti program dan masuk ke dalam tim delegasi, harus menempuh seleksi yang ketat.

Amma, mahasiswi Pendidikan Matematika UAD beserta rombongan ditempatkan di Desa Warengkris, Kecamatan Waisai, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Dari penjelasannya, ada beberapa tim yang terbagi ke dalam beberapa divisi.

“Divisi pendidikan mengajar di sekolah, mengajar mengaji, dan bermain bersama seperti menggambar, origami, kerajinan tangan, serta lainnya. Divisi ekonomi mengadakan bazar murah dan pemberdayaan pengolahan sumber daya alam. Divisi lingkungan menyelenggarakan program papanisasi, bersih desa, pembuatan TPA. Sementara divisi kesehatan mengadakan praktik dan sosialisasi pembiasaan hidup sehat, senam sehat bersama, dan pemeriksaan kesehatan,” paparnya.

Mengajar di sekolah pedalaman dan bertemu penduduk asli sangat menyenangkan. Baginya, yang paling berkesan ketika anak-anak disuruh menyanyi lagu kebangsaan dan lagu-lagu nasional, mereka sangat antusias dan hafal.

“Pengalaman di sana sangat mengesankan. Benar-benar membuktikan nusantaranya Indonesia. Anak-anak di sana sekolah atau pendidikannya terbatas. Pakaian seadanya, tidak memakai alas kaki, buku tulis satu orang satu untuk semua pelajaran, dan jauh dari akses manapun. Di sisi lain, mereka sangat menyukai lagu anak-anak.”

Ketika ditanya alasan mengikuti program ini, Amma menjelaskan karena hati nurani. Ia menyukai kebudayaan Indonesia dan sangat kepo terhadap kehidupan di pedalaman. Selain itu, orang tuanya juga mendukung. Amma mengaku, hidup di pedalaman membuatnya sangat fokus terhadap pekerjaan dan dalam melakukan segala hal. Banyak yang telah dicapai sesuai dengan tujuan karena tidak terganggu dengan dunia digital.

“Sebenarnya dari Youcan Empower itu ada dua lokasi, di Raja Ampat Papua Barat dan Atambua Nusa Tenggara Timur. Nah, kalau di NTT Ibu sama Ayah kurang mendukung karena lokasinya berbatasan dengan Timor Leste yang rawan konflik. Jadi, orang tua lebih mengizinkan di Raja Ampat.” (doc/ard)