18766608_1584806428219062_1628381572763713607_ola.jpg

Lakukan Sekarang dan Sebaik Mungkin

 

“Apa yang bisa dilakukan sekarang, saya lakukan sekarang dan semaksimal mungkin,” ujar Indri Astuti, seorang alumnus Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (FKIP PBSI). Prinsip hidupnya yang demikian membuat Indri, begitu ia biasa disapa, menjadi sosok yang tanggap dan bertanggung jawab. Wanita kelahiran Bantul, 23 Mei 1989 ini telah mengajar di MTs Ma’arif Dlingo selama 2 tahun, sebelum diangkat menjadi kepala madrasah periode 2016-2017.

“Ketika ditunjuk menjadi kepala madrasah, saya menolak, karena saya pikir masih banyak guru-guru yang lebih senior daripada saya. Tetapi mungkin karena saya dianggap mampu dan memenuhi syarat oleh yayasan, akhirnya saya terima dan saya jalani amanah itu dengan semaksimal mungkin,” ujar Indri perihal pengangkatannya menjadi kepala madrasah.

Menjadi kepala madrasah di usia yang tergolong muda, Indri tentu memimpin madrasah dengan semangat jiwa muda. Program yang diusungnya selama satu tahun menjadi kepala madrasah adalah program menuju madrasah mandiri, mengortimalkan semua guru-guru yang mengajar di MTs Ma’arif Dlingo, dan membuat kegiatan kesiswaan yang positif. Indrilah yang menginisiasi pembentukan ekstrakulikuler jurnalistik di MTs Ma’arif Dlingo.

“Saya percaya, di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Saat saya mengajar di madrasah, saya harus memberikan sesuatu yang baru. Maka saya mengusulkan pembentukan ekstrakulikuler jurnalistik itu sebelum jadi kepala madrasah, waktu masih jadi guru. Kegiatan kesiswaan yang bermanfaat harus diperbanyak agar siswa lebih semangat, tidak hanya pada bidang akademis tetapi juga bidang keorganisasian,” jelasnya.

Indri mengusulkan pembentukan ektrakulikuler tersebut bukan tanpa maksud. Ia ingin menyalurkan passion yang dimiliki dan mengajarkannya kepada siswa-siswa madrasah, walaupun ia harus membimbing siswa dari awal. Selain itu, ia juga memperkenalkan produk junalistik yang akan dibuat yaitu mading, hingga memancing ide-ide kreatif dari anak didiknya. Minat Indri dalam bidang jurnalistik tentu tidak berhenti sampai di situ. Sebagai pendidik, ia aktif menulis artikel dalam bentuk laporan kegiatan sekolah. Karya tulisannya tersebar di beberapa media cetak seperti Bernas, Tribun, dan Kedaulatan Rakyat.

Selain menginisiasi pembentukan ekstrakulikuler jurnalistik, Indri juga membuat sistem pengumuman kelulusan yang tidak biasa. Untuk menghindari kegiatan konvoi maupun hal-hal berbahaya yang biasa dilakukan remaja setelah pengumuman kelulusan, MTs Ma’arif Dlingo mengadakan acara pengumuman kelulusan di museum. Acara tersebut bertempat di dua museum yaitu Museum Biologi dan Museum Pura Pakualaman. Berangkat dari pengalaman tersebut, ia berhasil menjadi nominasi 50 besar pemilihan Duta Museum Daerah Istimewa Yogyakarta.

Indri yang semasa kuliah aktif berorganisasi dalam Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) PBSI dan LSO Jurnalistik Kreativitas Kita (KRESKIT) ini harus menempuh jarak 15-30 km dengan medan jalan pegunungan setiap harinya untuk berangkat ke madrasah. Setelah mengajar selama dua tahun dan menjabat sebagai kepala madrasah selama satu tahun, Indri memutuskan untuk mengambil cuti izin studi.

“Per tanggal 1 Juli 2017, saya tidak lagi menjabat sebagai kepala madrasah, karena saya izin melanjutkan studi. Insya Allah setelah selesai studi S2, saya akan melanjutkan lagi. Saya masih muda dan merasa membutuhkan tambahan ilmu untuk bisa terus mengabdi. Saya berharap semoga diberi kelancaran dan kemudahan agar dapat melakukan yang terbaik, dalam studi maupun karier,” tutupnya. (dev)