Pentingnya Emosi Anak Dikendalikan

Alif Mu’arifah

Program Studi PGPAUD

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Berbicara tentang emosi seringkali berkaitan dengan kemarahan, padahal tidaklah demikian. Emosi merupakan ekspresi dari pada perasaan yang dinampakkan dari berbagai bentuk perilaku, antara lain gembira atau senang, sedih, mangkel, marah, malu, bingun takut dan lain sebagainya. Bagi orangtua, guru pemerhati anak, pengasuh bahkan para pembantu yang ada di rumah sebagai asisten orang tua yang banyak kegiatan di luar, harusnya memiliki kepandaian dalam memahami emosi.

Emosi bukanlah sesuatu yang sederhana, melainkan melibatkan aspek dan dinamika yang kompleks, selain bersifat genetis, juga dipengaruhi oleh lingkungan serta budaya dimana mereka berada. Pernyatan emosi tidak semuanya muncul secara ekspresif melainkan ada yang diungkapkan melalui simbol. Simbol untuk menilai emosi positif dan negative tentu saja berbeda. Ada gejala yang diekspresikan melalui gerakan tubuh, pancaran muka bahkan berkaitan dengan kardiovasculer (detak jantung, keluarnya keringat dingin), BAB dab BAK dsb. Kita telah paham bahwa  senyuman, mata berbinar, wajahnya ceria, merupakan ekspresi emosi positif. Bagi yang negative dapat dikenali dengan gejala, keluarnya keringat dingin, BAB dan BAK, wajah cemberut, menutup diri, menangis, menghentak-hentakkkan kaki, memukul, bahkan dapat tergambarkan melalui tulisan puisi atau nyanyian yang dikumandangkan. Yang paling penting adalah respon kita ketika menghadapai ungkapan emosi tersebut.

 Semakin tambah usia, pernyataan yang berkaitan dengan ungkapan emosi tentu berbeda, tambah usia berarti tambah berkembang pikirannya, maka ia akan semakin pandai dalam mengungkap isi hatinya. Respon positif maupun negative akan membentuk prototype atau gambaran yang akan disimpan dalam memorinya dan akan dipakai untuk  merespon balik terhadap lingkungan. Jika anak diperlakukan positif, maka ia akan berlaku positif , jika negative dia akan negative. Bahkan, jika orang tua ragu dan tidak konsisten merespon balik, anakpun demikian. Sebagai orang tua, guru, pemerhati anak bahkan calon orang tua atau para remaja yang nantinya akan menjadi orang tua, sejak awal harus belajar untuk memahami mula awal perkembangan emsosi. Apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Sehingga, tidak menganggap remeh dan lebih menyiapkan diri.  Dari sinilah bermula anak belajar sejarah mengenai diri, mengapa sulit mengendalikan diri, mengapa ia menjadi anak yang suka menuntut, mengapa sulit dikendalikan atau bahkan menyimpang dari norma.

Awal perkembangan (khususnya masa bayi), pernyataan emosi anak lebih banyak berkaitan dengan kondisi fisik yang tidak mengenakkan. Misalanya badan sakit, lapar, panas/gerah dll. Anak belum dapat memahami secara langsung kondisi lingkungan dan apa yang perlu ia lakukan. Benar-benar lingkungan eksternal atau orang dewasa yang mesti harus paham apa yang harus dilakukannya. Jangan sekali-kali mengira bahwa perkembangan emosi pada usia dini adalah tidak penting, anak dianggap masih kecil dan bisa diperlakukan seenaknya sendiri. Inilah yang sangat berbahaya. Sebab tanda-tanda yang diekspresikan melalui simbol-simbol di atas jika tidak direspon atau diremehkan bahkan diabaikan memiliki efek psikologis yang berbahaya bagi perkembangan anak. Seringkali orang tua hanya menilai bahwa ketika usianya semakin berkembang, perilaku yang tidak menyenangkan dianggap munculnya secara mendadak, yang tidak berkaitan dengan masa lalunya di mana ia bermula mengenal lingkungan. Seringkali orang dewasa tidak mau memahami sehingg semua dikembalikan kepada anak lagi. Efek inilah yang menjadikan permasalah-permasalah bagi perkembangan perilaku anak. Yang akhirnya seringkali memunculkan berbagai penyimpang dengan berbagai bentuk, kemarahan yang susah dikendalikan, suka berkelahi, perilaku bullying, suka ngambeg, mudah terpancing atau mogok sekolah dll.

Anak adalah asset, yang kelak akan menajadi penerus keluarga, menjadi pejuang tangguh yang akan membawa bangsa menjadi beradab. Oleh sebab itu, pernyataan emosi ketika masih bayi atau usia balita perlu diperhatikan dan direspon dengan sebaik-baiknya. Jangan mengabaikan sedikitpun pada usia emas ini. Waktu tidak akan dapat diulang atau diputar kembali, sehingga golden age adalah dasar dalam membentuk karakter dasar dalam mengembangkan semua kecerdasan yang dapat dioptimalkan setelahnya.

 Banyak ahli telah melakukan riset dari berbagai Negara dengan ras, budaya yang berbeda, hasil temuanya hampir semuanya mendukung pentingnya masa balita. Di mana keterlibatan orang tua dan lingkungan bagi perkembangan psikologis anak merupakan aspek yang sangat penting. Di antaranya dengan memberikan respon terhadap semua emosi anak dengan cara yang baik dan tidak berlebihan. Misalnya ketika anak memberontak, menangis dan berteriak, cobalah dipahami faktor penyebabnya, jangan langsung bereaksi dengan kemarahan sehingga tidak akan mencapai titik temu. Ajaklah anak mendiskusikan permasalahan yang dihadapi meskipun anak belum memahami, terangkan dengan penuh kesabaran serta kasih sayang yang tulus, di mana letak masalahnya. Dengan mengajak dialog interaktif, meski anak belum paham, membelai anak dengan kelembutan. Semua itu  akan membuat perasaan anak menjadi tenang sehingga ia terasa nyaman dan bahagia. Pengalaman yang membahagiakan inilah yang melandasi bagaimana ia akan berinteraksi atau mersespon orang lain atau lingkungannya. Berikan maaf ketika ia keliru sehingga ia akan belajar memafkan orang lain. Ajarilah ia menerima kesalahan dengan tulus, maka ia akan dapat menerima kesalahan orang lain dengan tulus pula. Biarkan anak merenungi kesalahannya sehingga ia akan menemukan kebenaran. Memeluk, mengelus kepala anak ketika sedang marah dapat meredakan emosinya. Berikan support pada anak yang perilakunya positif, dengan cara menyanjung, memberi hadiah ciuman, acungan jempol atau hal lain yang bisa dimengerti oleh anak sangat disarankan sehingga akan terjadi pengulangan terhadap perilaku tersebut.

Hal lain yang sangat bermanfaat dalam mengarahkan emosi anak adalah dengan metode mendongeng. Selain dapat meningkatkan daya imaginasi, manfaat dongeng yang lain adalah dapat mengarahkan emosi anak menjadi lebih baik. Bagi balita dongeng tentang binatang yang memiliki pesan moral sangatlah bagus. Jika orang tua, guru dan pemerhati anak dapat mengamati karakter hewan dan merubahnya menjadi dongeng yang menarik dan rajin disampaikan menjelang tidur maka berbagai reaksi emosi negative anak akan dapat diatasi. Yang paling penting adalah bagaimana agar dapat tercita keuletan, kesabaran, ketulusan serta hati yang bersih dalam mendidik anak. Sebab ketulusan akan melahirkan kelembutan, cinta serta kasih sayang.