Memahami Anak Gifted

Dessy Pranungsari, M.Psi

Memahami anak gifted bisa merujuk dari pendapat ahli. Istilah kemampuan dan kecerdasan luar biasa sering dipadankan dengan istilah “gifted” atau berbakat. Meskipun hingga saat ini belum ada satu definisi tunggal yang mencakup seluruh pengertian anak berbakat. Sebutan lain bagi anak gifted ini misalnya genius, bright, dan talented.

Semua sebutan ini menurut Soemantri (2006) merujuk kepada adanya keunggulan kemampuan yang dimiliki seseorang. Satu ciri yang paling umum diterima sebagai ciri anak berbakat ialah memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dari anak normal, sebagaimana di ukur oleh alat ukur kecerdasan (IQ) yang sudah baku. Pada mulanya memang tingkat kecerdasan (IQ) dipandang sebagai satu-satunya ukuran anak berbakat. Pandangan ini disebut pandangan berdimensi tunggal tentang anak berbakat.

Ahli lain Binet dan Simon mendefinisikan intelligensi sebagai kemampuan untuk mengarahkan fikiran atau tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengeritik diri sendiri atau melakukan autocriticsm. Menurut Binet, intelligensi merupakan sisi tunggal dari karakteristik yang terus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang. Intelligensi dipandang sebagai sesuatu yang fungsional sehingga memungkinkan orang lain untuk mengamati dan menilai tingkat perkembangan individu berdasar suatu kriteria tertentu.

Thorndike (Azwar, 2004) mengatakan bahwa intelligensi adalah kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta. Intelligensi terdiri atas berbagai kemampuan spesifik yang ditampakkan dalam wujud perilaku intelligen. Thorndike mengklasifikasikan intelligensi dalam bentuk kemampuan abstraksi yaitu suatu kemampuan untuk menggunakan gagasan dan simbol-simbol, kemampuan mekanik yaitu suatu kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan alat-alat mekanis dan pekerjaan dengan aktivitas indra gerak (sensory-motor), dan kemampuan sosial yaitu kemampuan untuk menghadapi orang lain di sekitar diri dengan cara-cara yang efektif.

Menurut Munandar (1999) anak yang mendapat predikat gifted dan talented adalah mereka yang didefinisikan oleh orang-orang yang benar-benar professional atas dasar kemampuan mereka yang luar biasa dan kecakapan mereka dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berkualitas tinggi. Dengan demikian mereka akan dapat mewujudkan atau memberi sumbangan baik terhadap dirinya maupun masyarakat.

Dalam pandangan mutakhir, keberbakatan tidak semata-mata merujuk kepada fungsi kognitif, melainkan merujuk kepada totalitas dan keterpaduan fungsi otak. Cattell (dalam Barbara Clark, 1998:8) mengartikan intelligensi adalah perpaduan sifat manusia yang memadukan kapasitas untuk memahami hubungan secara keseluruhan, mampu memahami proses termasuk berfikir abstrak, kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan untuk memperoleh kecakapan baru. Dalam konsep luas dan terpadu ini istilah keberbakatan akan mencakup anak yang memiliki kecakapan intelektual superior, yang cecara potensial dan fungsional mampu mencapai keunggulan akademik di dalam kelompok populasinya; dan/atau berbakat tinggi dalam bidang tertentu, seperti matematika, IPA, seni, musik, kepemimpinan social, dan perilaku kreatif tertentu dalam interaksi dengan lingkungan dimana kecakapan dan unjuk kerjanya itu ditampilkan secara konsisten. (Soemantri, 2006)

Berdasarkan beberapa pengertian gifted di atas, maka dapat diketahui bahwa pendekatan multikriteria tampaknya lebih diterima oleh banyak kalangan dalam identifikasi anak gifted. Meskipun begitu, kemampuan intelligensi masih menjadi salah faktor penting dalam identifikasi keberbakatan dilihat dari adanya aspek kecerdasan tinggi (superior) pada definisi keberbakatan. Tingginya kemampuan khusus haruslah ditunjang dengan tingginya intelligensi. Misalnya kemampuan berfikir kreatif atau kreativitas, tidaklah dapat berkembang tanpa adanya superioritas intelligensi. Anggapan semacam ini sejalan dengan apa yang pernah dikatakan oleh Burt, bahwa tidaklah ada kreativitas yang murni tanpa disertai oleh tingkat intelligensi umum yang tinggi.

Maka kenalilah anak didik kita. Siapa tahu siswa kita memenuhi kriteria menjadi anak gifted ?

Penulis adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan

Normal
0

false
false
false

EN-US
X-NONE
AR-SA

MicrosoftInternetExplorer4

Memahami  Anak Gifted

Dessy Pranungsari, M.Psi

Memahami anak gifted bisa merujuk dari pendapat ahli. Istilah kemampuan dan kecerdasan luar biasa sering dipadankan dengan istilah “gifted” atau berbakat. Meskipun hingga saat ini belum ada satu definisi tunggal yang mencakup seluruh pengertian anak berbakat. Sebutan lain bagi anak gifted ini misalnya genius, bright, dan talented.

       Semua sebutan ini menurut Soemantri (2006) merujuk kepada adanya keunggulan kemampuan yang dimiliki seseorang. Satu ciri yang paling umum diterima sebagai ciri anak berbakat ialah memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dari anak normal, sebagaimana di ukur oleh alat ukur kecerdasan (IQ) yang sudah baku. Pada mulanya memang tingkat kecerdasan (IQ) dipandang sebagai satu-satunya ukuran anak berbakat. Pandangan ini disebut pandangan berdimensi tunggal tentang anak berbakat.

Ahli lain  Binet dan Simon mendefinisikan intelligensi sebagai kemampuan untuk mengarahkan fikiran atau tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengeritik diri sendiri atau melakukan autocriticsm. Menurut Binet, intelligensi merupakan sisi tunggal dari karakteristik yang terus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang. Intelligensi dipandang sebagai sesuatu yang fungsional sehingga memungkinkan orang lain untuk mengamati dan menilai tingkat perkembangan individu berdasar suatu kriteria tertentu. 

Thorndike (Azwar, 2004) mengatakan bahwa intelligensi adalah kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta. Intelligensi terdiri atas berbagai kemampuan spesifik yang ditampakkan dalam wujud perilaku intelligen. Thorndike mengklasifikasikan intelligensi dalam bentuk kemampuan abstraksi yaitu suatu kemampuan untuk menggunakan gagasan dan simbol-simbol, kemampuan mekanik yaitu suatu kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan alat-alat mekanis dan pekerjaan dengan aktivitas indra gerak (sensory-motor), dan kemampuan sosial yaitu kemampuan untuk menghadapi orang lain di sekitar diri dengan cara-cara yang efektif.        

       Menurut Munandar (1999) anak yang mendapat predikat gifted dan talented adalah mereka yang didefinisikan oleh orang-orang yang benar-benar professional atas dasar kemampuan mereka yang luar biasa dan kecakapan mereka dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berkualitas tinggi. Dengan demikian mereka akan dapat mewujudkan atau memberi sumbangan baik terhadap dirinya maupun masyarakat.

       Dalam pandangan mutakhir, keberbakatan tidak semata-mata merujuk kepada fungsi kognitif, melainkan merujuk kepada totalitas dan keterpaduan fungsi otak. Cattell (dalam Barbara Clark, 1998:8) mengartikan intelligensi adalah perpaduan sifat manusia yang memadukan kapasitas untuk memahami hubungan secara keseluruhan, mampu memahami proses termasuk berfikir abstrak, kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan untuk memperoleh kecakapan baru. Dalam konsep luas dan terpadu ini istilah keberbakatan akan mencakup anak yang memiliki kecakapan intelektual superior, yang cecara potensial dan fungsional mampu mencapai keunggulan akademik di dalam kelompok populasinya; dan/atau berbakat tinggi dalam bidang tertentu, seperti matematika, IPA, seni, musik, kepemimpinan social, dan perilaku kreatif tertentu dalam interaksi dengan lingkungan dimana kecakapan dan unjuk kerjanya itu ditampilkan secara konsisten. (Soemantri, 2006)

       Berdasarkan beberapa pengertian gifted di atas, maka dapat diketahui bahwa pendekatan multikriteria tampaknya lebih diterima oleh banyak kalangan dalam identifikasi anak gifted. Meskipun begitu, kemampuan intelligensi masih menjadi salah faktor penting dalam identifikasi keberbakatan dilihat dari adanya aspek kecerdasan tinggi (superior) pada definisi keberbakatan. Tingginya kemampuan khusus haruslah ditunjang dengan tingginya intelligensi. Misalnya kemampuan berfikir kreatif atau kreativitas, tidaklah dapat berkembang tanpa adanya superioritas intelligensi. Anggapan semacam ini sejalan dengan apa yang pernah dikatakan oleh Burt, bahwa tidaklah ada kreativitas yang murni tanpa disertai oleh tingkat intelligensi umum yang tinggi.

            Maka kenalilah anak didik kita. Siapa tahu siswa kita  memenuhi kriteria menjadi anak gifted ?

 

                            Penulis adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}

Dessy Pranungsari, M.Psi

Memahami anak gifted bisa merujuk dari pendapat ahli. Istilah kemampuan dan kecerdasan luar biasa sering dipadankan dengan istilah “gifted” atau berbakat. Meskipun hingga saat ini belum ada satu definisi tunggal yang mencakup seluruh pengertian anak berbakat. Sebutan lain bagi anak gifted ini misalnya genius, bright, dan talented.

Semua sebutan ini menurut Soemantri (2006) merujuk kepada adanya keunggulan kemampuan yang dimiliki seseorang. Satu ciri yang paling umum diterima sebagai ciri anak berbakat ialah memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dari anak normal, sebagaimana di ukur oleh alat ukur kecerdasan (IQ) yang sudah baku. Pada mulanya memang tingkat kecerdasan (IQ) dipandang sebagai satu-satunya ukuran anak berbakat. Pandangan ini disebut pandangan berdimensi tunggal tentang anak berbakat.

Ahli lain Binet dan Simon mendefinisikan intelligensi sebagai kemampuan untuk mengarahkan fikiran atau tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengeritik diri sendiri atau melakukan autocriticsm. Menurut Binet, intelligensi merupakan sisi tunggal dari karakteristik yang terus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang. Intelligensi dipandang sebagai sesuatu yang fungsional sehingga memungkinkan orang lain untuk mengamati dan menilai tingkat perkembangan individu berdasar suatu kriteria tertentu.

Thorndike (Azwar, 2004) mengatakan bahwa intelligensi adalah kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta. Intelligensi terdiri atas berbagai kemampuan spesifik yang ditampakkan dalam wujud perilaku intelligen. Thorndike mengklasifikasikan intelligensi dalam bentuk kemampuan abstraksi yaitu suatu kemampuan untuk menggunakan gagasan dan simbol-simbol, kemampuan mekanik yaitu suatu kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan alat-alat mekanis dan pekerjaan dengan aktivitas indra gerak (sensory-motor), dan kemampuan sosial yaitu kemampuan untuk menghadapi orang lain di sekitar diri dengan cara-cara yang efektif.

Menurut Munandar (1999) anak yang mendapat predikat gifted dan talented adalah mereka yang didefinisikan oleh orang-orang yang benar-benar professional atas dasar kemampuan mereka yang luar biasa dan kecakapan mereka dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berkualitas tinggi. Dengan demikian mereka akan dapat mewujudkan atau memberi sumbangan baik terhadap dirinya maupun masyarakat.

Dalam pandangan mutakhir, keberbakatan tidak semata-mata merujuk kepada fungsi kognitif, melainkan merujuk kepada totalitas dan keterpaduan fungsi otak. Cattell (dalam Barbara Clark, 1998:8) mengartikan intelligensi adalah perpaduan sifat manusia yang memadukan kapasitas untuk memahami hubungan secara keseluruhan, mampu memahami proses termasuk berfikir abstrak, kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan untuk memperoleh kecakapan baru. Dalam konsep luas dan terpadu ini istilah keberbakatan akan mencakup anak yang memiliki kecakapan intelektual superior, yang cecara potensial dan fungsional mampu mencapai keunggulan akademik di dalam kelompok populasinya; dan/atau berbakat tinggi dalam bidang tertentu, seperti matematika, IPA, seni, musik, kepemimpinan social, dan perilaku kreatif tertentu dalam interaksi dengan lingkungan dimana kecakapan dan unjuk kerjanya itu ditampilkan secara konsisten. (Soemantri, 2006)

Berdasarkan beberapa pengertian gifted di atas, maka dapat diketahui bahwa pendekatan multikriteria tampaknya lebih diterima oleh banyak kalangan dalam identifikasi anak gifted. Meskipun begitu, kemampuan intelligensi masih menjadi salah faktor penting dalam identifikasi keberbakatan dilihat dari adanya aspek kecerdasan tinggi (superior) pada definisi keberbakatan. Tingginya kemampuan khusus haruslah ditunjang dengan tingginya intelligensi. Misalnya kemampuan berfikir kreatif atau kreativitas, tidaklah dapat berkembang tanpa adanya superioritas intelligensi. Anggapan semacam ini sejalan dengan apa yang pernah dikatakan oleh Burt, bahwa tidaklah ada kreativitas yang murni tanpa disertai oleh tingkat intelligensi umum yang tinggi.

Maka kenalilah anak didik kita. Siapa tahu siswa kita memenuhi kriteria menjadi anak gifted ?

Penulis adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan

Normal
0

false
false
false

EN-US
X-NONE
AR-SA

MicrosoftInternetExplorer4

Memahami  Anak Gifted

Dessy Pranungsari, M.Psi

Memahami anak gifted bisa merujuk dari pendapat ahli. Istilah kemampuan dan kecerdasan luar biasa sering dipadankan dengan istilah “gifted” atau berbakat. Meskipun hingga saat ini belum ada satu definisi tunggal yang mencakup seluruh pengertian anak berbakat. Sebutan lain bagi anak gifted ini misalnya genius, bright, dan talented.

       Semua sebutan ini menurut Soemantri (2006) merujuk kepada adanya keunggulan kemampuan yang dimiliki seseorang. Satu ciri yang paling umum diterima sebagai ciri anak berbakat ialah memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dari anak normal, sebagaimana di ukur oleh alat ukur kecerdasan (IQ) yang sudah baku. Pada mulanya memang tingkat kecerdasan (IQ) dipandang sebagai satu-satunya ukuran anak berbakat. Pandangan ini disebut pandangan berdimensi tunggal tentang anak berbakat.

Ahli lain  Binet dan Simon mendefinisikan intelligensi sebagai kemampuan untuk mengarahkan fikiran atau tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengeritik diri sendiri atau melakukan autocriticsm. Menurut Binet, intelligensi merupakan sisi tunggal dari karakteristik yang terus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang. Intelligensi dipandang sebagai sesuatu yang fungsional sehingga memungkinkan orang lain untuk mengamati dan menilai tingkat perkembangan individu berdasar suatu kriteria tertentu. 

Thorndike (Azwar, 2004) mengatakan bahwa intelligensi adalah kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta. Intelligensi terdiri atas berbagai kemampuan spesifik yang ditampakkan dalam wujud perilaku intelligen. Thorndike mengklasifikasikan intelligensi dalam bentuk kemampuan abstraksi yaitu suatu kemampuan untuk menggunakan gagasan dan simbol-simbol, kemampuan mekanik yaitu suatu kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan alat-alat mekanis dan pekerjaan dengan aktivitas indra gerak (sensory-motor), dan kemampuan sosial yaitu kemampuan untuk menghadapi orang lain di sekitar diri dengan cara-cara yang efektif.        

       Menurut Munandar (1999) anak yang mendapat predikat gifted dan talented adalah mereka yang didefinisikan oleh orang-orang yang benar-benar professional atas dasar kemampuan mereka yang luar biasa dan kecakapan mereka dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berkualitas tinggi. Dengan demikian mereka akan dapat mewujudkan atau memberi sumbangan baik terhadap dirinya maupun masyarakat.

       Dalam pandangan mutakhir, keberbakatan tidak semata-mata merujuk kepada fungsi kognitif, melainkan merujuk kepada totalitas dan keterpaduan fungsi otak. Cattell (dalam Barbara Clark, 1998:8) mengartikan intelligensi adalah perpaduan sifat manusia yang memadukan kapasitas untuk memahami hubungan secara keseluruhan, mampu memahami proses termasuk berfikir abstrak, kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan untuk memperoleh kecakapan baru. Dalam konsep luas dan terpadu ini istilah keberbakatan akan mencakup anak yang memiliki kecakapan intelektual superior, yang cecara potensial dan fungsional mampu mencapai keunggulan akademik di dalam kelompok populasinya; dan/atau berbakat tinggi dalam bidang tertentu, seperti matematika, IPA, seni, musik, kepemimpinan social, dan perilaku kreatif tertentu dalam interaksi dengan lingkungan dimana kecakapan dan unjuk kerjanya itu ditampilkan secara konsisten. (Soemantri, 2006)

       Berdasarkan beberapa pengertian gifted di atas, maka dapat diketahui bahwa pendekatan multikriteria tampaknya lebih diterima oleh banyak kalangan dalam identifikasi anak gifted. Meskipun begitu, kemampuan intelligensi masih menjadi salah faktor penting dalam identifikasi keberbakatan dilihat dari adanya aspek kecerdasan tinggi (superior) pada definisi keberbakatan. Tingginya kemampuan khusus haruslah ditunjang dengan tingginya intelligensi. Misalnya kemampuan berfikir kreatif atau kreativitas, tidaklah dapat berkembang tanpa adanya superioritas intelligensi. Anggapan semacam ini sejalan dengan apa yang pernah dikatakan oleh Burt, bahwa tidaklah ada kreativitas yang murni tanpa disertai oleh tingkat intelligensi umum yang tinggi.

            Maka kenalilah anak didik kita. Siapa tahu siswa kita  memenuhi kriteria menjadi anak gifted ?

 

                            Penulis adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}