img_9845.jpg

Pentingnya Early Warning Sistem

Indonesia akan memasuki tahun-tahun politik pada 2018 dan 2019. Tidak bisa dipungkiri, aktivitas politik dapat memanaskan keadaan di dalam masyarakat serta dapat memicu terjadinya konflik. Diperlukan tindakan preventif untuk mencegah konflik terjadi.

“Potensi konflik di berbagai daerah di Indonesia tidak dapat dihindari, apalagi menjelang Pilkada. Biasanya penanganan dilakukan setelah konflik mencuat ke permukaan. Tidak ada tindakan preventif. Ini yang menjadi latar belakang pemikiran saya menyusun buku Merawat Perdamaian, Metode Sistem Peringatan Dini Konflik,” terang Dr. Hadi Suyono, S.Psi.,M.Psi., dosen Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) ketika mengadakan jumpa pers di ruang sidang rektorat UAD, Kamis (8/2/2018).

Menurutnya, permasalahan yang berkembang menjadi konflik akan selalu muncul, tetapi harus ada tindakan pencegahan. Masyarakat Indonesia yang multikultural tidak cukup pandai dalam mengelola konflik, sehingga konflik sering terjadi hanya karena masalah sepele.

Kebhinekaan yang tersemat pada Indonesia membuat negara ini memiliki potensi konflik tinggi. Lebih lanjut, ia menerangkan, perlu penggunaan metode kearifan lokal, mediator yang mumpuni, serta berbagai pola untuk menangani konflik.

Dalam buku tersebut, Hadi Suyono menawarkan sebuah metode sistem peringatan dini konflik melalui pendekatan psikologi. Dengan metode yang ditawarkan, diharapkan mampu memberikan solusi sebagai upaya pencegahan konflik yang dapat menimbulkan perpecahan.

Early warning system atau sistem peringatan dini, fokus pada kajian yang bertujuan menghimpun informasi terkait potensi konflik dan tindakan preventifnya. “Metode yang ditawarkan berfungsi sebagai panduan ilmiah agar sistem peringatan dini yang diterapkan memiliki tingkat akurasi yang baik untuk meredam terjadinya konflik. Saat ini rumus mengenai sistem peringatan dini konflik sedang didaftarkan menjadi hak paten,” tandasnya. (ard)