bedah_buku_adicerita_hamka_di_uad.jpg

Perpustakaan UAD Bedah Buku Adicerita Hamka

Bekerja sama dengan Majelis Tabligh serta Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Yogyakarta, perpustakaan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyelenggarakan bedah buku Adicerita Hamka. Buku ini ditulis oleh seorang penulis Barat, James R. Rush.

Bedah buku bertajuk “Adicerita Hamka: Visi Islam Sang Penulis Besar untuk Indonesia Modern” diselenggarakan Kamis (28/12/2017), di aula Islamic Center kampus 4 UAD, Jln. Ringroad Selatan, Tamanan, Bantul. Sebagai pemateri Prof. Dr. H. Ahmad Syafi’ie Ma’arif, Prof. Dr. Yinahar Ilyas, Lc.,M.Ag., dan Nasir Tamara, Ph.D.

Pada sambutan sekaligus pembukaan acara, Ahmad Muhadjir, Lc.M.A., mewakili Ketua PWM DIY menyampaikan tentang manfaat diskusi sebagai salah satu sarana dakwah. Selain itu yang tidak kalah penting adalah memberikan contoh kepada masyarakat terkait tokoh yang dapat diteladani seperti seorang Buya Hamka.

 

Memasuki sesi disksusi, dalam kacamata Syafi’ie Ma’arif, Hamka merupakan seseorang yang piawai dan sukses menuliskan sejarah menggunakan pendekatan psikologis, khususnya pada susastra. “Ia seorang pemikir bebas dan memiliki daya ingat yang luar biasa. Hamka belajar kepada siapapun dan lebih sering keluar rumah untuk menimba ilmu baru,” terangnya.

Dalam kesempatan ini Syafi’ie juga menyinggung UAD yang harus lebih sering melakukan kajian maupun diskusi terbuka semacam ini. Menurutnya diskusi akan membuka wawasan dan memberikan pandangan baru terhadap suatu hal. Ia mencontohkan bahwa minimal harus hidup seperti Hamka, meskipun pada mulanya banyak yang membenci, akhirnya orang-orang yang membencinya nyatanya malah mengakui keberadaan Hamka.

“Memiliki keliaran itu penting, khususnya dalam hal pemikiran dan penulisan. Hamka membuat para pembencinya menjadi orang yang segan dengannya. Melalui karya tulisan-tulisannya,” tukas Syafi’ie.

 

Sementara Yunahar Ilyas memberikan sedikit pandangan berbeda, dari pandangannya, Buya Hamka adalah sosok yang luar biasa. “Ia nakal, tapi bisa jadi ulama dan penulis hebat. Mari renungkan bersama.” (ard)