Revitalisi Kultur untuk Indonesia Berhati Nyaman

Dani Fadillah*

Jika pahami secara lebih mendalam, Kultur adalah aktualisasi perilaku kita dalam kehidupan sehari- hari dalam menghadapi kenyataan yang ada di depan mata, sesuatu yang memiliki makna sebagai penandaan atas kenyataan itu. Juga kultur adalah sebuah dunia penghayatan atas hidup dengan melakukan keberpihakan pada kebenaran, kebaikan, keindahan, dan kesucian dengan melakukan tindakan nyata pada nilai-nilai itu.

Sebuah kultur yang sehat merupakan acuan perilaku secara pribadi dalam besosialisasi guna memberi makna dalam kehidupan agar saling menghormati dalam martabat dan dalam perbedaan perilaku antar kelompok sosial dalam sebuah rumah besar yang ingin kita tinggali bersama dengan nyaman. Maka dalam timangan kultur sosial yang sehat jangan sampai ada seorangpun mendapat perilaku diskriminasi atas nama perbedaan suku, agama, ras, dan antar golongan untuk melahirkan sebuah peradaban yang beradab.

Lantas jika kemudian muncul pertanyaan tentang apa itu peradaban yang beradab, maka itu adalah suatu bentuk kristalisasi dari sikap saling menghormati antar individu sebagai manusia, sekali lagi, nilainya sebagai manusia. Peradaban yang beradab menjadi udara yang segar untuk kelanjutan nafas kehidupan untuk memperjuangkan pemerataan perekonomian, kesetaraan hak dan kewajiban warga negara, kesejatrahan, dan keadilan.

Kultur yang sehat akan memberi ruang tiap warganya untuk secara pribadi dan bersama dalam saling hormat untuk mengembangkan kemampuan kognitifnya (dalam ilmu dan pengetahuan), kemampuan rasa dalam estetika, kemampuan refleksi asal usul hidup dan maknanya dalam yang suci sebagai kemampuan religius serta kemampuan menimbang tindakan baik dan buruk dalam etika.

Berjalan sebagai sosok indonesia bukanlah sebuah perjalanan tunggal, melainkan sebuah perjalanan dengan membawa suku, agama, ras, dan antar golongan yang sangat majemuk. Dan sosok indonesia itu mengenakan jubah NKRI, sebagai jubah yang telah disepakati menjadi harga mati oleh berbagai kalangan dan the great old mans yang paham betul bagaimana pengorbanan dan perjuangan yang telah dilakukan untuk menjadi indonesia. Oleh karena itu di dalam keberagaman identitas tersebut harus ada spirit saling menghormati perbedaan, karena seandainya yang muncul adalah sifat anarkis dan hancurnya pensucian terhadap martabat sesama warga negara yang lahir adalah sebuah peradaban yang biadab.

Kesimpulannya, dalam praksis kehidupan yang dihayati dalam kemampuan memberikan  makna dan acuan nilai kebenaran, kesucian, kebaikan, dan keindahan dalam kehidupan, dapat dikatakan sebagai kebudayaan yang beradab karena memiliki kemampuan cipta dan rasa dalam kehendak budi, akal, dan nuraninya.

Dan jika berlawanan dari itu maka yang lahir adalah peradaban yang biadab dengan hati yang seolah mengalami mati rasa. Efek sederhana yang dapat untuk dirasakan adalah pola berbahasa halus dan sopan yang tidak mendapat tempat. Bayangkan saja jika mulai dari anak-anak sampai orang tua sudah penuh dengan kosakata hewan dan anggota tubuh yang tabu untuk disebut-sebut. Jangan sampai kita lupa bahwa kultur yang sehat akan melahirkan sebuah bangsa yang sehat pula sehat, sedangkan kultur sakit akan jauh dari keberhasilan untuk menciptakan sebuah bangsa yang berhati nyama.

*Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan,