Fenomena Sepinya Shaf diakhir Bulan Ramadhan

 

Sule Subaweh

Karyawan UAD

 

Menurunnya shaf Jamaah Sholat Isyak dan taraweh diakhir bulan ramadhan menjadi fenomina yang unik di Negara kita. Para jemaah seolah ditimpa beban yang begitu berat sehingga terkapar dan tak mampu beranjak dari rumah. Padahal 10 hari diakhir bulan Ramadhan pada bulan Lailatul Qadar, kita sangat dianjurkan untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah Swt. seperti yang tertera pada surat (QS Al-Qadr : 1-5) “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu pebuh kesejahteraan sampai terbit fajar

Dianjurkan untuk mencari Lailatul Qadar pada bulan Ramadhan, khususnya di sepuluh hari akhir dan pada malam-malam yang ganjil, malam 21, 23, 25, 27 dan 29. Disebutkan dalam shahihain bahwa Nabi bersabda: “Carilah Lailatul Qadar pada malam yang ganjil, disepuluh hari akhir dari bulan Ramadhan.” (HR.Bukhari, Muslim dari hadits Aisyah). 

10 hari terahir sungguh berlimpah pahala yang bisa kita raih, tapi yang terjadi masjid-masjid nampak semakin sepi jumlah shafnya. Berbeda pada saat minggu pertama bulan ramadhan, jumlah jamaah membeludak, bahkan  pihak pengurus masjid harus menyediakan tikar tambahan untuk menampung para jamaah melaksanakan sholat Isya dan Tarawih berjamaah.

Pemandangan seperti itu menjadi rutinitas tahunan bagi masyarakat kita, bahkan dalam keadaan mengerti tentang keindahan malam seribu bulan. Meraka lebih suka ke Mall daripada ke Masjid. Mereka lebih tergiur dengan gemerlapnya lampu-lampu gedung bertingkat dan baju yang mentereng.

Anak muda yang biasanya berkumpul di Masjid, beralih ke tempat-tempat yang ramai. Meraka lebih suka memperbincangkan-akan kemana nanti lebaran, pakek baju apa? dari pada membicarakan mengenai Lailatul Qadar atau malam seribu bulan. Ibu-ibu sibuk membuat kue lebaran untuk dihidangkan pada tamu saat lebaran. Anak-anak sibuk menyalakan petasan dan   merengek-rengek meminta dibelikan baju baru. Mereka disibukkan dengan perayaan lebaran. Masjid kembali sepi, satu persatu jamaah mulai terserang virus malas dan sindrom lebaran. Kaki mereka semakin berat untuk melangkah ke masjid, tapi ringan melangkah mall. Badan rasanya begitu susah untuk digerakkan menuju masjid hingga kemudian lebih memilih untuk mengistirahatkannya di rumah dan menyempatkan diri ke pasar.

Sudah bukan hal yang aneh lagi pemandangan seperti itu, biasanya diakhir bulan puasa semakin banyak yang bermalas-malasan bahkan tidak sedikit yang berhenti dan bahkan sengaja tidak puasa. Mekipun begitu tidak sedikit yang semangatnya lebih membara diakhir puasa bahkan ada yang merasa kehilangan saat tidak lagi berpuasa.

Selalu ada yang berbeda di bulan yang istimewa, ada yang kuat ada yang lemah. Ada yang berhasil ada yang tidak sama sekali. Terlepas dari itu, setiap akhir puasa shaf selalu berkurang baik karena malas maupun karena ingin menyambut lailatul Qodar. Semoga sepinya shaf diakhir ramadhan disebabkan karena ingin menyambut malam seribu bulan. Amin.