Menjaga Istikamah di Bulan Ramadhan

Sule Subaweh

Karyawan UAD

Menjaga keistikamahan dalam taraweh bukan hal yang sulit, bukan pula hal yang gampang. Menurunnya shaf Jamaah Sholat Isyak dan taraweh diakhir bulan ramadhan bukan hal yang asing lagi dari pandangan kita. Para jemaah seolah ditimpa beban yang begitu berat sehingga terkapar dan tak mampu beranjak dari rumah. Pemandangan seperti itu menjadi rutinitas tahunan bagi masyarakat kita, bahkan dalam keadaan mengerti tentang keindahan malam seribu bulan. Meraka lebih suka ke Mall daripada ke Masjid. Mereka lebih tergiur dengan gemerlapnya lampu-lampu gedung bertingkat dan baju yang mentereng.

Lalu menjadi penting untuk menanyakan kembali keistikamhan kita dalam puasa ramadhan. Tidak sedikit orang mempunyai persepsi bahwa istikamah mengandung makna yang statis. Memang istikamah mengandung arti kemantapan, tetapi tidak berarti kemandekan. Melainkan lebih dekat kepada arti stabilitas yang dinamis. Hal ini yang mengakibatkan banyak orang mengendor daya istakamahnya.

Dalam KBBI istikamah berarti sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen. Di dalam agama istikamah adalah menempuh jalan (agama) yang lurus (benar) dengan tidak berpaling ke kiri maupun ke kanan. Istikamah ini mencakup pelaksanaan semua bentuk ketaatan (kepada Allah) lahir dan batin, dan meninggalkan semua bentuk larangan-Nya.

Istikamah di zaman berkembang diartikan sebagai teguh hati, taat asas, atau konsisten. Meskipun begitu, tidak semua orang bisa bersikap istikamah dalam kesehariannya, tidka terkeculai pada bulan puasa, bulan yang penuh berkah di dalamnya.

Banyak cara agar kita diperkuat dan senantiasa istikamah dalam beribada pada bulan ramadhan. Salah satu adalah mengetahui makna-makna pada 10 hari dalam bulan puasa. Seperti sabda Rasulullah SAW bahwa pada Bulan Ramadhan dibagi menjadi 3 bagian diantaranya: 10 hari pertama di Bulan Ramadan adalah Rahmat. Pada 10 hari itu, banyak sekali rahmat yang diturunkan Allah kepada ummmatnya. 

Kemudian 10 hari kedua di Bulan Ramadhan adalah maghfirah. Pada 10 hari kedua banyak sekali dosa yang diampuni bila kita bertaubat. Di sini kita dianjurkan memperbanyak sholat malam, berdoa dan dzikir, serta perbanyak bermuhasabah diri/bertaubat nasuhah. 

Dan sepuluh hari terakhir di Bulan Ramadhan adalah penghindaran diri dari siksa api neraka. Sepuluh hari terakhir inilah kesempatan kita untuk menyucikan diri. Dan menyambut datanya malam seribu bulan (Lailatul Qadar).

Munculnya gairah istikoma seseorang salah satunya adalah memahami apa yang dilakukan dan apa yang dia dapatkan. Di dalam puasa seperti yang disebutkan di atas. Bayak sekali yang tidak tahu bagaimana di bulan puasa ini setiap detik, menit jam dan hari bertabur berkah seperti yang sudah dijanjikan. Jika kita memahami itu, maka akan berpikir dua kali untuk meninggalkan dan mengabaikan setiap detiknya untuk tidak beribadah di bulan puasa yang penuh berkah.