img-20170611-wa0008.jpg

Ilham Rabbani : Menulis Adalah Cara Saya Berkomunikasi

Ilham Rabbani meraih peringkat kedua lomba Penulisan Puisi Remaja DIY yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Yogyakarta. Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan (PBSI UAD) tersebut membawa pulang piala runer up atas puisinya yang berjudul Riwayat Istri Taat. Ilham mengemukakakn bahwa puisi tersebut adalah gabungan dari 4 puisi yang ia tulis sebelumnya, keempat puisi tersebut memiliki tema yang sama yaitu wanita Sasak dan hal-hal disekitarnya. Puisi karya pemuda kelahiran 1996 tersebut berhasil menyingkirkan delapan nominasi puisi lain karya mahasiswa dari berbagai universitas ternama di Yogyakarta.

“Puisi ini berlatar dari banyaknya perceraian di tanah kelahiran saya, orang-orang khususnya wanita tidak lagi mempertimbangkan kemapanan dan kesiapan untuk mempersiapkan rumah tangga. Dari puisi tersebut saya berharap pembaca akan merenungkan hal tersebut karena walau bagaimana pun perceraian itu tidak menyenangkan,” jelasnya.

Sebetulnya, di PBSI UAD nama Ilham Rabbani bukan lagi nama yang asing. Walaupun lomba penulisan puisi remaja tersebut adalah lomba pertama yang ia menangkan di luar kampus, Ilham sudah sering membawa pulang piala dari kompetisi dalam kampus. Sebut saja Lomba Resensi KRESKIT (2016), Lomba Cerpen Amazing Orange (2016), dan Lomba Esai Amazing Orange (2016). Selain dalam perlombaan, namanya juga muncul dalam beberapa kumpulan puisi. Beberapa antologi puisi tersebut anatara lain Antologi Puisi Rumah Penyair 4 (2017), Antologi Puisi Kado Terindah (2017), Antologi Puisi Lebih Baik Putih Tulang daripada Putih Mata (2017), dan Antologi Kota Ingatan dan Jalan Pulang (2017).

Selain aktif mengikuti berbagai perlombaan, Ilham juga aktif mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (HMPS PBSI), kelompok belajar sastra Jejak Imaji dan saat ini menjabat sebagai ketua panitia Forum Apresiasi Sastra (FAS) LSBO PP Muhammadiyah.

Salah satu puisinya juga termuat dalam Antologi Requiem Tiada Henti;Kumpulan Sajak Penyair ASEAN-1. Ia mengaku hal tersebut dapat terjadi akibat dorongan dari kawan-kawan Jejak Imaji.

“Sebenarnya saya tidak berharap juara karena saya tahu saingannya luar biasa, tetapi karena saya tahu temanya terkait dengan studi saya saat ini yaitu pendidikan indonesia jadi saya ingin berpartisipasi menyuarakan keresahan saya, dari situ timbulah motivasi saya untuk mengikuti ajang tersebut sebagai sumbangsih saya terhadap pendidikan indonesia, semoga bisa menjadi salah satu pendorong perbaikan pendidikan di Indonesia,” tukas Ilham.

Pemuda asal Lombok tersebut memiliki minat dalam dunia kepenulisan sejak duduk di bangku SMA. Saat mengambil konsentrasi studi jurusan bahasa ia bertemu dengan puisi karya Amir Hamzah yang berjudul Padamu Jua dan puisi karya MH Ainun Najib yang berjudul Akan Kemanakah Angin. Berangkat dari ketertarikan tersebut ia mulai gemar membaca, dan akhirnya aktif menulis pada awal 2016.

Ilham mengaku pendorong paling kuat selama menulis adalah Abdul Wahid BS dan Sule Subaweh. Kedua orang tersebut selalu mengingatkannya untuk tetap istiqomah dalam membaca dan menulis. Karena sejatinya menulis dan membaca tidak akan pernah sia-sia. Maka dengan dorongan tersebut, ia terus berkarya. Saat ini, Ilham sedang menanti pengumuman Lomba Penulisan Esai Remaja DIY yang akan diumumkan pada akhir Juni mendatang. Ia berpesan dengan senyum, memohon doa dari seluruh pembaca agar mendapatkan hasil yang terbaik. (dev)