Menemukan Simbolis dalam Deretan Tembang Macapat

Menemukan Simbol dalam Deretan Tembang Macapat

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) bekerjasama dengan Balai Bahasa Yogyakarta gelar Pagelaran Macapat di Hall Kampus 2 UAD pada hari Jumat, 7 November 2013. Pagelaran tersebut menghadirkan Drs. Slamet Riyadi dari Balai Bahasa sebagai pembedah tetembangan macapat dengan judul “Cariyos Kebo Kenanga Ing Suluk Walisanga.”

Pagelaran dibuka oleh Bapak Drs. Waharjani, M.Ag yang diikuti dengan tembang, kemudian dipersilahkan kepada perserta untuk saling bertukar pikiran dan bertanya. Slamet Riyadi mengungkapkan bahwa tidak mudah untuk menemukan makna-makna simbolis yang tersirat maupun yang tersurat dalam sebuah tembang macapat. Cariyos Kebo Kenaga Ing Suluk Walisanga ini menceritakan tentang kebesaran dan kesaktian tokoh Kebo Kenanga yang menjadi cikal bakal ratu di daerah Pajang. Di dalamnya memuat berbagai filosofi yang menggabarkan kedekatan antara makhluk dan penciptanya.

Acara tersebut dihadiri oleh PWM, dosen, mahasiswa dan berbagai komunitas/paguyuban yang secara rutin melakukan pertemuan macapatan setiap bulannya, seperti Paguyuban Walisanga, Paguyuban Anggoro Kasih dan Paguyuban Rumah Makan Paparon. Secara bergantian mereka ikut andil untuk menyanyikan bait-bait atau gatra baik tembang Dhandhanggula, Sinom dan Kinanti.

“Biasanya mereka melakukan pagelaran dari tempat satu ke tempat lainnya sebagai wujud apresiasi yang tinggi untuk turut melestarikan budaya,” tutur Dr Rina Ratih Sri Sudaryani, M.Hum selaku dosen UAD yang turut mendampingi terselenggaranya acara tersebut. (idj)