Belajar Merawat Ingatan

Sabtu lalu (16/12/2017), Komunitas Sastra Bimalukar (Wonosobo) mengadakan Bincang Buku (BB) #16. Kegiatan tersebut merupakan acara rutin dari Komunitas Sastra Bimalukar (KSB) yang diadakan setiap satu bulan sekali. BB kali ini tidak seperti bincang buku sebelum-sebelumnya. Sule Subaweh yang merupakan penulis kelahiran Madura, hadir bersama sastrawan dari Gresik, Jawa Timur, Rakai Lukman.

Acara BB #16 yang berlangsung di Gerbang Wisata Mandala Wonosobo (Komplek Terminal Mendolo) sebenarnya merupakan rangkaian dari acara yang diadakan oleh KSB. Kegiatan tersebut didukung penuh oleh Dinas Pariwisata Wonosobo. Tema yang diangkat dalam BB #16 adalah “Penerbitan”. Hal ini juga sesuai dengan tema utama acara Pekan Ekonomi Kreatif Wonosobo, karena penerbitan buku menjadi salah satu bagian dari produk ekonomi.

Dalam kegiatan BB #16, Sule dan Lukman sama-sama menjadi penulis yang pertama kali menerbitkan buku solonya. Dengan judul buku Bedak dalam Pasir Sule menulis cerpen, sedangkan Lukman menuliskan puisi-puisinya dalam buku berjudul Banjir Bantaran Bengawan.

“Kegiatan yang dihadiri mahasiswa dan siswa dari Wonosobo ini menjadi salah satu tolok ukur bahwa sastra di daerah sedang mengalami gejolak,” ujar Ardy Suryantoko selaku ketua KSB.

Kegiatan yang berjalan hampir tiga jam tersebut membahas banyak hal, tetapi ada satu pokok masalah yang benar-benar menjadi perhatian, yaitu tentang proses kreatif.

“Menulis merupakan salah satu cara untuk merawat ingatan,” begitulah yang disampaikan Lukman dalam diskusi. Tidak jauh berbeda, Sule juga mengatakan hal yang hampir sama, “Menulis sejatinya akan membuat kita menjadi manusia yang tidak akan mudah lupa.”

Semua memang bisa menulis, tetapi tidak semua orang bisa istiqomah. Padahal justru dari hal ini seseorang akan terus berkembang, melakukan sesuatu dengan terus menerus.

Lukman menambahkan, “Menulis saja tidak cukup, yang lebih penting dari menulis adalah riset atau membaca.”

“Gizi paling baik untuk seorang penulis adalah gizi dari buku-buku bacaan,” timpal Sule saat diskusi sedang berjalan.

Kemunculan Sule dan Lukman beserta Bedak dalam Pasir dan Banjir Bantaran Bengawan setidaknya sudah menjadi pundi-pundi dalam jagat buku nasional. Di akhir acara, Sule dan Lukman sama-sama berpesan bahwa hidup sastra daerah ada di tangan pemuda-pemudi daerah. Maka dari itu, kegiatan BB #16 yang diselenggarakan oleh KSB dan Dinas Pariwisata Wonosobo setidaknya mampu membuka wawasan bahwa penerbitan buku juga menjadi bagian pasar ekonomi. (ards)