Menanamkan Respect Education Di Sekolah

Oleh: Hendro Widodo, M. Pd

 

Kritikan yang ditujukan pada sistem sekolah saat ini di antaranya adalah bahwa sekolah dianggap gagal dalam menghasilkan manusia pembelajar. Pendidikan di sekolah dikritik sebagai penghasil manusia yang mudah tersinggung, rendahnya toleransi, kurang menghargai orang lain, dan menampakkan budaya kekerasan. Krisis yang menggejala adalah terpinggirkannya pembentukan akhlak, moral, etika dan budi pekerti siswa, ditambah lagi dengan menurunnya tata krama siswa terhadap gurunya di sekolah, tindakan agresivitas di kalangan siswa, penyalahgunaan obat terlarang, pergaulan bebas dan berbagai penyimpangan lainnya, bahkan tindakan kriminal sehingga pendidikan dipandang belum mampu melahirkan manusia yang berakhlak mulia dan berbudaya.

Proses pendidikan di sekolah yang selama ini lebih dominan intelektualis (kognitif oriented), hanyalah menghasilkan output pendidikan yang cerdas intelektual, namun  lemah emosionalnya bahkan spiritualnya sehingga pengembangan aspek afektif seperti akhlak, moral, etika dan budi pekerti menjadi terpinggirkan. Padahal yang diharapkan dari proses pendidikan adalah menghasilkan manusia pembelajar yang anggun dalam moral dan unggul intelektual. Hasil dari proses pendidikan bukan hanya cerdas secara rasional, tetapi juga cerdas secara emosional, sosial dan spiritual. Oleh karena itu, salah satu agenda penting dalam proses pendidikan di sekolah adalah pengembangan sense of humanity dan sense of respect melalui penanaman nilai dan sikap saling menghargai, peduli pada orang lain, dan penghormatan terhadap perbedaan.

Pendidikan di sekolah dituntut untuk memberikan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap pengembangan nilai-nilai respect dalam keseluruhan dimensinya. Menanamkan nilai-nilai respect pada diri siswa dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan tematik integratif dan pendekatan keteladanan atau peniruan. Pendekatan tematik integratif dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai respect ke dalam mata pelajaran yang memiliki tema yang sesuai, dan juga dapat dilakukan melalui metode maupun strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Sedangkan pendekatan keteladanan dilakukan oleh guru dengan memberikan keteladanan kepada para siswa. Pada hakekatnya guru bukanlah mengajarkan apa yang ia ketahui melainkan mengajarkan apa yang ia miliki. Nilai-nlai respect tersebut seharusnya telah dimiliki oleh para guru sehingga para guru memiliki kewajiban moral yang melekat dengan profesi kependidikannya untuk memberikan keteladanan. Para siswapun tidak hanya memperoleh nilai-nlai respect dari pelajaran saja yang tercetak dalam buku-buku pelajaran, namun melihat langsung bahkan meniru pada contoh perilaku guru.

Menanamkan  nilai-nilai respect dalam pendidikan di sekolah sangatlah penting, bahkan dipandang sangat tepat jika dimulai sejak dini. Sejak dini siswa telah ditanamkan nilai dan sikap saling menghargai (respect), peduli sesama, dan menghormati perbedaan sehingga kelak diyakini bahwa pendidikan akan memberi kontribusi yang nyata dan bermakna dalam pencegahan kekerasan.

Penulis adalah Dosen PGSD UAD