img_3961.jpg

Nurul Arisanty: Sarjana Kesehatan Masyarakat Pendiri Rumah Baca Sukajadi

Mengilhami semangat Ki Hajar Dewantara dalam memperjuangkan pendidikan di Indonesia tidak harus dilakukan secara formal di sekolah dan oleh tenaga pendidik. Pandangan pemikiran Bapak Pendidikan Nasional tersebut adalah pendidikan harus terlaksana di tiga lingkungan (tri-pusat pendidikan), yakni lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Pandangan tersebut kiranya yang mengilhami Nurul Arisanty Hrp., S.K.M. membuka Rumah Baca Sukajadi (RBS).

Lewat akun jejaring sosial Instagram @rumah.baca.sukajadi, terlihat seluruh kegiatan rumah belajar yang terletak di Bengkalis, Duri, Riau. Siapa yang menyangka jika pendiri rumah baca tersebut adalah seorang sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (FKM UAD). Nurul telah membuktikan bahwa dia sangat peduli dengan pendidikan anak-anak generasi milenial di sekitar rumahnya. Gadis kelahiran 2 Februari 1994 tersebut mengaku prihatin dengan kondisi dunia anak-anak “takut kotor kena tanah”.

“Selain ingin menciptakan generasi yang tidak manja dan sepele dengan kehidupan orang lain dan dirinya sendiri, aku juga ingin menginspirasi pemuda/i negeri ini, kalau membuka rumah baca tidak perlu budget besar, cukup niat besar dan teman-teman berjiwa besar,” jelas Nunun, begitu ia kerap disapa.

Mendirikan rumah baca adalah cara Nunun untuk memenuhi keinginannya mengedukasi anak-anak agar memiliki kehidupan kanak-kanak yang semestinya, bukannya kehidupan milenial saat teknologi mendorong mereka dewasa terlalu cepat. Nunun menggunakan satu ruangan di rumah keluarganya sebagai basecamp rumah baca dan karena terletak di Jalan Sukajadi maka rumah baca tersebut diberi nama Rumah Baca Sukajadi (RBS). Ia berharap dengan penamaan yang demikian, dapat memicu munculnya rumah baca-rumah baca lainnya yang ikut bergerak mewadahi adik-adik yang ingin menjadi juara, khususnya dalam mengendalikan emosional dirinya sendiri.

Sebagai sarjana kesehatan masyarakat, Nunun tentu tidak serta merta mengabaikan apa yang ada di luar bidangnya. Gadis yang bekerja sebagai tenaga non-medis di RSU Mutia Sari Duri tersebut mengaku mulai memiliki keinginan untuk membuka rumah baca sejak 2012. Saat itu, ia tengah aktif menggeluti berbagai organisasi sekaligus berinteraksi dengan masyarakat, saat itulah ia tersadar bahwa dunia anak-anak di abad ini sangat memprihatinkan.

Alhamdulillah, masyarakat merespons positif. Anak-anak setiap hari minggu diberi izin seharian bergabung dengan RBS, bahkan meminta untuk diberikan kelas les untuk anak-anak mereka,” ujar alumnus yang sempat tergabung dalam BEM FKM, IMM FKM, Madapala dan Lensa Fotografi tersebut.

Saat ini, RBS digawangi oleh lima orang staf relawan dalam mendampingi 15 anak didik yang berasal dari pemukiman sekitar rumah baca. Di RBS, anak-anak dapat mengikuti berbagai kegiatan seperti program belajar bahasa Inggris setiap Minggu pagi, membuat kerajinan tangan, mengikuti berbagai perlombaan, bahkan piknik sambil belajar.

Nunun mengaku permasalahan yang dihadapi adalah manajemen waktu dan stok buku yang dimiliki. Kelima relawan memiliki pekerjaan masing-masing, dan hal itu disiasati dengan pembuatan shift jaga rumah baca. Sedangkan perihal stok buku, Nunun menjelaskan bahwa karena stok buku yang belum memadai minat baca anak-anak menjadi berkurang karena buku yang tersedia sudah habis dibaca oleh mereka. Buku-buku bacaan untuk anak-anak didik RBS tersebut ia dapatkan melalui program donatur buku dari Ibook Kirana atau sumbangan langsung dari relawan. Maka, hingga saat ini RBS masih tetap menerima donasi buku untuk anak-anak di Bengkalis, Duri. Bantuan dapat disalurkan melalui Nurul Arisanty (081225170138) atau dapat langsung di kirimkan ke alamat RBS: Jalan Sukajadi 2 No. 74 Gg. Anggur, Kelurahan Tambusai Batang Dui, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Duri, Riau, Kode Pos: 28784.

Ada berbagai cara untuk meneruskan semangat juang Ki Hajar Dewantara, salah satunya seperti jalan yang ditempuh Nunun. Tidak peduli pendidik atau bukan, calon pendidik atau bukan, selalu ada cara untuk membantu menyukseskan pendidikan di Indonesia. (dev)