Mahasiswa Seharusnnya Menjadi Garda Terdepan Bangsa

Mahasiswa Seharusnya Menjadi Garda Terdepan Bangsa

Taufik Saefudin menyatakan, bahwa Mahasiswa yang seharusnnya menjadi garda terdepan dalam pembangunan bangsa dan Negara, justru menjadi problem kebangsaan. “Pemuda dan mahasiswa sekarang terjebak dalam paradigma pragmantis yang merupakan dampak dari pluralisme dan globalisasi” ungkap Taufik pada diskusi yang aktif Refleksi Pemuda dan Mahasiswa yang diadakan BEM Fakultas Hukum Univeristas Ahmad Dahlan (UAD) Selasa (19/6/2013)

Acara ini digelar di Hall kampus 2 UAD terseubt sebagai purna agenda sebelum mahasiswa menghadapi Ujian Akhir Semester yang akan dilaksanakan awal Bulan Juli. Refleksi ini digarap dengan wadah diskusi publik, terbuka secara umum. Acara ini menghadirkan tiga narasumber, yaitu: Nurul Satria Abdi, S.H., M.H. (Dosen Fakultas Hukum), Ahmad Khalik (Mantan Ketua BEM Se-DIY), dan Taufik Saefudin (Aktivis HMI).

Diskusi yang dimoderatori oleh Supian Hadi ini mengetengahkan persoalan gerakan pemuda dan mahasiswa. Refleksi ini digelar karena menurut Erif Fahmi, selaku Ketua Panitia, bahwa basis pemuda yang kebanyakan mahasiswa sudah melenceng dari khitahnya, padahal mereka berstatus sebagai kontrol sosial.

Di sisi lain, Pak Satria, demikian Dosen Fakultas Hukum ini biasa dipanggil, mengemukakan bahwa sejatinya pemuda memiliki tiga status utama, yaitu: Agent of Change, Penegak Hukum, dan Pejuang Demokrasi.

Di tempat terpisah, Aji Galih, Ketua BEM Fakultas Hukum UAD, menyatakan bahwa acara ini digelar bertujuan untuk memberikan kesadaran mahasiswa agar bisa kembali memahami status kepemudaan mereka, sehingga apa yang diharapkan dapat terwujud. (fmi-anr)