img_4283.jpg

Pastron UAD Abadikan Gerhana Bulan Parsial

Gerhana bulan parsial (7-8/8/2017) dapat diamati di seluruh wilayah Indonesia, salah satunya di Yogyakarta. Universitas Ahmad Dahlan (UAD), melalui Pusat Studi Astronomi (Pastron) mengabadikan fenomena ini di Islamic Center kampus 4 UAD, Jl. Ringroad Selatan, Bantul.

Pengamatan gerhana bulan ini melibatkan Pastron UAD, Pimpinan Pusat (PP) Muhammdiyah, dan takmir Masjid Ahmad Dahlan. Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah memfatwakan bahwa disunnahkan untuk shalat sunnah gerhana selama fase gerhana bulan parsial dan gerhana bulan total, tidak mencakup fase gerhana bulan penumbra.

Sebelum proses pengamatan gerhana, rangkaian acara dimulai dengan pengajian  yang kemudian dilanjutkan shalat sunnah gerhana. Menurut Yudhiakto Pramudya, Ph.D., Kepala Pastron, jamaah yang tertarik mengamati detail gerhana bulan dapat melihat melalui teleskop yang telah disiapkan oleh Pastron. Teleskop-teleskop tersebut dioperasikan oleh mahasiswa S1 dan S2 yang tergabung dalam Pastron.

Gerhana bulan parsial kali ini merupakan pasangan dari seri gerhana di bulan Agustus 2017. Dua minggu setelahnya, atau bersamaan dengan awal bulan Dzulhijjah, gerhana matahari total akan dapat diamati di wilayah Amerika. Gerhana bulan dan gerhana matahari selalu terjadi berpasangan dengan selisih waktu sekitar 2 minggu.

Gerhana bulan terjadi bila cahaya matahari terhalang oleh bumi. Cahaya matahari tersebut ada yang masuk ke atmosfer bumi dan berinteraksi dengan partikel di atmosfer, sehingga cahaya matahari yang jatuh pada permukaan bulan sudah merupakan hasil dari interkasi tersebut. Inilah yang membuat permukaan bulan akan berwarna kemerahan.

Gerhana bulan kali ini tidak membuat seluruh permukaan bulan kemerahan. Hal ini karena bayangan bumi tidak sepenuhnya menutup permukaan bulan, hanya sebagian atau parsial. Sehingga, gerhana ini dinamakan gerhana bulan parsial.

Dengan menggunakan fenomena gerhana bulan, maka bisa dengan saksama menyaksikan bentuk bayangan bumi. Bentuk bayangan bumi yang terlihat di permukaan bulan berwarna kemerahan.

Bentuk bayangan sejatinya representasi dari bentuk benda itu sendiri. Mengacu pada bentuk bayangan bumi pada gerhana bulan sebelumnya, terlihat bahwa bentuknya melengkung. Sehingga, dipastikan bentuk bumi adalah bola, bukan datar. (ard/doc)