Mengembangkan Kecerdasan Sosial

Kekerasan dalam rumah tangga, tawuran antarkampung, perkelahian antarpelajar atau mahasiswa, bentrok antarkelompok politik, etnik, atau agama makin sering menghiasi media.

Serentetan peristiwa tersebut menjadi bukti, bahwa tindakan brutal sering dijadikan alternatif untuk memecahkan masalah. Seakan tidak ada upaya yang lebih manusiawi, santun, dan berpijak pada nilai-nilai kemanusiaan untuk menyelesaikan problem yang terjadi. Mengapa kecenderungan seperti ini begitu marak? Salah satu variabel penyebab anak bangsa ini menggunakan cara anarkis guna menyelesaikan berbagai persoalan atau mencapai tujuan adalah tumpulnya kecerdasan sosial.

Hal yang menyebabkan kecerdasan sosial tumpul dilatarbelakangi oleh  proses pendidikan di keluarga maupun masyarakat mengalami salah arah. Penanaman nilai-nilai pendidikan di keluarga, acapkali hanya mengejar status dan materi. Orang tua mengajarkan pada anaknya bahwa keberhasilan seseorang itu ditentukan oleh pangkat atau kekayaaan yang dimilikinya. Masyarakat juga begitu, mendidik orang semata mengejar tahta dan harta.  Proses ini tampak pada masyarakat yang lebih menghargai orang dari  jabatan dan kekayaan yang digenggamnya. Kondisi ini membuat orang terobsesi untuk memperoleh kedudukan tinggi dan kekayaan yang berbuncah-buncah agar terpandang di masyarakat. Untuk mengejar ambisi tersebut orang kadang menanggalkan etika dan moral, bahwa cara yang ditempuh untuk mewujudkan impiannya itu bisa menyengsarakan orang lain.

Akibat yang ditimbulkan dari kecerdasan sosial yang tidak terasah  pada individu adalah memberi kontribusi pada perilaku anarkis. Hal ini dikarenakan individu yang kecerdasan sosialnya rendah tidak akan mampu berbagi dengan orang lain dan ingin menang sendiri. Kalau dia gagal akan melakukan apa saja,  asal   tujuannya bisa tercapai, tak peduli tindakannya merusak lingkungan, dan tidak merasa yang dikerjakannya menginjak harkat dan martabat kemanusiaan. Sehingga diskripsi kepribadian seperti ini, berpotensi melakukan perilaku anarkis, ketika hasrat pribadinya tidak tercapai atau sedang menghadapi masalah dengan orang atau kelompok lain.

Betapa pentingnya peranan kecerdasan sosial untuk mencegah perilaku anarkis, maka perlu dicari solusi untuk mengembangkan kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial menjadi solusi efektif meredam anarkis, karena orang yang memiliki kecerdasan sosial tinggi, mempunyai seperangkat keterampilan psikologis untuk memecahkan masalah dengan santun dan damai.

Keterampilan psikologis itu berkaitan dengan kecakapan keterampilan sosial yang perlu dimiliki oleh seseorang.  Keterampilan sosial merupakan indikator untuk melihat seseorang kecerdasan sosialnya tinggi atau rendah. Seseorang memiliki kecerdasan sosial tinggi, apabila dalam dirinya memiliki keterampilan sosial yang terdiri dari  sejumlah sikap. Sikap tersebut adalah  pertama, tumbuh social awareness (kesadaran situasional atau sosial). Maksud dari social awareness adalah kemampuan individu dalam mengobservasi, melihat, dan mengetahui suatu konteks situasi sosial,  sehingga mampu mengelola orang-orang atau peristiwa.

Kedua, punya kemampuan charity. Yaitu kecakapan ide, efektivitas, dan pengaruh kuat dalam melakukan komunikasi dengan orang atau kelompok  lain.

Ketiga, berkembang empathy. Kemampuan individu melakukan hubungan dengan orang lain pada pada tingkat yang lebih personal.

Keempat, terampil interaction  style. Individu memiliki banyak skenario saat berhubungan dengan orang lain, luwes, dan adaptif memasuki situasi berbeda-beda.