Prof. Dr. Ing. Mitra Djamal Menuju Masyarakat Muslim yang Paripurna 1.jpg

Prof. Dr. Ing. Mitra Djamal: Menuju Masyarakat Muslim yang Paripurna

Jika kita menjadikan al-Quran sebagai pegangan hidup, maka seharusnya kita dapat memahami dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Al-Qur’an adalah kendaraan yang super canggih. Kita dapat memiliki dan menggunakannya. Sayang sekali jika kita memiliki kendaraan super canggih, tetapi tidak bisa menggunakannya sehingga menjadi tidak bermanfaat. Sama halnya sebagai umat Islam, sayang jika tidak memahami al-Quran. Sebab, agama Islam diturunkan ke bumi oleh Allah agar menjadi rahmatan lil ‘aalamiin, rahmat bagi seluruh alam semesta.

Kondisi masyarakat dunia sebelum Rasulullah Saw., setelah Nabi Isa, adalah masa kegelapan. Masyarakat menyembah berhala dan dalam kondisi primitif. Ketika Muhammad Saw. menjadi rasul dan memerintahkan untuk menyembah Allah, banyak orang yang tidak percaya. Bahkan beliau ditentang oleh keluarganya sendiri. Namun, kegigihan beliau dilandasi oleh keyakinan kuat bahwa akan ada pertolongan dari Allah Swt. Maka dalam masa 23 tahun, Rasulullah Swt. mampu mengubah bangsa Arab dari bangsa yang tidak beradab menjadi masyarakat yang beragama, mengubah dari bangsa yang paling jelek menjadi bangsa yang baik. Beliau dapat menaklukkan Makkah dan menanamkan akidah bagi bangsa Makkah. Ia pun mendapat gelar al-Amin bukan hanya dari sahabat, tetapi juga dari lawan.

Ketika masa kejatuhan masyarakat Islam, bangsa Barat mengambil ilmu-ilmu dari ilmuwan-ilmuwan Islam. Namun, mereka meninggalkan akidah Islam. Melihat dunia saat ini, orang-orang di negara maju seperti Korea, Jepang, ataupun Amerika, sangat bebas melakukan hal-hal yang sangat dilarang oleh agama. Misalnya perzinaan, perjudian, dan minuman keras. Banyak orang di negara maju yang tidak tahu arah hidupnya. Agama hanya menjadi simbol ketika lahir, menikah, dan mati. Bahkan di bangsa-bangsa maju, pernikahan sesama jenis dilindungi dengan undang-undang. Di negara-negara Islam pada masa sekarang pun tak kalah mengerikan, perilakunya jauh dari tuntunan Islam, jauh dari ajaran al-Quran. Perang saudara dan perebutan kekuasaan terjadi di banyak tempat. Di samping itu, setiap hari televisi hanya dihiasi oleh berita-berita tentang perang, pertumpahan darah, penderitaan, dan kematian akibat perang.

Kenapa masyarakat Islam mengalami kemunduran?

Apakah orang Islam menjadikan al-Quran sebagai pegangan hidupnya? Kita menghabiskan waktu yang panjang untuk bisa mendapatkan gelar sarjana, magister, doktor, dll. Bandingkan dengan berapa lama kita menggunakan waktu untuk mendapatkan tiket ke surga? Per hari kita menuntut ilmu dunia menghabiskan waktu 7 jam, seangkan untuk menjalankan agama hanya 1 jam. Jika di logika, apakah benar untuk menjadi sarjana membutuhkan waktu 7 jam, sementara untuk menjadi ahli surga hanya butuh waktu 1 jam?

Kita sebagai ilmuwan, apakah sudah benar menggunakan waktu untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat? Apakah kita sudah menyediakan waktu yang cukup untuk mempelajari al-Quran dan  Hadits? Apakah kita sudah memahami yang diperintahkan al-Quran?

Pertanyaan-pertanyaan itu yang harus kita jawab. Jika jawabannya belum, maka itulah penyebab umat Islam mengalami kemunduran. Sikap, perilaku, dan tindakan kita belum sesuai dengan nila-nilai qurani. Menuju muslim yang paripurna itu kaffah (menyeluruh), menjadi muslim yang terbaik sampai kita meninggal. Kalau hari ini kualitas kita sama dengan hari kemarin, artinya kita mengalami kemunduran.

Itulah poin-poin penting materi yang disampaikan oleh Prof. Dr. Ing. Mitra Djamal, Dosen ITB dalam Studium Generale Program Pascasarjana UAD yang diikuti oleh 150 lebih mahasiswa baru dan 100 mahasiswa semester dua Pascasarjana UAD pada Jumat (5/9) di Auditorium Kampus II Jln. Pramuka 42 Yogyakarta. (Dans)