Creativity Intelligence

Foto_triyantoro_apik

Triantoro Safaria, SPsi, MSi. PhD

Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Kreativitas merupakan satu kata yang sering kita dengar, kita pahami manfaatnya, sekaligus konsep yang sering kita lupakan. Telah banyak catatan sejarah gemilang yang dihasilkan dari proses kreatif. Banyak ciptaan serta inovasi-inovasi baru yang sangat penting yang memajukan peradaban manusia ditemukan dalam proses kreatif. Orang-orang kreatif seperti Thomas Alpha Edison, Honda, Suzuki, Graham Bell, maupun Bill Gates, merupakan orang-orang terkemuka di dunia, yang dengan kreativitasnya berhasil mengubah peradaban manusia menuju dunia baru, yaitu dunia teknologi informasi.

Mengapa kreativitas begitu berharga dan perlu dipupuk sejak dini ?. Pertama, proses kreatif merupakan perwujudan dari kebutuhan tertinggi manusia yaitu aktualisasi-diri. Sehingga melalui kreativitas anak semakin berfungsi secara optimal sebagai manusia. Kedua, kreativitas adalah kemampuan untuk menemukan cara-cara baru dalam memecahkan suatu permasalahan. Bagaimana seandainya di dunia ini tidak ada penemu seperti Thomas Alpha Edison ?. Tentu saja di malam hari kita tidak akan bisa beraktivitas lebih optimal, karena keadaan gelap gulita yang hanya bisa diterangi oleh cahaya lilin atau obor. Bagaimana pula jika telepon tidak ditemukan oleh Graham Bell ?. Tentu kita tidak akan bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang kita cintai melewati batas ruang dan waktu. Bagaimana jika tidak ada penemu seperti Louis Pasteur ?. Tentu saja vaksin tidak akan pernah ditemukan. Ketiga, bersibuk diri dalam proses kreatif, tidak saja bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa, tetapi juga bermanfaat bagi anak sendiri. Karena dari kegiatan kreatif anak akan mendapatkan kepuasan yang tinggi, sehingga tentu saja hal ini akan meningkatkan makna dan kebahagiaan hidup anak. Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan peradaban manusia berkembang dengan pesat, sehingga kualitas hidup manusia pun semakin tinggi. Ini merupakan sumbangan yang sangat besar bagi kehidupan, dan untuk itulah anak perlu dikembangkan potensi kreatifnya sehingga bisa menyumbangkan sesuatu bagi masyarakat dan bangsa. Jika anak memiliki creativity-quotient yang tinggi, maka diharapkan anak mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya secara efektif dan efisien. Akibatnya anak memiliki kemungkinan lebih besar untuk sukses di masa depannya. (Munandar, 2002).

Sayangnya bagi banyak orang tua, potensi kreatif anak sering kali dinafikan dan dipandang sebelah mata. Seringkali anak yang kreatif dinilai nakal, suka membuat ulah, aneh, pemberontak, tidak bisa diam dan menjengkelkan. Anak-anak ini sering mendapatkan perlakuan yang cenderung menghambat proses kreatif mereka, sehingga secara perlahan-lahan mematikan potensi kreatifnya. Orang tua sering lebih menyukai anak yang pendiam, penurut, tidak banyak ulah, dan tidak banyak berbuat aneh-aneh. Kenyataannya anak-anak yang kreatif memang sangat berbeda dengan kebanyakkan anak lainnya. Hal inilah yang semestinya dipahami oleh orang tua. Sehingga potensi kreatif yang dimiliki anak tidak terhambat karenanya. Sebab pola asuh yang salah akan membuat tidak berkembangnya potensi kreatif ini secara optimal dalam diri anak.

(Catatan: artikel ini pernah dimuat di Harian Jogja, Rabu 19 September 2012)

Foto_triyantoro_apik

Triantoro Safaria, SPsi, MSi. PhD

Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Kreativitas merupakan satu kata yang sering kita dengar, kita pahami manfaatnya, sekaligus konsep yang sering kita lupakan. Telah banyak catatan sejarah gemilang yang dihasilkan dari proses kreatif. Banyak ciptaan serta inovasi-inovasi baru yang sangat penting yang memajukan peradaban manusia ditemukan dalam proses kreatif. Orang-orang kreatif seperti Thomas Alpha Edison, Honda, Suzuki, Graham Bell, maupun Bill Gates, merupakan orang-orang terkemuka di dunia, yang dengan kreativitasnya berhasil mengubah peradaban manusia menuju dunia baru, yaitu dunia teknologi informasi.

Mengapa kreativitas begitu berharga dan perlu dipupuk sejak dini ?. Pertama, proses kreatif merupakan perwujudan dari kebutuhan tertinggi manusia yaitu aktualisasi-diri. Sehingga melalui kreativitas anak semakin berfungsi secara optimal sebagai manusia. Kedua, kreativitas adalah kemampuan untuk menemukan cara-cara baru dalam memecahkan suatu permasalahan. Bagaimana seandainya di dunia ini tidak ada penemu seperti Thomas Alpha Edison ?. Tentu saja di malam hari kita tidak akan bisa beraktivitas lebih optimal, karena keadaan gelap gulita yang hanya bisa diterangi oleh cahaya lilin atau obor. Bagaimana pula jika telepon tidak ditemukan oleh Graham Bell ?. Tentu kita tidak akan bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang kita cintai melewati batas ruang dan waktu. Bagaimana jika tidak ada penemu seperti Louis Pasteur ?. Tentu saja vaksin tidak akan pernah ditemukan. Ketiga, bersibuk diri dalam proses kreatif, tidak saja bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa, tetapi juga bermanfaat bagi anak sendiri. Karena dari kegiatan kreatif anak akan mendapatkan kepuasan yang tinggi, sehingga tentu saja hal ini akan meningkatkan makna dan kebahagiaan hidup anak. Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan peradaban manusia berkembang dengan pesat, sehingga kualitas hidup manusia pun semakin tinggi. Ini merupakan sumbangan yang sangat besar bagi kehidupan, dan untuk itulah anak perlu dikembangkan potensi kreatifnya sehingga bisa menyumbangkan sesuatu bagi masyarakat dan bangsa. Jika anak memiliki creativity-quotient yang tinggi, maka diharapkan anak mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya secara efektif dan efisien. Akibatnya anak memiliki kemungkinan lebih besar untuk sukses di masa depannya. (Munandar, 2002).

Sayangnya bagi banyak orang tua, potensi kreatif anak sering kali dinafikan dan dipandang sebelah mata. Seringkali anak yang kreatif dinilai nakal, suka membuat ulah, aneh, pemberontak, tidak bisa diam dan menjengkelkan. Anak-anak ini sering mendapatkan perlakuan yang cenderung menghambat proses kreatif mereka, sehingga secara perlahan-lahan mematikan potensi kreatifnya. Orang tua sering lebih menyukai anak yang pendiam, penurut, tidak banyak ulah, dan tidak banyak berbuat aneh-aneh. Kenyataannya anak-anak yang kreatif memang sangat berbeda dengan kebanyakkan anak lainnya. Hal inilah yang semestinya dipahami oleh orang tua. Sehingga potensi kreatif yang dimiliki anak tidak terhambat karenanya. Sebab pola asuh yang salah akan membuat tidak berkembangnya potensi kreatif ini secara optimal dalam diri anak.

(Catatan: artikel ini pernah dimuat di Harian Jogja, Rabu 19 September 2012)