20171029222739_img_6073-01.jpeg

Tim Debat UAD Terbaik Kedua Nasional

Tim Debating Community (DeCo) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) raih juara 2 dalam University English Debate Competition 2017 tingkat nasional yang diselenggarakan Universitas Muhammadiyah Ponorogo pada 28-29 Oktober 2017 lalu. Tim Debat UAD yang terdiri atas Kristianto, Galih Tirto Aji dan Maulidin berhasil mengalahkan 23 tim yang berasal dari seluruh Indonesia dan meraih juara kedua.

Ditemui di aula kampus 2 UAD Jalan Pramuka, Kristanto mengaku persiapan yang dilakukan tidak ada yang istimewa karena anggota DeCO sudah terbiasa berlatih walaupun tidak ada perlombaan.

“Kami (anggota DeCO) sudah terbiasa berlatih setiap malam kecuali malam minggu, ada atau tidak ada lomba. Semua anggota wajib datang setiap malam untuk latihan, apalagi yang sudah terpilih ikut lomba. Kalau ada anggota yang tidak datang dan tidak komitmen, pasti langsung diganti. Di DeCo yang penting itu komitmen, pintar itu urusan belakangan,” jelas mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (Prodi PBI) tersebut.

Mosi debat yang bervariasi membuat Kristanto, Galih, dan Maulidin mempelajari berbagai macam topik seperti feminist movement, ekonomi, pengetahuan internasional, hingga teknologi.

“Halangan terbesar yang kami hadapi mungkin transportasi. Karena miskomunikasi, kami menginap di hotel yang cukup jauh dari lokasi lomba dan di Ponorogo belum ada transportasi online jadi hal ini lumayan mengganggu. Belum lagi  cuaca yang kurang mendukung. Semua anggota tim sampai panas dalam karena cuaca dan debu di perjalanan,” jelas Krisianto.

Maulidin, anggota tim termuda, membuktikan penjelasan Kris, “Suara saya sampai serak,” ujarnya dengan suara parau. Mahasiswa semester satu tersebut menjelaskan dengan suara parau tentang pengalaman yang ia dapatkan selama di Ponorogo. “Ini pengalaman luar biasa. Pertama kalinya saya masuk final. This is the greatest achievement I’ve got so far, jadi saya senang sekali. Saya belajar banyak hal dari tim universitas lain selama berlomba, apalagi skill tim-tim itu berbeda satu sama lain. Saya jadi lebih terpacu untuk belajar lagi,” jelas Maulidin dengan penuh semangat. Pemuda asal Bogor tersebut juga menjelaskan bahwa ia akan terus berusaha untuk memenuhi janji pada sahabatnya semasa SMA dulu. Ia berjanji bahwa ia dan sahabat-sahabatnya akan bertemu dan bertanding di National University Debating Championship (NUDC).

“Banyak lawan kami di Ponorogo kemarin yang sudah pernah ikut NUDC, jadi pengalaman lomba kemarin itu sangat luar biasa. Karena kami biasanya hanya sparing dengan senior, kemarin kami bisa bertanding dengan lawan yang sangat bertalenta dan cerdas. Pengalaman tersebut berkesan sekali untuk kami,” jelas Galih, mahasiswa semester 3 Prodi PBI.

Menurut Galih, banyak hal positif yang ia dapatkan dalam dari dunia debat. “Kita bisa lebih kritis. Memikirkan segala sesuatu dari dua sisi. Selain itu, speaking skill bahasa Inggris kita bisa lebih terasah, karena setiap latihan pasti harus pakai bahasa Inggris dan harus mencapai tujuh menit dua puluh detik. Dan yang paling penting pengetahuan kita bisa lebih luas karena setiap malam banyak membahas isu-isu terkini, baik internasional maupun lokal,” pungkasnya. (dev)