Diskusi Beasiswa Studi di Luar Negeri 2011: Rahasia Memenangkan Beasiswa Studi Luar Negeri

Diskusi beasiswa di luar negeri yang diselenggarakan Indonesia International Education Foundation (IIEF) berlangsung di America, Pacific Place, Jakarta Rabu, 6 Juli 2011 malam.

Menurut Direktur IIEF, Diana Kartika Jahja, ketika IIEF memberikan beasiswa, tidak semata-mata menilai secara akademis, tetapi juga konsisten. Dalam beasiswa, IIEF lebih mementingkan sisi holistik. Seperti keterlibatan dalam organisasi sosial dan kepandaian ketika merepresentasikannya dalam mengisi aplikasi.

Memperoleh beasiswa untuk melanjutkan studi di luar negeri menjadi dambaan kebanyakan orang. Untuk mendapatkannya, bukanlah perjuangan mudah. Serangkaian tes harus dilalui untuk membuktikan bahwa pemohon adalah kandidat yang pantas mendapatkannya. Diuraikan dalam diskusi tersebut sedikitnya ada 5 tips menarik untuk agar memenangkan beasiswa luar negeri.

Pertama, penguasaan bahasa asing, khususnya Bahasa Inggris. Mau tidak mau dan suka tidak suka, bahasa asing adalah syarat mutlak untuk studi di luar negeri. Selanjutnya, yang perlu diperhatikan adalah prasyarat TOEFL. Minimal skor TOEFL internasionalnya mencapai 550.

Kedua, harus diingat setiap beasiswa itu pasti ada kriterianya. Setiap lembaga pendonor beasiswa selalu mempunyai tujuan dan maksud yang berbeda. Selain harus proaktif mencari segala informasi, Kita juga harus mempelajari dengan seksama kriteria di masing-masing program beasiswa. Semua harus diformulasikan dengan sebaik-baiknya dan internet adalah langkah awal yang baik untuk menggali segala informasi mengenai beasiswa.

Ketiga, hal pertama yang akan ditelisik oleh panelis adalah dokumen aplikasi beasiswa yang dajukan. Untuk itu, kita harus mempersiapkan kelengkapan dokumen sesuai dengan syarat yang ditentukan. Tak perlu heran jika pemohon diminta untuk memberikannya dalam beberapa salinan, karena tim panelis yang melakukan seleksi biasanya lebih dari satu orang. Hal itu juga berguna sebagai peluru cadangan, manakala ada salah satu dokumen yang tidak lengkap.

Keempat, perlu dipahami bahwa beerapa lembaga pendonor beasiswa tidak hanya menilai kecakapan secara akademis. Ada saat-saat di mana lembaga pendonor beasiswa lebih memperhitungkan visi dan misi di luar hal-hal yang bersifat akademis.

Kelima, saat wawancara, harus bisa memberikan alasan yang meyakinkan kenapa merasa layak mendapatkan beasiswa tersebut. Ingat, wawancara adalah saat yang paling berharga untuk tampil dan menunjukan bahwa pemohon adalah yang kandidat yang paling tepat. “Saat ditanya tentang alasan ingin mendapatkan beasiswa, banyak yang menjawab mereka akan berguna untuk nusa dan bangsa. Itu tidak salah, tetapi apa artinya? Harusnya berikan jawaban yang lebih detail,” kata Diana.

Selain itu, kemahiran dalam menulis essai juga perlu dipersiapkan. Tulis dan manfaatkan media yang tersedia untuk menulis sebanyak-banyaknya. Melalui essai yang ditulis, panelis menilai kreativitas dan cara mengembangkan ide.

Sumber: edukasi.kompas.com

Diskusi beasiswa di luar negeri yang diselenggarakan Indonesia International Education Foundation (IIEF) berlangsung di America, Pacific Place, Jakarta Rabu, 6 Juli 2011 malam.

Menurut Direktur IIEF, Diana Kartika Jahja, ketika IIEF memberikan beasiswa, tidak semata-mata menilai secara akademis, tetapi juga konsisten. Dalam beasiswa, IIEF lebih mementingkan sisi holistik. Seperti keterlibatan dalam organisasi sosial dan kepandaian ketika merepresentasikannya dalam mengisi aplikasi.

Memperoleh beasiswa untuk melanjutkan studi di luar negeri menjadi dambaan kebanyakan orang. Untuk mendapatkannya, bukanlah perjuangan mudah. Serangkaian tes harus dilalui untuk membuktikan bahwa pemohon adalah kandidat yang pantas mendapatkannya. Diuraikan dalam diskusi tersebut sedikitnya ada 5 tips menarik untuk agar memenangkan beasiswa luar negeri.

Pertama, penguasaan bahasa asing, khususnya Bahasa Inggris. Mau tidak mau dan suka tidak suka, bahasa asing adalah syarat mutlak untuk studi di luar negeri. Selanjutnya, yang perlu diperhatikan adalah prasyarat TOEFL. Minimal skor TOEFL internasionalnya mencapai 550.

Kedua, harus diingat setiap beasiswa itu pasti ada kriterianya. Setiap lembaga pendonor beasiswa selalu mempunyai tujuan dan maksud yang berbeda. Selain harus proaktif mencari segala informasi, Kita juga harus mempelajari dengan seksama kriteria di masing-masing program beasiswa. Semua harus diformulasikan dengan sebaik-baiknya dan internet adalah langkah awal yang baik untuk menggali segala informasi mengenai beasiswa.

Ketiga, hal pertama yang akan ditelisik oleh panelis adalah dokumen aplikasi beasiswa yang dajukan. Untuk itu, kita harus mempersiapkan kelengkapan dokumen sesuai dengan syarat yang ditentukan. Tak perlu heran jika pemohon diminta untuk memberikannya dalam beberapa salinan, karena tim panelis yang melakukan seleksi biasanya lebih dari satu orang. Hal itu juga berguna sebagai peluru cadangan, manakala ada salah satu dokumen yang tidak lengkap.

Keempat, perlu dipahami bahwa beerapa lembaga pendonor beasiswa tidak hanya menilai kecakapan secara akademis. Ada saat-saat di mana lembaga pendonor beasiswa lebih memperhitungkan visi dan misi di luar hal-hal yang bersifat akademis.

Kelima, saat wawancara, harus bisa memberikan alasan yang meyakinkan kenapa merasa layak mendapatkan beasiswa tersebut. Ingat, wawancara adalah saat yang paling berharga untuk tampil dan menunjukan bahwa pemohon adalah yang kandidat yang paling tepat. “Saat ditanya tentang alasan ingin mendapatkan beasiswa, banyak yang menjawab mereka akan berguna untuk nusa dan bangsa. Itu tidak salah, tetapi apa artinya? Harusnya berikan jawaban yang lebih detail,” kata Diana.

Selain itu, kemahiran dalam menulis essai juga perlu dipersiapkan. Tulis dan manfaatkan media yang tersedia untuk menulis sebanyak-banyaknya. Melalui essai yang ditulis, panelis menilai kreativitas dan cara mengembangkan ide.

Sumber: edukasi.kompas.com