img_14361.jpg

Fajar Mahmudi: Membagi dan Menempatkan Waktu pada Tempatnya

“Saya hanya ingin berbagi kebaikan. Daripada mengerjakan hal-hal yang tidak bermanfaat, maka lebih baik saya mencoba mengerjakan yang bermanfaat bagi orang lain. Mengajar dan berdakwah misalnya.” Begitulah prinsip Fajar Mahmudi. Baginya, seorang muslim harus bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Fajar merupakan salah satu calon wisudawan terbaik Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta dengan Indeks Prestasi Kumuluatif (IPK) 3,97, yang akan diwisuda pada 1 April 2017 dan seorang Hafiz al-Qur’an. Saat ini, laki-laki kelahiran Palangkaraya ini menjadi salah satu santri dan pengajar di Pondok Pesantren Tahfidz al-Qur’an (PPTA) Harun Asy-Syafi’i. Pondok ini terletak di Desa Karangkajen, RT 55/RW 15, Brontokusuman, Mergangsan, Yogyakarta.

“Sebelum pindah ke Yogyakarta, saya pernah menimba ilmu di Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo dan melanjutkan studi di Institut Studi Islam Darussalam (ISID) mengambil program studi Aqidah Filsafat. Setelah beberapa semester kuliah, nilai saya terpuruk sampai IPK terendah 1,8,” ungkap Fajar ketika ditemui Jum’at (17/3/2017).

Baginya, tidak ada harapan yang pupus, dia bepikir tidak akan lulus dengan IPK rendah. Kemudian, Fajar mencoba keluar dan mencari ketenangan. Pindah dari satu pondok ke pondok lain karena latar belakang agamanya. Menurut penuturannya, sebenarnya dia tidak berani pindah dari Ponorogo. Tetapi, karena keinginan yang kuat untuk menenangkan pikiran  dan ingin tinggal di lingkungan yang kondusif,  dia memutuskan untuk nyantri PPTA Harun Asy-Syafi’i.

Salah satu alasannya tinggal di pondok adalah untuk menghafal al-Qur’an. Seiring berjalannya waktu, laki-laki yang akan berulang tahun pada 23 Maret ini memutuskan untuk kuliah lagi karena agenda di pondok tidak terlalu padat.

“Saya hanya membagi waktu dan menempatkannya pada tempatnya. Saya tidak mengacaukan urusan yang satu dengan urusan yang lain. Sambil menghafal al-Qur’an, saya membantu mengajar di pondok. Kuliah saya hanya sampingan saja. Dulu kuliah saya pernah kandas, makanya saya kuliah lagi agar orang tua tidak kecewa,” ungkapnya.

Menurut penjelasan anak pertama dari tiga bersaudara ini, dia tidak begitu tertarik dengan organisasi kampus karena punya kesibukan di pondok. Selain itu, dia sangat memercayai jika waktunya disibukkan dengan membaca al-Qur’an, maka waktunya akan barokah.

“Itu sudah janji Allah. Saya belajar hanya di kampus, di pondok saya menghafal al-Qur’an. Alhamdulillah, IPK saya tetap bagus,” lanjutya.