UAD Sigap Atasi Perjokian PMB Kedokteran

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta berhasil menggagalkan praktik perjokian pada penerimaan mahasiswa baru (PMB) Fakultas Kedokteran (FK) gelombang tiga, Minggu (29/7/2018). Sebelumnya, pada gelombang pertama juga diketahui dua orang menjadi joki ujian.

Modus yang digunakan pada PMB FK gelombang tiga menggunakan rekayasa alat komunikasi visual dan suara. Barang bukti yang ditemukan di antaranya earpiece, aki, pemancar sinyal ke earpiece, gawai, jaket, tas, mini kamera, dan lain-lain.

Dr. Wahyu Widyaningsih, M.Si.,Apt. Kepala Biro Akademik dan Admisi (BAA) menjelaskan, sembilan orang tertangkap melakukan kecurangan dengan membawa alat-alat yang dilarang dibawa saat ujian.

“Kami memperketat penggeledahan untuk mengidentifikasi barang-barang yang tidak boleh dibawa saat ujian PMB UAD. Pada kasus yang kami temui, mereka menggunakan sejenis alat bantu pendengaran yang ditanam di telinga,” jelas Wahyu.

Penanaman alat ini cukup dalam, sehingga sulit untuk dideteksi. Pengambilannya juga harus menggunakan alat khusus, bahkan harus operasi. Ditengarai, ada peserta yang memotret soal dan mengirim kepada tim khusus yang menjawab soal dari luar. Kemudian jawaban dikirim via pesan suara.

Dari informasi yang dihimpun BAA UAD, rata-rata para calon mahasiswa membayar 10 juta rupiah untuk bisa memperoleh akses perjokian ini. Bahkan, ada satu orang yang mengaku harus membayar 150 juta jika sudah diterima.

Melengkapi keterangan Wahyu, Imam Azhari, S.Si.,M.Cs., Kepala Bidang Administrasi dan Evaluasi Akademik UAD mengungkapkan, jaringan perjokian di PMB FK UAD cukup rapi.

“Mereka bukan orang biasa, bisa dikatakan orang-orang ini adalah mafia perjokian. Sebab, alat-alat yang digunakan tergolong mudah ditemukan di pasaran. Permasalahannya, mereka dapat merangkai dan memanfaatkan alat tersebut untuk kepentingan tertentu,” tandas praktsisi IT UAD ini.

Imam mengaku timnya bekerja sama dengan Biro Sistem Informasi dan Komunikasi (Biskom) UAD sudah berusaha melacak para joki, tetapi tidak ditemukan.

Sementara Rektor UAD, Dr. Kasiyarno, M.Hum. menegaskan tidak akan ada ujian ulang PMB FK UAD. “Sekalipun fakultas baru, kami menunjukkan bahwa kami serius menyeleksi mahasiswa dengan ketat. Mahasiswa yang masuk UAD harus memiliki kualitas yang unggul,” jelasnya di kampus 1 UAD, Jln. Kapas 9, Semaki, Yogyakarta.

Ia menambahkan, UAD siap dan sigap mengantisipasi praktik perjokian. “Ke depan modus lain mungkin akan lebih banyak, tapi kami akan sigap mengantisipasi.”

Kasiyarno memastikan tidak ada orang dalam yang terlibat. Untuk calon mahasiswa yang ketahuan menggunakan jasa joki akan masuk di daftar hitam UAD.

Dalam kasus praktik perjokian ini, UAD pernah melaporkan ke kepolisian setempat. Namun, tidak bisa diproses lebih lanjut karena tidak ada payung hukum yang bisa menjerat perjokian ini. (ard)

PIKO Adakan Workshop untuk TTK

 

 

Workshop atau pelatihan ini merupakan agenda rutin dari Pusat Informasi dan Kajian Obat (PIKO). Workshop ditujukan untuk Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK),” ungkap Dr. dr. Akrom, M.Kes. saat ditemui di depan laboratorium farmasetika.

 

PIKO adalah salah satu penelitian yang ada di bawah Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LPPM),yang dikelola oleh Fakultas Farmasi. Selain itu, PIKO menjadi salah satu wadah bagi masyarakat dalam mengimplementasikan penelitian khususnya di bidang farmasi. TTK atau biasa disebut dengan asisten apoteker bertugas untuk menerjemahkan resep obat, menyediakan obat, hingga penggunaan obat.

 

Kegiatan yang bertajuk Peningkatan Keterampilan Teknis Dispensing di Pelayanan Primer: Good Dispensing Practiceberlangsung selama dua hari yaitu pada Sabtu dan Minggu, 28 dan 29 Juli 2018, berlokasi di laboratorium farmasetika kampus 3 Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Peserta yang turut hadir dalam kegiatan ini berjumlah lebih dari 35 orang.Di antaranya TTK dan apoteker dari berbagai Rumah Sakit (RS), seperti RS PKU Muhammadiyah Kota Yogyakarta, RS Bethesda, RS Hardjolukito, UPT Puskesmas Panggang, UPT Puskesmas Tepus, hingga RS Kebumen.

 

Materi mengenai perakitan dan penyerahan obat atau dispensing and compounding menjadi materi pembuka, yang disampaikan oleh Muh. Muhlis, Sp. FRS., Apt. Pengenalan Evidence Based Medicine (EBM) disampaikan oleh Dr. dr. Akrom, M.Kes. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) disampaikan oleh Ana Hidayati, M.Sc., Apt. Monitoring efek samping obat pada pelayanan primer disampaikan oleh Lolita, M.Sc., Apt., dan kegiatan yang terakhir merupakan studi kasus serta simulasi disampaikan oleh Hendy Ristiono, M.P.H., Apt. 

 

“Dalam studi kasus ini, peserta diminta untuk menentukan permasalahan, kemudian dicari solusinya dengan memberikan rekomendasi perbaikan dan disimulasikan dengan cara dipraktikkan. Jika sudah dipraktikkan, maka akan dilakukan evaluasi bersama fasilitator. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui kekurangan dari masing-masing kelompok, kemudian diberitahukan untuk perbaikan yang seharusnya dilakukan,” papar Hendi Ristiono selaku pemateri sekaligusdosen dari Fakultas Farmasi. 

 

Monitoring efek samping obat, merupakan hal yang harus diperhatikan untuk TTK dan apoteker. Ini untuk mengetahui mengenai efek samping dari obat yang telah dikonsumsi. 

 

“Seringnya, TTK dan apoteker tidak sampai pada monitoring, padahal itu merupakan tuntutan yang harus dikerjakan,” lanjut Hendi. 

 

Akrom yang memiliki rutinitas mengajar di Fakultas Farmasi sekaligus dokter umum di RS PKU Muhammadiyah Kota Yogyakarta juga menyampaikan harapannya dalam kegiatan ini. 

 

“UAD bisa mempunyai kontribusi secara langsung dengan membantu membenahi ketika praktik. Selain itu, ketika pelayanan belum sesuai dengan kode etik dan moral, kita bisa membenahi supaya pelayanan di masyarakat menjadi lebih baik dan kehidupan masyarakat semakin meningkat,” tutupnya. (sch)

UAD Luluskan 1020 Wisudawan Periode Juli 2018

 

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta meluluskan 1020 wisudawan pada sidang senat terbuka dengan acara wisuda sarjana dan pascasrajana. Prosesi ini berlangsung di Jogja Expo Center (JEC), Sabtu (28/7/2018).

Sebanyak 916 wisudawan dari S1 dengan rerata Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,4, naik 0,08 poin. Sementara 104 lainnya wisudawan S2 dengan rerata IPK 3,7, naik 0,02 poin.

Hingga sekarang, jumlah lulusan UAD sudah mencapai 43.742, dengan 1319 di antaranya dari program pascasarjana. Wisudawan terbaik dengan IPK 3,97 atas nama Rachmat Bagus Wibowo dari program studi Akuntansi. Terbaik kedua Deviani Nurul Khasanah program studi PGSD dengan IPK 3,96. Sementara terbaik ketiga Cahaya Annisaa Fathonah dari program studi Teknik Industri dengan IPK 3,95.

Sementara lulusan tercepat atas nama Inda Asriani dari program studi Farmasi dengan masa studi 3 tahun 6 bulan 23 hari. Sedangkan lulusan termuda ialah Umratun Makmur program studi S1 Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) yang lulus pada usia 19 tahun 7 bulan 3 hari. Masing-masing memiliki IPK 3,89 dan 3,77.

Pada prosesi sidang kali ini juga ada empat mahasiswa asing yang ikut diwisuda. Mereka adalah Leng Licheng program studi PBI S2, Wu Junhong dan Liang Jibing program studi Manajemen Pendidikan. Ketiganya berasal dari Tiongkok. Keempat ada Mus-Ab Buenae, program studi Magistet Psikologi. Ia merupakan putra dari Muhammad Alawee, seorang anggota parlemen daerah di Thailand.

Rektor UAD, Dr. Kasiyarno, M.Hum. dalam pidatonya menyampaikan terima kasih kepada seluruh orang tua wali wisudawan yang telah menguliahkan putra-putrinya di UAD.

Ia berharap lulusan UAD nantinya memiliki prestasi yang lebih gemilang di tengah masyarakat. "Tingkatkan keilmuan dan keterampilan supaya bisa bersaing di era yang kompetitif ini. Dan yang paling penting tetap menjaga karakter. Jangan sampai ada lulusan UAD terjaring KPK," ungkapnya serius.

Kasiyarno menginginkan mahasiswa yang pernah kuliah di UAD memiliki jiwa kewirausahaan. Supaya bisa menciptakan lapangan pekerjaan dan memberi pekerjaan untuk orang lain sesuai dengan bidang yang dikuasai. (ard)

 

Pastron UAD Abadikan Blood Moon

 

Pusat Studi Astronomi (Pastron) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengabadikan gerhana bulan total "Blood Moon" atau bulan merah, Sabtu (28/7/2018) dini hari. Gerhana bulan kali ini merupakan gerhana terlama abad 21 dengan durasi 1 jam 43 menit.

Gejala bulan merah terjadi karena pengaruh visual ketika cahaya matahari tersaring ke dalam atmosfir dan warna merah serta jingga terproyeksikan ke Bulan. Sementara durasi yang lama dikarenakan Bulan bergerak melewati bayangan tengah Bumi yang merupakan titik bayangan paling lebar.

Gerhana bulan kali ini terlihat lebih kecil dari biasanya, sebab Bulan sedang berada di jarak terjauh dengan Bumi. Gerhana dimulai sejak pukul 00.13 WIB dan akan berakhir pada 06.30 WIB. Sementara gerhana bulan total berlangsung selama 103 menit sejak 02.30 hingga 04.13 WIB.

Pada kesempatan ini Pastron UAD menyediakan teleskop bagi masyarakat umum yang ingin menyaksikan gerhana bulan dan menyediakan siaran langsung menggunakan proyektor. Kegiatan berlangsung di kompleks kampus 4 UAD, Jln. Ringroad Selatan, Tamanan, Bantul, Yogyakarta.

Di sisi lain, Masjid Islamic Center UAD juga menyelenggarakan salat dan pengamatan gerhana dengan Imam Nur Kholis, S.Ag.,M.Ag. dan Khatib Prof. Dr. Syamsul Anwar, M.A. dari Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Turut hadir dan mendukung kegiatan ini Wakil Rektor III Dr. Abdul Fadlil, M.T. (ard)

 

UAD CIRNOV Cooperates with TNI AD Dislitbang to Make Surface-to-Air Missile

Mastery of the main weapon system (alutsista) technology capable of warding off all threats and enemy attacks is an absolute necessity that a country must possess. Missile as one of the most powerful weapons to fight off flying targets is a vital weapon that Indonesia, as a nation, must own.

Starting from the fiscal year of 2018, Indonesian National Armed Forces (TNI AD) began a partnership with Center for Integrated Research and Innovation (CIRNOV) of Universitas Ahmad Dahlan (UAD). The cooperation includes the making and development of caliber 70 missiles that can hit targets such as aircraft, drones, and the like with high speed.

The Head of CIRNOV UAD, Prof. Hariyadi explained that the manufacture of missiles that could hit targets in the air had been started in 2016 and had been successfully tested every year for improvement.

"This creation has the support of PT PINDAD as well as from Pustekbang LAPAN for aerodynamic and telemetry tests as the implementation of existing cooperation agreements. The locally-produced missile, which is currently being tested, is a high speed caliber 70 missile and is the first missile made by Indonesia, given that the many shooting tests that have been conducted are for domestic ballistic rockets that do not pursue targets," Hariyadi said.

The missile that is being made by TNI AD Dislitbang is an anti-aircraft type missile categorized as short-range missile of up to 4,000 meters range with fire-and-forget technology. This missile is in the same class as anti-aircraft shoulder-fired missile made by Russia (Strela), USA (Stinger), and China (QW).

The technology used by the missile enables the seeker to lock the targeted targets accurately using infrared light detection. And then, along with the sub-control system, it will make a maneuver movement directed to the target.

"Therefore, there needs to be mastery of optical physics and adequate materials to become skilled at this type of seeker technology. The missile control system that moves very fast, exceeding the speed of sound in pursuing fighter aircraft is not easy to make considering the vast number of things that must be mastered," he said.

Hariyadi added that things that must be mastered included aspects of missile stability during flying in extreme conditions, high air pressure, the missile weight that changes with the combustion of booster rocket, as well as rapid seeker responses. Therefore, technological capability is required which is very different from control technology in robots that move relatively slow, as seen in many robot contests.

As one of the stages of the missile-making process, a characteristic test of rocket propellant material had been carried out at a firing range of TNI AD Dislitbang Laboratory, Batujajar, Bandung, West Java on July 20th, 2018. This test is essential to know the performance of missile-inducing rockets that must be adjusted to the control system in which there are seeker, fin, stabilizer, and others.
The test was attended by officials of TNI AD Dislitbang, namely Kasubdisiptek (Colonel Cba Hermanto), Ka Lab (Colonel Cpl Simon PK), Kabagjitek (Lieutenant Colonel Inf. Edi Sujarwoko), Kasublab (Lieutenant Colonel C. Chaerul Harahap), Kasublab Rekayasa (Lieutenant Colonel Chb Sukamto), a team from the Polytechnic of TNI AD Kodiklat and a team of consultants from UAD CIRNOV, with Prof. Hariyadi as the Chief.
The test using the existing lab facilities in Batujajar is a development concept instructed by TNI AD Kadislitbang, Brigadier General D. Doetoyo, S.E., M.M., as one of the people who have an important role in the development of defense and security research. With the existing lab optimization and development, a variety of technological product innovations will be achieved, especially the defense equipment needed by TNI as the state defense and security force.
In the future, Dislitbang TNI AD and UAD CIRNOV have a big plan of research development as well as producing 70 caliber missile, as explained by Ir. Triono Priohutomo, M.T. (Project Manager) and Ir. Supardi (Engineer) from UAD CIRNOV Consulting Team.
It is expected that with the strategic research that has been successfully carried out, in the next few years the Dislitbang TNI AD is able to make and produce their own anti-aircraft missiles that are easy to operate, relatively cheap, anti-embargo, according to TNI posture which will be able to strengthen the defense system to improve the quality high technology weapon system and are made by Indonesia. (doc)

CIRNOV UAD dan Dislitbang TNI AD Kerja Sama Buat Rudal Sasaran Udara

Penguasaan teknologi alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang mampu menangkal segala ancaman dan serangan musuh merupakan kebutuhan mutlak yang harus dimiliki suatu negara. Rudal atau peluru kendali sebagai salah satu alutsista yang ampuh untuk melumpuhkan sasaran terbang merupakan senjata vital yang perlu dikuasai dan dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Mulai tahun anggaran 2018, Dislitbang Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) memulai kerja sama dengan pusat riset Center for Integrated Research and Innovation (CIRNOV) Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Kerja sama tersebut dalam hal membuat dan mengembangakan rudal kaliber 70 yang mampu menghantam sasaran seperti pesawat, drone, dan sejenisnya dengan kecepatan yang tinggi.

Kepala CIRNOV UAD, Prof. Hariyadi menjelaskan, pembuatan rudal yang dapat mengejar sasaran di udara sudah dilakukan mulai tahun 2016 dan telah berhasil diujitembakkan tiap tahunnya untuk penyempurnaan.

“Pembuatan ini mendapat dukungan dari PT PINDAD, juga dari Pustekbang LAPAN untuk uji aerodinamik dan telemetri sebagai implementasi perjanjian kerja sama yang telah ada. Uji tembak rudal produk lokal tersebut merupakan rudal kaliber 70 dengan kecepatan tinggi yang pertama kali dibuat anak bangsa Indonesia, mengingat selama ini uji-uji tembak banyak dilakukan untuk roket-roket balistik dalam negeri yang tidak mengejar sasaran,” papar Hariyadi.

Rudal yang sedang dibuat oleh Dislitbang TNI AD merupakan rudal jenis anti pesawat terbang dengan kategori jarak dekat (short range) hingga jangkauan 4.000 meter dengan teknologi menembak sasaran tanpa harus memandunya (fire and forget). Rudal ini sekelas rudal panggul anti pesawat buatan Rusia (Strela), USA (Stinger), dan Tiongkok (QW).

Teknologi yang digunakan rudal ini memungkinkan bagian pencari sasaran (seeker) mengunci sasaran yang telah dibidik secara akurat menggunakan deteksi pancaran sinar infra merah. Kemudian bersama dengan sub sistem kendali akan melakukan manuver gerakan untuk mencapai sasaran.

“Untuk itu diperlukan penguasaan ilmu fisika optik dan material yang memadai untuk dapat menguasai teknologi seeker jenis ini. Sistem kendali rudal yang bergerak sangat cepat melebihi kecepatan suara dalam mengejar pesawat tempur tidak mudah dibuat mengingat banyak hal yang harus dikuasai,” tandasnya.

Hariyadi menambahkan, hal yang harus dikuasai seperti aspek kestabilan rudal selama terbang dalam kondisi ekstrem, tekanan udara yang besar, berat rudal yang berubah seiring dengan pembakaran bahan roket pendorong, juga respons seeker yang harus cepat. Oleh karenanya diperlukan kemampuan penguasaan teknologi yang sangat berbeda dengan teknologi kendali pada robot yang bergerak relatif lambat sebagaimana yang selama ini biasa lihat di banyak kontes-kontes robot.

Sebagai salah satu tahapan proses pembuatan rudal, telah dilakukan uji karakteristik bahan propelan roket yang dilakukan di Lapangan Tembak, Laboratorium Disltibang TNI AD, Batujajar, Bandung, Jawa Barat pada 20 Juli 2018. Uji ini sangat penting untuk dapat mengetahui performansi roket pendorong rudal yang harus disesuaikan dengan sistem kendali yang di dalamnya ada bagian seeker, sirip, stabiliser, dan lainnya.

Kegiatan uji tersebut dihadiri oleh pejabat Dislitbang TNI AD yaitu Kasubdisiptek (Kol. Cba. Hermanto), Ka Lab (Kol. Cpl. Simon P.K.), Kabagjitek (Letkol. Inf. Edi Sujarwoko), Kasublab uji (Letkol. Czi. Chaerul Harahap), Kasublab rekayasa (Letkol. Chb. Sukamto), tim dari Politeknik Kodiklat TNI AD dan Tim konsultan dari CIRNOV UAD yang diketuai oleh Prof. Hariyadi.

Kegiatan uji menggunakan fasilitas lab yang ada di Batujajar merupakan konsep pengembangan yang diinstruksikan oleh Kadislitbang TNI AD Brigjen TNI D. Doetoyo, S.E., M.M. sebagai salah satu ujung tombak pengembangan riset-riset pertahanan dan keamanan. Dengan optimalisasi dan pengembangan lab yang ada maka akan dapat diperoleh berbagai inovasi produk teknologi khususnya alutsista yang dibutuhkan oleh TNI sebagai kekuatan pertahanan dan keamanan negara.

Ke depan, pihak Dislitbang TNI AD dan CIRNOV UAD telah memiliki rencana besar pengembangan riset hingga produksi rudal kaliber 70 sebagaimana disampaikan oleh Ir. Triono Priohutomo, M.T. (Project Manager) dan Ir. Supardi (Perekayasa) dari Tim Konsultan CIRNOV UAD.

Diharapkan dengan riset strategis yang sudah berhasil uji tembak ini, beberapa tahun ke depan Dislitbang TNI AD mampu membuat dan memproduksi sendiri rudal anti sasaran udara yang mudah dioperasikan, relatif murah, anti embargo, sesuai postur TNI yang akan dapat memperkuat sistem pertahanan untuk peningkatan kualitas alutsista teknologi tinggi buatan dalam negeri. (doc)

 

Photovoice of Street Children at UAD

 

The Faculty of Psychology of Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, in collaboration with University of South Africa (UNISA) conducted a research on "Voicing and Empowering the Vulnerable Group through Indigenous Community Psychology". The implementation of this collaboration was a photovoice exhibition.

The first photovoice exhibition took place last April with female lecturers and staff of the Faculty of Psychology as participants. Meanwhile, the second one featured street children in Yogyakarta. Before displaying the results of the photovoice, the street children attended workshops for three days from July 9 to July 11, 2018.

The research was funded by LPPM UAD and involved lecturers from UAD and UNISA. Among them were Prof. Mohammed Seedat from UNISA, Dr. A.M. Diponegoro, Elli Nurhayati, Ph.D., and Dessy Pranungsari, M.Psi from UAD.

The subjects of the study were eight female street children in Yogyakarta and they were included as a part of the research team to determine the theme of photography and the preparation of photovoice works exhibition.

Elli Nurhayati, representing the researchers explained that the photovoice exhibition involved female street children to commemorate the national child's day on 23rd of July. "This activity is to see the other side of the lives of Indonesian street children. Many of them must be on the streets to survive. Some even have their own children. "

She emphasized that there was still a lot of things to do in Indonesia, especially concerning children. Street children have the right to get education and live well, just like children in general. She expressed her wish that with the photovoice exhibition, people would care more about street children.

The photovoice exhibition was held at green hall of UAD campus 1 on Jln. Kapas 9, Semaki, Yogyakarta on Saturday (7/21/2018) featuring eight street children aged 12-18 who worked every day at lesehan kopi jos, along the Malioboro street and the north town square of Yogyakarta.

These street girls have been introduced to photography and how to make narration. They also had daily matters discussion, photo taking practice, and photo discussion for the exhibition. In addition, these children were also invited to use photography as a tool to voice and convey issues that impact their lives.

Mustika, one of the participants expressed her difficulties while taking pictures. "It's hard when there are so many people passing by, the result was dark, and it was also difficult when people nudged me while taking pictures. The most difficult one was when I tried to make a narrative to explain the photo," explained the 14-year-old girl.

From what she expressed, after making the narration and photographs, she was relieved, because she could share and showed her life on the streets to people. Mustika also enjoyed getting new knowledge, even though she and her friends only took pictures by using simple devices. (ard)

Photovoice Anak Jalanan di UAD

Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta bekerja sama dengan University of South Africa (UNISA) mengadakan penelitian “Voicing and Empowering the Vulnerable Group through Indigenous Community Psychology”. Implementasi dari kerja sama ini berupa gelar photovoice (suara foto).

Gelar photovoice pertama telah berlangsung April lalu dengan peserta dosen dan karyawan perempuan di Fakultas Psikologi. Semantara yang kedua, peserta merupakan anak jalanan perempuan di Yogyakarta. Sebelum memamerkan hasil photovoice, para anak jalanan mengikuti workshop selama tiga hari sekali 9-11 Juli 2018.

Penelitian ini didanai LPPM UAD melibatkan dosen dari UAD dan UNISA. Di antaranya Prof. Mohammed Seedat dari UNISA, Dr. A.M. Diponegoro, Elli Nurhayati, Ph.D., dan Dessy Pranungsari, M.Psi, ketiganya dari UAD.

Penelitian ini mengambil subjek delapan anak jalanan perempuan di Yogyakarta dan mengikutsertakannya sebagai bagian dari tim peneliti untuk menentukan tema foto dan persiapan pergelaran karya photovoice.

Elli Nurhayati, mewakili peneliti menjelaskan, gelar photovoice yang menggandeng anak jalanan perempuan tersebut untuk memperingati hari anak nasional pada 23 Juli. “Kegiatan ini untuk melihat sisi lain kehidupan anak-anak jalanan Indonesia. Banyak dari mereka yang harus berada di jalanan untuk menyambung hidup. Bahkan beberapa sudah ada yang memiliki anak.”

Ia mengingatkan masih ada banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan di Indonesia, utamanya menyangkut anak-anak. Anak jalanan memiliki hak untuk mengenyam pendidikan dan hidup layak sebagaimana anak-anak pada umumnya. Ia berharap, dengan photovoice ini akan memberi stimulus kepada orang lain untuk lebih peduli terhadap anak jalanan.

Gelar photovoice diselenggarakan di green hall kampus 1 UAD, Jln. Kapas 9, Semaki, Yogyakarta, Sabtu (21/7/2018). Delapan anak jalanan perempuan yang ikut berusia 12-18 tahun yang sehari-hari bekerja di lesehan kopi jos, sepanjang Malioboro dan alun-alun utara Yogyakarta.

Anak-anak jalanan perempuan ini sebelumnya dikenalkan mengenai fotografi, membuat narasi, mendiskusikan masalah keseharian, pengambilan foto, dan mendiskusikan hasil foto untuk pameran. Selain itu, anak-anak ini juga diajak memanfaatkan fotografi sebagai alat untuk menyuarakan dan menyampaikan isu-isu yang berdampak dalam kehidupan mereka.

Mustika, salah satu peserta mengungkapkan susahnya saat mengambil gambar. “Susahnya saat banyaknya orang lewat, gelap, kesenggol-senggol. Paling susah lagi saat membuat narasi untuk menjelaskan fotonya,” terang gadis berusia 14 tahun ini.

Dari yang diungkapkannya, setelah membuat narasi dan foto, ia merasa lega. Sebab bisa membagikan dan menceritakan sedikit dari kehidupannya di jalanan kepada orang-orang. Mustika juga senang mendapat ilmu baru, meskipun ia dan teman-temannya hanya memotret menggunakan gawai seadanya. (ard)

UAD Won the First Place in PCTA 2018

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta proved itself to be the best by managing to be the champion of Parade Cinta Tanah Air (PCTA) competition in 2018 in Yogyakarta Special Region (DIY), which was held by Representatives of the Ministry of Defence of the Republic of Indonesia DIY on July 18th, 2018 at the Public Bureau building of Setda DIY.

A total of 22 participants from universities and high schools participated in the competition. UAD team managed to outperform the team from UIN Sunan Kalijaga as the second winner and UGM in the third position.

Dr. Dedi Pramono, M.Hum., the Head of Bureau of Student and Alumni (Bimawa) UAD revealed that the annual activity which was held by the Ministry of Defence of RI was a very good thing to do to increase the youth’s understanding to be nationalistic.

"With the understanding of being a nationalist, the younger generation can avoid the dangers that can harm their love for the country," he said when interviewed on Friday (20/7/2018), in campus 1 of UAD on Jln. Kapas 9, Semaki, Yogyakarta.

The UAD team, represented by Akbar Asmar (second semester) and Vivi Lutfia (fourth semester) from Law Study Program, Faculty of Law, UAD presented an essay on campus-based rehabilitation as an effort to realize the younger generation’s awareness on the dangers of drug abuse and being a nationalist. Both were accompanied and guided by Gatot Sugiharto, S.H., M.H.

As the tutor, Gatot conveyed that in addition to having to write an essay, to participate in the competition students needed to have skills, such as singing, poetry reading, playing a musical instrument, or dancing.

"The team finished the essay in two days. During the competition, the quality and originality of the writing becomes an important value. There was also an oral test for 15 minutes. Alhamdulillah, UAD team becomes the top three," he explained.

During the presentation, Akbar and Vivi displayed their talents and artistic skills by singing and playing the guitar with a song entitled "Zamrud Khatulistiwa", which is a song made popular by Chrisye.

He added that each region needs an alternative in the rehabilitation process of drug abusers. Therefore, on campus, there needs to be a concept to prepare a tool that can be used for social rehabilitation.

Akbar and Vivi said that Indonesia was a cultured country that must be aware of drug abuse. In addition to revealing the problems, both of them conveyed solutions about how to overcome drug abuse, mainly in the campus environment.

In 2017, the National Anti-Narcotics Agency (BNN) said the death rate from drug abuse reached 11 thousand people per year, or 40 people per day. (ard)

PGSD Study Program of UAD Holds Teacher Ethics Seminar

Elementary School Teacher Education (PGSD) Study Program of Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Faculty of Teacher Training and Education (FKIP), in collaboration with School Cooperation Board (BKS) Yogyakarta, held a Seminar on "Soft Skill and Teacher Ethics” with a theme of "Social Competence and Producing a Superior Teacher".

The seminar was held on Unit B of UAD campus 2 on Jln. Pramuka, Yogyakarta on Saturday (21/7/2018) and was attended by principals and teachers of Muhammadiyah elementary schools in West Yogyakarta. The Chairman of the committee, Rohimah, S.Pd., explained that there would be a follow-up after the seminar was held, which was the implementation of programs and activities that had been planned.

Meanwhile, the Head of PGSD Study Program, Dra. Sri Tutur Martaningsih, M.Pd., said that PGSD UAD had been providing assistance for teachers of Muhammadiyah elementary schools who had busy schedule. She stated that all this time, the teachers’ desire to develop themselves was very big.

"Teachers have a very important and major role. The challenge they face is also great because they must understand culture and character education," she explained as one of the speakers, along with Dr. Khoiruddin Bashori, M.Si.

She added that 21st century challenges for educators included morals, moral character and performance character, competence, and openness to new knowledge and literacy. Therefore, she expressed her wish that educational institution managers continue to work hard to produce next golden generation of 2045.

On the other hand, the Vice Chairman of PDM of Yogyakarta, Heniy Astiyanto, S.H., said that teachers had two roles, namely that in front of the students and in front of the society. "If a teacher is not seen as a good person by the society, then it will not have a good impact for the school. Therefore, teachers should have a good personality," he said. (ard)