melalui_gls_dosen_pbsi_uad_tingkatkan_literasi_siswa.jpg

Melalui GLS, Dosen PBSI UAD Tingkatkan Literasi Siswa

Penguatan literasi siswa dan masyarakat terus menjadi perhatian banyak pihak. Seperti yang dilakukan dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Dra. Sudarmini, M.Pd. dan Prof. Drs. Soeparno.

Keduanya melakukan pengabdian masyarakat melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS) untuk meningkatkan literasi siswa di SMP Muhammadiyah 9 Yogyakarta. Dari keterangan Sudarmini, kegiatan yang berlangsung (23-24/4/2018) ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa.

“Program GLS yang dicanangkan pemerintah belum tersosialisasikan dengan baik ke sekolah, termasuk di SMP Muhammadiyah 9 Yogyakarta. Kegiatan literasi di sekolah ini masih sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata jam kunjung perpustakaan harian hanya mencapai lima persen dari jumlah siswa,” papar Sudarmini.

Ia menambahkan, kendala utama implementasi GLS di antaranya padatnya kegiatan dengan program lima hari sekolah, terbatasnya sumber daya manusia pelaksana karena harus dilaksanakan di luar jam belajar, dan terbatasnya sarana serta prasarana penunjang. Oleh karenanya, diperlukan mitra untuk mendampingi dan memberikan arahan yang dalam hal ini diperankan oleh perguruan tinggi melalui pengabdian kepada masyarakat.

GLS merupakan salah satu wujud kepedulian masyarakat terutama perguruan tinggi. Program ini menjadi salah satu program literasi secara nasional. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan literasi secara nasional maupun internasional. Literasi merupakan hal dasar yang wajib dikuasai setiap anak.

Di Indonesia, berdasarkan data dari Programme for International Student Assesment (PISA), lebih dari 50 persen anak Indonesia berusia 15 tahun tidak memiliki kemampuan dasar yang baik dalam membaca. Sumber tersebut menyebutkan bahwa tingkat literasi Indonesia masih pada peringkat 10 terbawah.

Sumber lain dari Programme for the International Assessment of Adult Competencies (PIAAC) terhadap orang dewasa usia 16-65 tahun di Jakarta, pada tahun 2015 menunjukkan lebih dari 70 persen individu berada di bawah level 1 (terendah) dalam hal literasi.

Berkaca dari fakta tersebut, Sudarmini dan tim merancang kegiatan penyuluhan dan kampanye GLS khusus untuk siswa. Di antaranya pelatihan membaca efektif (membaca sastra dan membaca SQ3R), pelatihan menulis (puisi, sinopsis, dan resensi), serta lomba menulis puisi dan resensi.

“Kegiatan ini tidak hanya dikhususkan kepada siswa saja. Semua unsur di sekolah termasuk kepala sekolah dan jajaran pimpinan, guru, staf tata usaha, perpustakaan, bahkan satpam turut terlibat. Program ini menjadi tanggung jawab bersama. Akan ada tindak lanjut kontrak kesepakatan hasilnya maksimal.”

Salah satu implementasi GLS yang memiliki andil besar meningkatkan literasi siswa dengan menghidupkan perpustakaan sekolah. Perpustakaan menjadi salah satu pusat aktivitas yang menyenangkan dalam rangka membangun literasi sekolah.

Pada kegiatan ini, Sudarmini melibatkan alumni dan mahasiswa PBSI sebagai mentor belajar siswa. Ia berharap, program GLS di SMP Muhammadiyah 9 Yogyakarta dapat meningkatkan kemampuan literasi siswa dan membudayakan kegiatan baca dan tulis. (ard)