Memahami Remaja Di Balik Fenomena Cabe-Cabean

 

“Mendidik anak perempuan atau anak laki-laki itu sama tantangannya karena dasar dari semua adalah cinta dan tanggung jawab. Yang terpenting adalah kita sadar bahwa separuh lebih waktu anak kita adalah di sekolah sehingga orang tua dan guru harus punya cara pandang Positif & pro-aktif dan mempunyai persepsi yang benar untuk membuat tindakan yang tepat dalam menanganinya“ ujar Hj. Neno Warisman dalam acara Talkshow Remaja dengan tema “Ada Apa Dengan Cabe-Cabean Di Kalangan Remaja”

Menurut Elly Nur Hayati, problem remaja saat ini yang sering kita dengar adalah adanya fenomena Cabe-cabean di kalangan Remaja. Cabe merupakan singkatan dari “Cewek Alay Bahan Exxxkan”, dikenal juga sebagai 3B (behel, bonding/berponi, blackberry). Fenomena ini muncul di komunitas balap motor liar di mana para cabe ini tampil berdandan dan dapat dipakai oleh pemenang balapan. Fenomena ini biasanya terjadi di kota besar (urban) pelakunya adalah gadis belia (SMP-SMA) yang hobi hang out yang punya aspirasi materi tinggi.

Hal senada disampaikan Neno, Berubah dari anak-anak menjadi separuh dewasa bukan hal yang mudah terkadang terjadi beberapa fenomena yang berdampak negative bagi anak tersebut. Seorang  Remaja ingin difahami sebagaimana dirinya, maka wajib bagi ortu dan guru untuk mengenali potensi-potensi remaja (termasuk bakat), memberi contoh-contoh kesuksesan internal & eksternal, memberikan 3 yang utama yakni Citra diri yang benar, harga diri yang tinggi, kepercayaan diri yang kuat, serta menguatkan remaja dengan afirmasi-afirmasi positif & membangun dalam interaksi keseharian maupun dalam peristiwa-peristiwa khusus agar terekam jejak-jejak kenangan terbaik di otaknya.”

Mengetahui berbagai masalah yang dihadapi remaja saat ini, dua pembicara dalam acara Talkshow tersebut memberikan solusi. Pembicara pertama, Ibu Elly Nur Hayati menuturkan, ”Untuk Menghadapi permasalahan-permasalahan remaja yang ada, perlu ada pencegahan dan penanggulangan, diantaranya pertama, prevensi primer yaitu penguatan fungsi keluarga dan mental anak. kedua, Prevensi Sekunder yaitu penguatan Forum guru dan orang tua untuk monitoring anak. ketiga, prevensi tersier, perujukan kepada penyedia program konseling dan terapi untuk keluarga yang bermasalah.”

Senada dengan Neno Warisman, solusi dalam menghadapi permasalahan remaja tersebut ialah dengan memberikan edukasi badani (Tarbiyatul Jinsiyyah), Mendasari sikap hidup dengan agama, memetik pelajaran bersama dari peristiwa yang terjadi yang dilakukan anak kita, serta memberikan pancingan untuk solusi anak tersebut”

Acara yang diprakarsai oleh Pusat Studi Wanita Universitas Ahmad Dahlan (PSW UAD) dan Lembaga Pengembangan dan Penelitian (LPP) UAD tersebut diadakan di Auditorium Kampus I UAD Jalan Kapas 09 Semaki Yogyakarta dan dihadiri ratusan Mahasiswa baik dari dalam  UAD maupun luar UAD. (MCH)