Membangun Kemandirian Guru dalam Menghadapi Perubahan

 

Amaliyah Ulfah, M. Pd

Dosen PGSD Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

Kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk mewujudkan suatu keinginan atau kehendak tanpa meminta bantuan orang lain. Kemandirian merupakan salah satu sikap yang wajib dimiliki oleh seorang guru karena mendasari keberhasilan sebuah pendidikan. Bagaimana tidak, gurulah yang menjadi sentral pelaksana pendidikan. Sebagai pelaksana pendidikan guru mempunyai tugas yang sangat penting yaitu bertugas membimbing dan mengarahkan peserta didik agar bisa tumbuh dan berkembang secara optimal.

Namun pendidikan di Indonesia saat ini masih tersandung masalah besar terutama berkaitan dengan kualitas gurunya. Menurut data dalam Education for All (EFA) Global Monitroring Report 2011 yang dikeluarkan UNESCO, indeks pembangunan pendidikan Indonesia mengalami penurunan dari urutan 65 menjadi 69 dari 127 negara yang disurvei. Sedangkan menurut Tabel Liga Global yang diterbitkan oleh Firma Pendidikan Pearson, sistem pendidikan di Indonesia menempati peringkat terendah di dunia bersama Meksiko dan Brasil. Keadaan ini sangat memprihatinkan dan mengindikasikan bahwa kualitas manusia Indonesia pada umumnya masih rendah.

Seorang guru adalah model bagi peserta didiknya, untuk itu sudah seharusnya guru memiliki kecakapan-kecakapan yang patut dicontoh seperti kemandirian hidup yang kuat. Dasar utama guru mandiri adalah memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan yakin bahwa dirinya mempunyai potensi luar biasa dan tidak dimiliki oleh sembarangan orang. Jadi sebagai guru jangan sekali-kali minder atau merasa tidak mampu karena sesungguhnya perasaan-perasaan seperti itu hanya akan menjadi penghalang besar untuk menghantarkan anak didik menuju gerbang keberhasilan.

Selain memiliki rasa percaya diri, sosok guru mandiri harus mempunyai rasa tanggung jawab yang besar terhadap segala tugas yang diberikan. Menurut Djamarah tugas utama seorang guru adalah menciptakan suasana atau iklim proses pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan semangat. Namun lebih luas lagi, tugas seorang guru tidak hanya terbatas mengajarkan ilmu pengetahuan, melainkan memotivasi, membimbing, menumbuhkembangkan nilai-nilai, melatih keterampilan-keterampilan, dan mengabdi pada masyarakat dan negara.

Guru mandiri juga harus memiliki inisiatif dan kreatifitas yang tinggi. Guru harus mampu mengeksplorasi semua potensi dan kemampuan dalam dirinya. Guru yang memiliki banyak inisiatif dan kreatifitas harus akrab dengan berbagai sumber keilmuan, selalu up to date dan tidak kehabisan akal untuk menelurkan ide-ide, menyusun strategi pembelajaran yang efektif, dan menciptakan media pembelajaran yang menarik. Guru tidak boleh kering inspirasi karena akan mudah terserang penyakit-penyakit profesi seperti KUSTA (Kurang Strategi), KUTIL (Kurang Terampil), dan LESU (Lemah Sumber). Keberhasilan seorang guru yang kreatif terletak pada kepuasan dan pemahaman peserta didik setelah menerima materi pelajaran yang diberikan.

Guru mandiri sebaiknya juga terbuka dan bisa menerima pendapat orang lain. Menurut Reber guru yang terbuka secara psikologis biasanya ditandai dengan kesediaannya yang relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern antara lain siswa, teman kerja, dan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja. Guru juga mau menerima kritik dengan ikhlas dan memiliki respon terhadap pengalaman emosional orang lain. Keterbukaan psikologis sangat diperlukan untuk menciptakan suasana hubungan yang harmonis antara pendidik dan peserta didik. Jika seorang guru memiliki keterbukaan diri, maka akan lebih mudah menyesuaikan diri.

Selain terbuka, guru mandiri juga harus bisa menghargai waktu dengan baik. Guru yang menghargai waktu akan selalu berusaha melaksanakan segala tugas tepat waktu dan tidak suka menunda-nunda pekerjaan. Dengan berlatih mengatur waktu secara baik maka guru memiliki kesempatan besar untuk meningkatkan produktifitas. Belajar menghargai waktu juga sama saja dengan menghargai anugerah Tuhan, dirinya sendiri, dan orang lain. Untuk itu mulailah dari diri kita membudayakan tepat waktu agar lebih mengetahui arti pentingnya waktu dalam kehidupan.

Aspek terakhir yang harus dimiliki oleh guru mandiri adalah siap menerima perubahan apapun. Pendidikan di Indonesia terkenal tentatif atau sementara yang memang terlihat dari seringnya terjadi perubahan kebijakan atau kurikulum dalam kurun waktu relatif singkat. Parahnya, kebanyakan guru biasanya selalu menunggu aba-aba dari pemerintah untuk berubah, dan jika perubahannya tidak sesuai dengan keinginan ataupun kemampuan maka terkena virus kegelisahan (galau). Guru yang bertindak seperti ini akan susah berkembang, mudah depresi, dan terperangkap dalam ketidakpastian.

Apa jadinya pendidikan di negeri ini jika gurunya saja sering mengalami kegalauan? Perlu disadari bahwa profesi guru adalah anugerah dari Tuhan yang tidak ternilai harganya. Guru seharusnya tidak hanya menjadi guru kurikulum, tetapi harus benar-benar memiliki komitmen dan kemandirian yang tinggi agar tidak mudah terombang ambing arus perubahan jaman yang tidak tentu.