hary.jpg

Mandiri Pangan: Indonesia Harus Kembali ke Fitrahnya

 “Saya berharap Indonesia dapat kembali ke fitrahnya. Sebagai negara yang dilewati garis khatulistiwa, Indonesia harus lebih mendukung sektor agraris pangan dan pendidikan. Menurut saya, Indonesia bisa maju jika fokus pada kedua sektor tersebut,” ujar R. Hari Hariyadi, S.P., M.Sc., dosen Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

Hari menjelaskan, sudah banyak usaha yang dilakukan prodi untuk turut membantu Indonesia dalam sektor pangan, salah satunya melalui berbagai penelitian dan pengabdian masyarakat.

“Untuk Hari Pangan tahun 2017 ini, lebih difokuskan tentang cara Indonesia mewujudkan mandiri pangan. Dari pihak prodi melalui pengabdian masyarakat dan penelitian, kami menekankan bagaimana pangan ini dapat bermanfaat bukan hanya sebagai makanan, tetapi juga untuk kesehatan. Prodi melakukan pengembangan functional food, semacam itu. Tentu, inisiasi ke masyarakat sudah sering dilakukan dengan bekerja sama dengan kelompok masyarakat. Terakhir, ada pengabdian masyarakat dari salah satu dosen yang menyasar kelompok masyarakat di Sleman untuk bidang pengolahan susu kambing,” jelasnya lebih lanjut.

Kepala Lembaga The Service Applied Technology and Entrepreneurship tersebut menjelaskan, permasalahan kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) pada sektor pangan disebabkan mindset masyarakat yang menganggap bahwa pangan hanya tentang pertanian, mencangkul di ladang, dan lain sebagainya. Fungsi Prodi Teknologi Pangan di masyarakat adalah memberikan informasi bahwa sektor pangan adalah sektor yang penting dan kuat.

“Tugas kami tentu membenarkan mindset, mendidik dan menciptakan pola pikir agar generasi muda tertarik pada sektor pangan. Terkait tema Hari Pangan tahun ini tentang menarik generasi muda agar tertarik pada sektor pangan, tentu pemberian informasi yang paling utama. Harus lebih digalakan talkshow atau diskusi-diskusi tentang peran pemuda dalam pembangunan sektor pangan. Arahnya lebih kepada sosiopreneurship.”

Sebagai dosen yang menangani bidang kemahasiswaan di prodi, Hari menyatakan bahwa kecenderungan mahasiswanya condong kepada sosiopreneruship. Para mahasiswa ingin menjadi praktisi di bidang pangan, membuka usaha untuk menghidupi dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Keinginan tersebut sejalan dengan konsep sosiopreunership; kebermanfaatan bagi lingkungan sekitar. (dev)