Perkembangan Perpustakaan, Perkembangan Pola Pikir

 

            “Perpustakaan menjadi bagian penting dari perkembangan pola pikir perguruan tinggi, bukan sekadar pelengkap akreditasi perguruan tinggi,” kata Heri, yang merupakan Ketua Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (FPPTI DIY) periode 2016-2019 saat ditemui pada Kamis (25/08/2016) di kampus II unit B Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

Acara FPPTI yang bekerja sama dengan perpustakaan UAD ini mengangkat tema “Membangun Produk dan Kolaborasi Pustakawan dan Stakeholder dalam Perguruan Tinggi”. Selain seminar yang diikuti oleh pustakawan DIY, acara tersebut juga menjadi ajang pelantikan pengurus FPPTI periode 2016-2019.

“Tema itu sekaligus menjadi salah satu upaya untuk merekatkan antarpengurus baru dan yang lama, serta terus menjalin hubungan dengan perguruan tinggi,” tanbah Heri.

Sementara itu, menurut Drs. Ida Fadjar Priyanto, M.A., Ph.D. yang merupakan Dosen Pasca Sarjana ilmu Perpustakaan UGM, menjalin hubungan berarti menjaga komunikasi. Di Yogyakarta sangat diuntungkan karena jarak perguruan tinggi berdekatan, berbeda dengan di daerah lainnya, seperti Jakarta. Baginya, membangun hubungan sama dengan membangun kekuatan stewardship, discovery, dan preservasi.

“Kolaborasi bukan hal baru dilakukan untuk peningkatan hubungan, tetapi saat ini teknologi dan budaya telah berubah. Tentu saja kita juga harus mengubah cara kolaborasi. Perkembangan teknologi akan memudahkan kita untuk menjalin hubungan karena sekarang ada WhatsApp (WA), Facebook (FB), dan media sosial lainnya yang dapat mendekatkan yang jauh,” paparnya.

Kolaborasi dapat diartikan juga sebagai tempat berkumpul di publik untuk saling membagi ilmu.

“Di situ akan banyak hal yang didapatkan untuk mengembangkan diri dan organisasi. Dalam hal ini adalah perpustakaan. Tentu saja, itu akan membangun dan meningkatkan produk kolaborasi,” tuturnya kemudian.

Di lain pihak, menurut Tole Sutikno, Ph.D., perpustakaan tidak hanya jantung ilmu pengetahuan, tetapi roh pengetahuan. Itulah yang terjadi di Malaysia, negara tetangga yang menjadi tempatnya mencari ilmu bertahun-tahun.

Dosen UAD yang menyelesaikan S3-nya di Universiti Utara Malaysia itu mengaku, perpustakaan menjadi salah satu alasannya tinggal lebih lama di Malaysia.

“Karena perpustakaan di sana lengkap dan memanjakan. Itulah yang membuat saya menulis jurnal yang sudah diindek Skopus,” kata Tole.