Mahasiswa UAD ikut Berpartisipasi dalam Perkembangan Bahasa Indonesia di Bali

Bahasa merupakan jatidiri bangsa, dan kita wajib menjaga serta melestarikannya. Karena itulah IMABSII (Ikatan Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia se-Indonesia) dilaksanakan di Universitas Pendidikan Ganesha (UPG) Bali. Pertemuan yang diikuti oleh 33 universitas se-Indonesia yang diwakili sebanyak 89 mahasiswa. Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menjadi salah satu berpatisipannya. Joko Mardiko dan Candra Utami yang mewakili mahasiswa UAD mencoba untuk berpartisipasi dalam menjaga eksistensi Bahasa Indonesia dalam perkembangan globalisasi saat ini.

Candra mahasiswa PBSI (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) mengatakan “Banyak manfaat yang kami dapet saat pertemuan tentang eksistensi bahasa yang saat ini mengalami kondisi terpuruk karena mayoritas masyarakat lebih banyak memilih menggunakan bahasa asing yang dianggap sebagai bahasa internasional”, ungkapnya saat ditemui disela-sela kesibukannya.

Acara yang berlangsung selama tiga hari tersebut menghadirkan tiga pembicara yaitu: Nengah Bawa Atmaja, Wayan Artika, dan Ahmad Mulyadi. Nengah Bawa Atmaja dalam makalahnya mengatakan bahwa Bahasa Indonesia bukan hanya diurus oleh Sarjana Bahasa Indonesia melainkan oleh segenap Bangsa Indonesia. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari adanya kenyataan bahwa Bahasa Indonesia sangat penting, tidak hanya karena dia bahasa nasional, tetapi juga karena saya adalah pengguna aktif Bahasa Indonesia dalam komunikasi ilmiah, baik tertulis maupun lisan.

Selain media tulis yang mempengaruhi perkembangan bahasa, hegemoni pasar juga menjadi salah satu pengaruh terhadap perkembangan Bahasa Indonesia. “Kaum terpelajar dewasa ini sangat dikendalikan oleh kekuatan industri teks elektronik tertentu yang beredar disekelilingnya saja, sehingga intensitas membaca teks (natural, manual) semakin ditinggalkan” ungkap Wayan Artika saat menjelaskan tentang hegemoni bahasa di acara tersebut.

Setelah penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh para pembicara selesai, para peserta yang mengikuti kegitan itu terlihat antusias dalam merespon seluruh seluk beluk acara yang berlangsung, mulai dari aktif bertanya sampai rapat kerja nasional IMABSII para peserta tetap sangat semangat mendiskusikan perihal perkembangan bahasa. (cu/Sbwh)

 

 

Bahasa merupakan jatidiri bangsa, dan kita wajib menjaga serta melestarikannya. Karena itulah IMABSII (Ikatan Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia se-Indonesia) dilaksanakan di Universitas Pendidikan Ganesha (UPG) Bali. Pertemuan yang diikuti oleh 33 universitas se-Indonesia yang diwakili sebanyak 89 mahasiswa. Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menjadi salah satu berpatisipannya. Joko Mardiko dan Candra Utami yang mewakili mahasiswa UAD mencoba untuk berpartisipasi dalam menjaga eksistensi Bahasa Indonesia dalam perkembangan globalisasi saat ini.

Candra mahasiswa PBSI (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) mengatakan “Banyak manfaat yang kami dapet saat pertemuan tentang eksistensi bahasa yang saat ini mengalami kondisi terpuruk karena mayoritas masyarakat lebih banyak memilih menggunakan bahasa asing yang dianggap sebagai bahasa internasional”, ungkapnya saat ditemui disela-sela kesibukannya.

Acara yang berlangsung selama tiga hari tersebut menghadirkan tiga pembicara yaitu: Nengah Bawa Atmaja, Wayan Artika, dan Ahmad Mulyadi. Nengah Bawa Atmaja dalam makalahnya mengatakan bahwa Bahasa Indonesia bukan hanya diurus oleh Sarjana Bahasa Indonesia melainkan oleh segenap Bangsa Indonesia. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari adanya kenyataan bahwa Bahasa Indonesia sangat penting, tidak hanya karena dia bahasa nasional, tetapi juga karena saya adalah pengguna aktif Bahasa Indonesia dalam komunikasi ilmiah, baik tertulis maupun lisan.

Selain media tulis yang mempengaruhi perkembangan bahasa, hegemoni pasar juga menjadi salah satu pengaruh terhadap perkembangan Bahasa Indonesia. “Kaum terpelajar dewasa ini sangat dikendalikan oleh kekuatan industri teks elektronik tertentu yang beredar disekelilingnya saja, sehingga intensitas membaca teks (natural, manual) semakin ditinggalkan” ungkap Wayan Artika saat menjelaskan tentang hegemoni bahasa di acara tersebut.

Setelah penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh para pembicara selesai, para peserta yang mengikuti kegitan itu terlihat antusias dalam merespon seluruh seluk beluk acara yang berlangsung, mulai dari aktif bertanya sampai rapat kerja nasional IMABSII para peserta tetap sangat semangat mendiskusikan perihal perkembangan bahasa. (cu/Sbwh)