Pejuang Polusi

  

Yogyakarta dikenal sebagai kota wisata, kota budaya, dan kota pendidikan. Pelancong berbondong-bondong berdatangan pada musim liburan sekolah atau hari raya. Tiap tahun ajaran baru, ribuan calon siswa dan calon mahasiswa mendaftar sekolah di Yogyakarta. Membanggakan tentunya, tetapi bukan tanpa resiko.

Ribuan unit kendaraan digunakan untuk mendukung mobilitas penduduk dan pendatang di Yogyakarta. Dalam setiap trafic light pada perempatan besar di tengah kota, ada puluhan sampai ratusan kendaraan bermotor berhenti menunggu lampu hijau. Dari observasi di lapangan, hampir tidak ada pengedara yang mematikan mesin kendaraannya selama 120 – 30-an detik berhenti di lampu merah. Asap kendaraan bermotor memenuhi udara.

Polusi udara selain mengangu kenyaman berkendara, juga menggangu kesehatan. Apabila pengendara dapat mematikan mesin kendaraan bermotor selama berhenti di lampu merah akan membantu mengurangi polusi. Masyarakat Yogyakarta dapat menjadikan perilaku tersebut menjadi sebuah kebudayaan. Budaya sebagai pejuang polusi. Budaya untuk memetikan mesin sampai minimal 5 detik sebelum lampu hijau. Bentuk perjuangan yang sangat mudah dilakukan tetapi berkontribusi besar bagi kelangsungan bumi dan kesehatan masyarakat. Mudah karena hampir setiap trafic light memiliki count down sebagai indikator pergantian lampu.

Ribuan kendaraan mematikan mesin saat berhenti walau hanya beberapa detik. Asap kendaraan bermotor akan berkurang. Kenyamanan saat menunggu lampu lalu lintas menjadi hijau akan meningkat. Tidak akan ada yang terganggu asap ketika berhenti di belakang kendaraan yang lain. Apalagi dilakukan secara kolektif akan mengurangi polusi udara di perkotaan. Resiko perubahan iklim, efek rumah kaca, dan hujan asam akan menurun. Umur bumi dapat diperpanjang.

Sumber polusi udara terutama berasal dari sektor transportasi, terutama yang menggunakan bahan bakan fosil, misalnya bensin. Hampir 60% dari polutan yang dihasilkan berasal dari karbon monoksida (CO) dan sekitar 15% terdiri dari Hidrokarbon, sisanya NOx, HC, dan partikel lain. Efek dari Hidrokarbon dapat menyebabkan iritasi sampai dengan kematian. Efek dari CO lebih besar karena konsentrasi dan lebih mudahnya terikat dalam darah.

Kontak antara CO dengan kadar tertentu dengan menusia dapat mengakibatkan kematian. Disebabkan karena kontak antara CO dengan Hemoglobin (Hb) dalam darah.  Hb berfungsi membawa oksigen dalam bentuk oksihemoglobin dari paru-paru ke seluruh sel tubuh dan membawa kerbondioksida dari sel tubuh ke paru-paru. Dengan adanya CO, Hb akan membentuk karboksihemoglobin, sehingga kemampuan Hb untuk mentranspor oksigen menjadi berkurang. Afinitas CO terhadap Hb adalah 200 kali lebih tinggi dibandingkan dengan oksigen terhadap Hb. Akibatnya apabila ada CO dalam darah, Hb akan lebih banyak berikatan dengan CO dari pada oksigen. Sel akan kekurangan oksigen sehingga fungsi tubuh terganggu.

Menurunkan resiko dari polusi udara sudah seharusnya menjadi tanggung jawab bersama masyarakat. Sudah saatnya masyarakat menjadikan isu masalah lingkungan sebagai bagian dari budaya keseharian. Marilah kita mulai dari warga Yogyakarta yang terkenal sebagai kota budaya. Matikan mesin kendaraan ketika di trafic light. Pilih kendaraan bermotor yang menggunakan teknologi dengan pembakaran sempurna. Gunakan bahan bakar dengan nilai oktan tinggi. Gunakan kendaraan umum. Tanamlah pohon. Jadikan Yogyakarta kota ramah lingkungan. Tanpa kita sadari kita akan menjadi pahlawan bagi sekitar kita, kita dapat menjadi pejuang polusi.

 

Oleh :

Surahma Asti Mulasari, S.Si,M.Kes.

Ketua Pusat Kajian Manusia dan Lingkungan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan.