pelayanan_prima_lewat_komunikasi.jpg

Pelayanan Prima Lewat Komunikasi

"Perasaan yang tidak terungkapkan, tidak pernah hilang. Perasaan itu dikubur hidup-hidup. Dan akan muncul kembali dalam bentuk lebih buruk. " – Stephen R. Covey

Pemikiran dari ahli itu memberi kesadaran betapa pentingnya komunikasi dalam dunia pekerjaan. Dalam rangka mencapai pelayanan prima, seorang karyawan harus menguasai keterampilan komunikasi.  Maka sudah selayaknya keterampilan komunikasi perlu diperhatikan karyawan untuk memperlancar pekerjaannya.

"Perhatikan siapa yang sedang berkomunikasi, pesan apa yang dinyatakannya, media apa yang digunakan, " ungkap Asep Purnama Bahtiar, S.Ag., M.Ag saat memberikan materi tentang komunikasi di hadapan staf perpustakaan Universitas Ahmad Dahlan  (UAD), Selasa (18/10/2016).

Bagi Asep, sangat penting komunikasi dalam pelayanan prima. Dengan komunikasi dapat mengetahui tingkat intelektualitas seseorang. Seseorang yang memiliki  intelektualitas baik, maka cara komunikasinya juga bagus. Sehingga orang yang memiliki intelektualitas memadai dapat memberikan pelayan prima pada stakeholder.

"Nah, komunikasi yang sesuai dengan pelayanan prima dapat diwujudkan melalui  komunikasi asertif. Asertif adalah kemampuan mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan dipikirkan yang ditujukan pada  orang lain.  Agar orang lain tidak tersinggung dalam berkomunikasi secara asertif, tetap menghargai hak-hak dan perasaan pihak lain, “ungkapnya lagi.

Lanjut Dosen UMY ini, bahwa  komunikasi asertif adalah kemampuan seseorang dalam mengespresikan perasaan, ide, gagasan, keyakinan dengan jujur. Tapi yang harus diingat dalam menyampaikan komunikasi dibuat dengan cara sedemikian rupa,  sehingga tidak menyakiti hati dan menganggu hak  orang lain.

Dalam kesempatan itu Drs. Teddy Setiadi, ST., MT selaku kepala perpustakaan UAD mengatakan bahwa workshop ini merupakan strategi untuk memperkuat dan menambah pegetahuan tentang pelayanan prima kepada pelanggan perpustakaan UAD. Khususnya pelayanan bagi mahasiswa UAD.