Cak Nun di Pengajian Perpisahan KKN Pleret

Cak Nun di Pengajian Perpisahan KKN Pleret

Mahasiswa KKN Reguler UAD yang mengabdi di wilayah Pleret, mengadakan pengajian akbar sebagai salam perpisahan pada warga setempat. Setelah satu bulan berada di wilayah tersebut, pada hari Rabu (19/2), mereka mengundang seorang budayawan yang juga seorang sastrawan, Emha Ainun Nadjib. Pria yang akrab dipanggil Cak Nun tersebut hadir bersama kelompok musiknya yaitu Kiai Kanjeng.

Pengajian digelar di pendopo desa Wonolelo dengan mengusung tema, “Pleret Showbis Atrium: Sinergi Ekonomi, Budaya, dan Spiritualitas demi Peningkatan Kesejahteraan Warga Kecamatan Pleret”. Tema ini diangkat karena ketiga komponen tersebut dinilai sudah melekat di dalam tubuh masyarakat Pleret. Hanya saja, potensi ini belum dikembangkan dan disadari sepenuhnya, sehingga dengan adanya pengajian ini diharapkan masyarakat semakin terbuka dan memahami apa sebenarnya ekonomi, budaya, dan spiritualitas yang dimaksud.

Hadir pula dalam kesempatan istimewa tersebut, kepala KKN UAD Dr. Rina Ratih SS, M. Hum, beserta biro dari LPM Dra. Sudarmini, dan Beni Suhendra, S.I, M. E., juga hadir camat Pleret Bantul, lurah Wonolelo dan lurah Bawuran.

Pengajian tersebut berhasil diselenggarakan karena kerja sama antara mahasiswa KKN UAD dengan pemerintah desa Pleret, serta Karangtaruna Fajarmulyo Wonolelo. Masyarakat antusias untuk hadir dalam pengajian.

Sekitar pukul 21.00 WIB, Cak Nun mulai mengajak masyarakat berdiskusi melalui pengajian yang disampaikannya. Pengajian yang serius namun tetap santai membuat para warga enggan untuk beranjak dari tempatnya. Cak Nun menyampaikan bahwa kata sinergi di dalam tema yang diangkat oleh para mahasiswa itu sama dengan tumpang sari jika diambil dari istilah pertanian. Sinergi yang baik akan menghasilkan suatu produk yang baik. Alam semesta ini merupakan ayat-ayat Allah, sehingga yang dimaksud membaca ayat-ayat Allah bukan hanya semata-mata membaca Al-quran namun juga membaca alam.

“Masyarakat Pleret yang sebagian besar berprofesi sebagai petani sebenarnya juga membaca ayat-ayat Allah, dan jika mereka meyakini bahwa semua ini dilakukan dalam rangka mengingat Allah, maka itulah yang dimaksud dengan spiritualitas,” ungkap Cak Nun.

Lebih lanjut, bapak dari Noe, vokalis band Letto tersebut menjelaskan bahwa spiritualitas akan bersinergi dengan budaya atau kebiasaan yang ada dalam masyarakat. Hal itu dapat menghasilkan produk pertanian yang baik dan meningkatkan ekonomi. Sinergi ini hendaknya terus dikembangkan supaya masyarakat menjadi lebih maksimal dalam mengelola ekonomi, budaya, dan spiriulitasnya. Terlebih lagi, desa Pleret dahulu merupakan wilayah berdirinya kerajaan Mataram Islam Pleret yang merupakan perpanjangan tangan dari dakwah Wali Sanga. Disadari atau tidak, nilai spiritulitas di dalam masyarakat telah tertanam sejak dahulu.

“Sinergi menjadi salah satu hal yang penting. Mundur sejenak untuk mengingat sejarah akan membantu kita semua memahami bagaimana melangkah ke depan yang baik selanjutnya. Oleh karena itu, tema yang disajikan memang tepat bagi masyarakat Pleret khususnya dan masyarakat luas pada umumnya,” tegas Cak Nun.(Doc)