Ciptakan Kampus Ramah ASI

 

Oleh :

Lina Handayani,SKM.,M.Kes.,Ph.D

Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM)

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta

            Tidak dapat dipungkiri bawa air susu ibu (ASI) adalah makanan dan minuman ideal bagi bayi. Menyusui menurunkan risiko infeksi akut seperti diare, haemophilus influensa, meningitis, infeksi saluran kemih. Menyusui juga melindungi bayi dari penyakit kronis masa depan seperti diabetes mellitus. Menyusui dapat mengurangi risiko perdarahan pasca melahirkan, kanker  payudara, pra menopause dan kanker ovarium. Keluarga, masyarakat, dan negara juga diuntungkan, karena bayi yang diberi ASI lebih hemat dari segi pembiayaan kesehatan, dan juga mempunyai kesehatan dan kecerdasan yang lebih baik. WHO dan UNICEF merekomendasikan ASI eksklusif (pemberian ASI saja) selama enam bulan. Menyusui harus dilakukan segera mungkin pasca persalinan, dan baik sekali bila dilakukan inisiasi menyusui dini (IMD). Menyusui dilakukan setiap kali bayi mau (on demand), dan jangan gunakan botol dan dot karena dapat menyebabkan bayi bingung putting sehingga mengganggu keberhasilan ASI eksklusif.

            Banyak alasan yang dikemukakan ibu-ibu yang tidak berhasil menyusui atau menghentikan mennyusui lebih dini. Alasan antara lain: ibu merasa ASI-nya tidak cukup atau ASI tidak keluar pada hari-hari pertama kelahiran bayi. Sesungguhnya hal tersebut tidak disebabkan karena ibu tidak memproduksi ASI yang cukup melainkan karena ibu tidak percaya diri ASI-nya cukup untuk bayinya. Bagi  ibu yang aktif bekerja, upaya pemberian ASI eksklusif sering kali mengalami hambatan lantaran singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan.

            Pekerjaan ada kaitannya dengan pemberian ASI. Ibu-ibu yang bekerja cenderung memiliki waktu yang sedikit untuk menyusui, hal ini dikarenakan kesibukan kerja. Ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu yang cukup untuk menyusui bayinya (Amiruddin, 2006). Keputusan untuk memilih suatu pekerjaan memiliki hubungan yang erat dengan pemberian ASI eksklusif yang dilakukan oleh ibu-ibu yang menyusui. Menyusui eksklusif untuk enam bulan merupakan tantangan terutama bagi ibu bekerja. Ibu mungkin mempertimbangkan untuk memerah ASI dan meminta seseorang memberikan pada bayinya ketika ia berada di luar rumah. Memerah ASI tidak memerlukan biaya yang mahal, tempat kerja ibu yang mendukung membuat ibu semakin percaya diri dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

Demi kelancaran ASI anak dan mendukung ibu bekerja (khususnya ibu dosen dan karyawan) yang ingin memberikan ASI eksklusif, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) telah merintis Pojok ASI. Pojok ASI menyediakan tempat dan sarana prasarana yang memadai untuk memerah ASI dan menyimpan ASI perah. Keberadaan Pojok ASI di tempat kerja sangat bermanfaat untuk membantu ibu-ibu yang sedang menyusui bisa dengan mudah memberikan ASI kepada si bayi. Di sana harus tersedia tempat yang bersih, tenang, dan terjaga privacy sehingga ibu dapat memerah ASI dengan tenang. Selain itu, juga harus tersedia kulkas yang bersih dan siap untuk menyimpan ASI perah sebelum dibawa pulang.

Harapan ke depan, semua kampus atau sekolah serta tempat kerja dapat menyediakan semacam Pojok ASI tersebut, sehingga kampus-kampus atau sekolah serta tempat kerja di Indonesia dapat menjadi tempat yang ramah ASI. Hal ini menjadi bukti nyata kontribusi kampus terhadap derajat kesehatan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Tentu, hal ini memerlukan komitmen dari semua civitas akademika.

Perlu disadari, pentingnya ASI bagi perkembangan anak dan pentingnya prosfesional kerja sama-sama tidak bisa ditawar, tapi dengan adanya fasilitas yang dibutuhkan oleh karyawan akan menjaga perkembangan anak dan profesionalitas kerja. Sehingga semua berjalan beriiringan tanpa ada yang diabaikan.