sinden_milad_58_uad.jpeg

Pentas Wayang Kulit: UAD untuk Indonesia Berkemajuan dan Berbudaya

 

Bertempat di Kampus empat Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Sabtu (5/1) akan diselenggarakan pentas wayang kulit. Pagelaran wayang kulit ini akan dipandu oleh dalang kondang Ki Seno Nugroho dengan mengangkat lakon Amarta Binangun.

Lakon Amarta Binangun menceritakan tentang sebuah epik perjuangan Pandawa membangun hutan Wana Marta menjadi sebuah kerajaan yang masyur. Diceritakan dalam Amarta Binangun, setelah Pandu Dewanata sebagai Raja Hastina meninggal dunia, kelima anaknya yakni kesatria Pandawa, menuntut hak di kerajaan Hastina yang belakangan dikuasai oleh pamannya, Prabu Destarata. Akan tetapi, kelima kesatria itu tidak diberikan hak apapun atas kerajaan Ayahnya. Prabu Destarata justru memerintahkan Pandawa untuk membangun kerajaan sendiri di hutan tandus Amarta.

Meskipun berat, sebagai kesatria, Pandawa tetap menjalankan perintah Prabu Destarata yang telah menduduki posisi raja menggantikan ayahnya. Perjalanan dari Hastina menuju Amarta tidak dilalui dengan mudah oleh para kesatria Pandawa, banyak halangan dan rintangan namun tidak menghentikan langkanya menuju hutan tandus itu. Setelah sampai di hutan Amarta, para kesatria Pandawa tetap menemui hanyak halangan dan rintangan ketika membangun hutan belantara tandus menjadi sebuah kerajaan. Meskipun demikian, para Pandawa tidak patah arang hingga meraka berhasil membangun sebuah kerajaan baru yang besar dan maju dengan rakyatnya yang makmur dan sejahtera.     

Kordinator Seksi Pagelaran Wayang Kulit Unggul Haryanto Nur Utomo M.Si menyampaikan, wayang kulit merupakan salah satu kesenian asli Indonesia yang telah diakui dunia, sehingga wayang kulit merupakan salah satu simbol identitas bangsa. Wayang kulit juga merupakan kesenian yang sarat nilai-nilai luhur. Menggelar pentas wayang kulit adalah wujud melestarikan identitas budaya sakaligus menyuguhkan tontonan berisi tuntunan.

Lebih lanjut, Unggul mengatakan pemilihan lakon Amarta Binangun bukan tanpa alasan. Dalam lakon itu perjuangan para kesatria Pandawa membangun hutan hingga menjadi sebuah kerajaan yang besar dan maju dapat menjadi contoh dan dipetik nilai-nilai luhurnya. Apa yang dilakukan para Pandawa juga dilakukan para pendiri UAD. Sebelum menjadi sebuah universitas yang besar dan maju seperti sekarang ini, UAD juga memiliki proses yang panjang dan tidak mudah.

“Dimulai dari IKIP Muhammadiyah, sebuah institut yang hanya fokus di keguruan, hingga akhirnya berkembang menjadi UAD yang memiliki banyak fakultas. Termasuk Fakultas Kedokteran yang dulu dianggap tidak memungkinkan. Waktu telah membuktikan UAD terus berkembang dan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk bangsa melalui dunia pendidikan,” kata Kordinator Seksi Pagelaran Wayang Kulit yang juga Dosen Psikologi.

Unggul juga mengemukakan, pagelaran wayang kulit kali ini juga mendatangkan sinden bernama Elisha Orkarus Allaso, sarjana Pedalangan lulusan ISI Yogyakarta yang juga seorang Magister Psikologi asal Sulawesi blasteran Venezuela dan Perancis. Sesuai dengan tema Milad “Membangun identitas Bangsa yang Berkemajuan Berbasis Budaya”, pagelaran wayang kulit ini diharapkan menjadi kegiatan yang dapat memberikan banyak teladan nilai untuk memajukan bangsa dan wahana merefleksikan.

“Elisha meskipun bukan orang Jawa, namun mau dan mampu menjadi sinden. Selain dapat memetik banyak pembelajaran dari lakon Amarta Binangun, kita juga dapat belajar dari Elisha untuk membangun dan memajukan bangsa yang beridentitas,” ucap Unggul. (Efri).