Guru Juga Harus Belajar

Sule Subaweh (Suliman)

Staf UAD Pengamat Dunia Pendidikan

 

“Upayakan dalam satu hari bertemu dengan orang pintar dan orang kaya, orang miskin dan orang bodoh. Di situ kita akan bertemu dengan keseimbangan hidup”

Guru sebagai tenaga pendidik selalu dituntut menjadi sempurna, atau dipandang bisa dalam segala hal, tidak terkecuali dalam memahami orang-orang sekitar. Sebab itulah, banyak seorang guru mengambil tindakan dan upaya untuk selelu meningkatkan kemampuannya. Beberapa cara yang biasanya dilakukan seperti: mengikuti pelatihan, membaca dan berbagai aktivitas untuk menambah ilmu yang nantinya akan ditularkan kepada siswa atau mahasiswanya. Tentu saja hal tersebut merupakan sikap yang sangat baik dari segi keilmuan. Hanya saja sikap yang dilakukan tersebut menjadi kurang seimbang jika hanya mendongak ke atas.

Banyak orang yang melupakan hal-hal yang di bawah saat dia di atas. Hal tersebut karena tidak diimbangi dengan pengetahuan tentang orang bodoh atau tentang orang yang miskin. Seperti yang disampaikan di atas, bukan hal yang salah ketika kita belajar pada orang yang lebih pintar dan lebih kaya sebagai motivasi. Tetapi kebanyak orang ketikan berada di atas, berlari mengejar harapan dan cita-cita untuk menjadi pintar dan kaya, selalu tidak mempu memahami kebutuhan orang bodoh, dan kebutuhan orang miskin-yang sejatinya menjadi tanggung jawab bersama (orang-orang yang mampu atau pintar) untuk menyantuni dan mengarahkan. Tapi hal tersebut menjadi hal yang sangat sulit bagi orang yang pintar dan kaya sekalipun untuk memahami orang-orang di bawahnya karena tidak mengikuti perkembangan dan tidak merasakan kebutuhannya.

 

Pentingnya Belajar ke Bawah

Ada perempuan ada laki-laki, ada barat ada timur, ada atas dan bawah, ada pintar dan kaya, ada bodoh dan pintar, dan lain sebagainnya. Semua berpasang-pasangan tidak kecuali dalam memcari ilmu. Seperti halnya pasangan, harus saling melengkapi, jika tidak akan ada ketidakadilan, begitu juga mencari ilmu, mencari ilmu tidak hanya dari satu sisi tapi dari berbagai sisi, agar mendapat keseimbangan. Untuk menjadi seimbang kita tidak boleh memandang sebelah mata pada sesuatu yang ada di bawah.

Tentu saja tidak ada yang ingin menjadi bodoh dan miskin. Tapi, juga tidak salah jika kita harus merasakan bagaimana orang bodoh dan bagaimana orang miskin, tanpa harus menjadi miskin dan bodoh. Itu sebabnya pentingnya belajar dari orang yang di bawah.

Ada kemungkinan orang yang hanya melihat ke atas akan sulit melihat ke bawah. Belajar dari yang di bawah, berarti belajar tidak congkak, belajar agar kita tidak bodoh dan tidak miskin. Belajar, agar kita tahu kenapa mereka miskin dan bodoh, belajar agar kita dapat memahami kenapa dia seperti itu, agar kita tidak seperti mereka, agar mengerti jalan mana yang perlu dan tidak perlu.

Bagi guru, menjadi penting karena mereka tidak hanya berhadapan dengan satu jenis trah saja. Seorang guru akan menghadapi orang bodoh, orang pintar dan orang miskin dan orang kaya. Tentu saja cara menghadapinya pun sangat berdeda. Jika guru mampu memahami orang-orang yang disekitarnya, baik siswa atau masyarakat, mampu pula dia mengarahkan orang-orang yang membutuhkannya, dengan cara-cara berdasarkan kebutuhan siswa, bukan keiinginanya. Semoga.