Menunggu Kabar Ditemukannya Uap Air di Ceres

Oleh: Yudhiakto Pramudya, Ph.D,

Pasca Sarjana Pendidikan Fisika dan Pusat Studi Astronomi Universitas Ahmad Dahlan

 

Jika di Indonesia saat ini sedang dilanda curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan bajir di kota-kota besar. Berbeda dengan Amerika Serikat. Negeri Paman Sam tersebut dilanda badai salju beberapa bulan terakhir ini. Suhu rendah yang menyebabkan banyak danau dan sungai membeku menyebabkan aktivitas manusia juga terhambat. Begitulah yang terjadi di muka bumi kita beberapa bulan terakhir. Ada badai, hujan, dan salju yang senantiasa kita hindari, bahkan dianggap sebagai musibah. Lalu bagaimana keadaan di luar bumi?

Jika di bumi, banjir dan badai salju cenderung dihindari. Tidak demikian keadaan di luar bumi. Orang-orang yang meneliti dan mempelajari tentang antariksa (astronom) malah mencari keberadaan air di luar planet Bumi. Tidak hanya sebatas air, jejak bekas air pun menjadi sebuah penemuan yang fenomenal. Hal ini dikarenakan keberadaan air ataupun jejak bekas air memberikan informasi tentang kemungkinan keberadaan makhluk hidup di luar planet Bumi. Tentu pencarian tersebut tidak mudah, para astronom harus bekerja keras untuk itu.

Kabar penemuan air tentunya sangat ditunggu banyak kalangan, tidak hanya para astronom. Pencarian menemukan titik terang setelah Jurnal Nature, yang terbit Januari 2014, mengatakan bahwa Kuppers dan timnya melaporkan adanya uap air di planet kerdil Ceres. Ceres adalah asteroid terbesar dengan diameter 950 km atau sekitar 27% diameter Bulan. Orbit Ceres berada diantara orbit Mars dan Jupiter. Asteroid biasanya mempunyai bentuk yang tidak beraturan. Namun, berbeda dengan Ceres. Ceres mempunyai bentuk yang menyerupai bola, sehingga lebih tepat disebut sebagai planet kerdil seperti halnya Pluto.

Penemuan uap air ini berdasarkan pengamatan yang dilakukan di observatorium luar angkasa Herschel yang dimiliki oleh ESA atau yang biasa disebut Badan Antariksa Negara-Negara Eropa. Observatorium Herschel ini berupa teleskop cermin tipe Cassegrain yang bekerja pada panjang gelombang inframerah. Diameter cermin teleskopnya adalah 3,5 meter. Teleskop Herschel ini berada di luar angkasa dan salah satu misinya adalah mempelajari pembentukan dan evolusi bintang dan sistem planetnya, termasuk sistem planet dalam tata surya. Nah, penemuan uap air di Ceres yang terletak di sabuk asteroid ini menjadi sebuah informasi yang berharga untuk melengkapi penjelasan tentang evolusi tata surya.

Air di planet Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars diyakini berasal dari tumbukan dengan asteroid dan komet pada 7 juta tahun setelah tata surya terbentuk. Komet sudah diketahui mempunyai kandungan air, sedangkan penemuan uap air di Ceres memberikan informasi keberadaan permukaan es dan atmosfer di Ceres. Menurut Laurence O'Rourke, salah satu anggota tim riset. Massa uap air yang dihasilkan sekitar 6 kilogram setiap detiknya. Massa uap air tersebut, bisa dihasilkan oleh luasan kecil Ceres yang tertutupi es.

Namun, masih banyak informasi yang perlu digali tentang uap air dan variasi jumlahnya di Ceres. Kita tidak akan menunggu terlalu lama untuk informasi yang lebih lengkap. Wahana antariksa milik NASA, yang bernama Dawn sedang menuju ke Ceres dan diperkirakan akan tiba pada tahun 2015. Kabar penemuan uap air di Ceres ini juga bersamaan dengan kabar ditemukannya bukti pernah terdapat lingkungan yang mengandung air di Mars. Penemuan tersebut dilakukan oleh kendaraan rover Opportunity dan Curiosity. Kita tunggu kabar tentang penemuan air ataupun jejak bekas air di luar planet Bumi.