Gendhing Bahana UAD Bercerita di tiga Kampus

kreatifitas mahasiswa universitas ahamd dahlan yogyakarta dengan memainkan ganding bahana Seni merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia, khususnya perihal yang berhubungan dengan kreativitas manusia. Kehadiran seni tidak akan lepas dari hal-hal yang bersifat keindahan, karena hakikat yang mendasari kesucian dalam berkesenian adalah nurani. Nurani adalah rumah bagi segala unsur dan zat yang direkam oleh indra manusia.

Nurani merupakan pintu bagi seni untuk menemukan jati dirinya. Tetapi, kesejatian itu akan tumbuh jika kesenian mampu menjelma dari aku lirik menjadi aku publik. Artinya, sesuatu yang dirasakan oleh seorang atau sekelompok seniman akan memiliki makna lebih jika dilayarkan ke tengah masyarakat umum. Inilah salah satu alasan yang mendasari kelompok Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Gendhing Bahana Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta (UAD) Yogyakarta berkeliling kampus untuk memperkenalkan kebudayaan gamelan dan kesejatian diri mereka dalam bergamelan.

Dalam pementasan kelilingnya kali ini, Gendhing Bahana mengangkat tema “Gamelan bercerita”. Mereka mencoba bercerita melalui keahlian bermusik mereka (khususnya gamelan) dengan membawakan enam lagu yang tidak asing lagi, seperti: Nyundha Layang, Swara Suling, Lir-Ilir, Jaranan, Mayar Sewu, Sluku-sluku Bathok dan Pantun Panuntun. “Ini adalah bukti eksistensi kami. Semoga enam lagu yang akan kami pentaskan nanti mampu menyadarkan mahasiswa dan masyarakat kampus khususnya dan khalayak umumnya tentang pentingnya menjaga kelestarian kebuadayaan nusantara. Kewajiban ini bukan hanya tertuju pada kami, tapi untuk kita semua.” ungkap Ririn Rahmawati salah satu panitia sekaligus pemain dalam pementasan tersebut.

“Pementasan di Hall kampus UAD II hari ini (Rabu, 15 Juni 2011) adalah pentas kedua kami. Sebelumnya kami sudah perform di Hall kampus I UAD, Jl. Kapas 9, Semaki, Yokyakarta pada tanggal 13 Juni kemarin. Pentas kami ini akan bermuara di kampus UAD III, Jl. Prof. Soepomo, Janturan, Warung Boto, Yogyakarta pada taggal 18 Juni nanti. Semoga dengan pentas keliling tiga kampus ini, para mahasiswa sadar akan kehadiran gamelan sebagai bagian dari kebudayaan bangsa yang harus dilestarikan, dan Gendhing Bahana sebagai salah satu komunitas yang aktif melestarikannya.” tegas Antin Setiyani, mahasiswa smester 6 prodi Sastra Inggris yang menjabat sebagai ketua Gendhing Bahana sesaat sebelum acara dimulai. (IHS)

kreatifitas mahasiswa universitas ahamd dahlan yogyakarta dengan memainkan ganding bahana Seni merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia, khususnya perihal yang berhubungan dengan kreativitas manusia. Kehadiran seni tidak akan lepas dari hal-hal yang bersifat keindahan, karena hakikat yang mendasari kesucian dalam berkesenian adalah nurani. Nurani adalah rumah bagi segala unsur dan zat yang direkam oleh indra manusia.

Nurani merupakan pintu bagi seni untuk menemukan jati dirinya. Tetapi, kesejatian itu akan tumbuh jika kesenian mampu menjelma dari aku lirik menjadi aku publik. Artinya, sesuatu yang dirasakan oleh seorang atau sekelompok seniman akan memiliki makna lebih jika dilayarkan ke tengah masyarakat umum. Inilah salah satu alasan yang mendasari kelompok Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Gendhing Bahana Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta (UAD) Yogyakarta berkeliling kampus untuk memperkenalkan kebudayaan gamelan dan kesejatian diri mereka dalam bergamelan.

Dalam pementasan kelilingnya kali ini, Gendhing Bahana mengangkat tema “Gamelan bercerita”. Mereka mencoba bercerita melalui keahlian bermusik mereka (khususnya gamelan) dengan membawakan enam lagu yang tidak asing lagi, seperti: Nyundha Layang, Swara Suling, Lir-Ilir, Jaranan, Mayar Sewu, Sluku-sluku Bathok dan Pantun Panuntun. “Ini adalah bukti eksistensi kami. Semoga enam lagu yang akan kami pentaskan nanti mampu menyadarkan mahasiswa dan masyarakat kampus khususnya dan khalayak umumnya tentang pentingnya menjaga kelestarian kebuadayaan nusantara. Kewajiban ini bukan hanya tertuju pada kami, tapi untuk kita semua.” ungkap Ririn Rahmawati salah satu panitia sekaligus pemain dalam pementasan tersebut.

“Pementasan di Hall kampus UAD II hari ini (Rabu, 15 Juni 2011) adalah pentas kedua kami. Sebelumnya kami sudah perform di Hall kampus I UAD, Jl. Kapas 9, Semaki, Yokyakarta pada tanggal 13 Juni kemarin. Pentas kami ini akan bermuara di kampus UAD III, Jl. Prof. Soepomo, Janturan, Warung Boto, Yogyakarta pada taggal 18 Juni nanti. Semoga dengan pentas keliling tiga kampus ini, para mahasiswa sadar akan kehadiran gamelan sebagai bagian dari kebudayaan bangsa yang harus dilestarikan, dan Gendhing Bahana sebagai salah satu komunitas yang aktif melestarikannya.” tegas Antin Setiyani, mahasiswa smester 6 prodi Sastra Inggris yang menjabat sebagai ketua Gendhing Bahana sesaat sebelum acara dimulai. (IHS)