Berkaca pada Hati: Jabatan atau Kepakaran?

 

Sebagai seorang akademisi, mestinya yang dikejar bukanlah jabatan (rektor, wakil rektor, dekan atau wakil dekan), tetapi mengejar kepakaran di bidang masing-masingnya. Banyak meneliti, dan menulis, dan banyak menginspirasi mahasiswa yang dibimbingnya. Salah kaprah jika seorang akademisi meng-impikan jabatan struktural disebuah Perguruan Tinggi (itu impian yang sesat). Mestinya mereka meluruskan niat, bahwa menjabat itu berarti harus mampu membawa perubahan positif bagi lingkungannya, tidak sekedar memimpin tapi juga memberikan solusi pada setiap perkembangan yang ada sebagai tangggungjawab.

Tanggungjawab terbesar dipundak dan dibenak orang-orang yang menjabat ini, adalah mereka yang harus mampu menciptakan strategi-strategi yang sistematis dalam membawa kemajuan lembaga yang dipimpinnya. Para pemimpin harus bekerja lebih keras dari orang lain. Lebih keras dalam berpikir dan menemukan titik kebijakan bagi lembaga yang dipimpinnya.

Mereka juga harus mampu menjadi role model dan inspirator terbaik, tidak saja perannya sebagai seorang akademisi (menghasilkan karya gemilang), sebagai pemimpin (mampu memimpin), maupun juga sebagai seorang pribadi (menunjukkan kinerja terbaik).

Sesungguhnya seorang akademisi yang terpilih menjabat disebuah universitas atau fakultas, tentunya adalah orang-orang hebat, yang mampu bekerja lebih keras, lebih cerdas, dan mampu menginspirasi banyak orang untuk maju. Jangan sampai salah kaprah, hanya duduk di belakang meja, menikmati fasilitas, menikmati gaji yang lebih banyak, tetapi tidak membawa perubahan yang signifikan bagi lembaga yang dipimpinnya. Hal ini telah terjadi pada para menteri, gubernur, bupati, walikota, atau pun anggota DPR yang terhormat di Indonesia. Tidak banyak membawa perubahan, tetapi justru mengerogoti bangsanya sendiri dengan perbuatan tercela (korupsi). Na'uzubillah.

Untuk itu hendaknya kita berkaca pada hati masing-masing. Dari mana kita berasal, apa yang telah kita perbuat, dan mau kemana pada akhirnya hidup kita berlabuh. Kita semua adalah seorang akademisi yang dituntut untuk mampu melaksanakan Tri Darma perguruan tinggi, dengan sebaik mungkin, dan sepenuh hati. Jabatan bukanlah tujuan kita, tetapi mendidik mahasiswa menjadi orang-orang terpelajar dan berbudi pekerti adalah tujuan kita, menghasilkan karya ilmiah terbaik, melakukan pengabdian pada masyarakat dan bangsa adalah tujuan kita. Jika pun pada akhirnya kita dipilih untuk menjabat, hendaknya mengingat niatan awal, bahwa tujuannya adalah membawa perubahan positif bagi lembaga, bekerja lebih keras dari orang lain, berpikir lebih keras dari orang lain, dan mampu menjadi role model yang terbaik bagi orang lain. Karena setiap orang sudah ditakdirkan pada sekelumit waktu di kehidupannya untuk berperan pada posisinya masing-masing, maka pilihan ada ditangan manusia itu sendiri. Menjadi pemenang, pecundang, atau malinkundang, semua tak terlepas dari kontribusi diri manusia itu sendiri. Jadi hal terbaik apa yang akan kita lakukan ke depan?

 

————————-

Oleh: Triantoro.Safaria.PhD@gmail.com.