img_0106.jpg

Sebulan di Kampus 4

Kampus merupakan daerah lingkungan bangunan utama perguruan tinggi tempat semua kegiatan akademis dan administrasi berlangsung. Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta sebagai salah satu Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) sedang menyelesaikan tahap akhir pembangunan kampus 4 di Jln. Ringroad Selatan, Bantul.

Kampus ini akan diproyeksikan sebagai kampus utama dengan konsep smart and green building. Setelah tahap akhir pengecoran kerangka bangunan Agustus lalu, 3 lantai paling bawah saat ini sudah digunakan perkuliahan sejak awal September. Fakultas yang menyelenggarakan kuliah di kampus 4 antara lain FSBK, FAI, dan FMIPA.

Sebulan sejak penggunaan pertama kali, berdasar wawancara kepada sejumlah 30 mahasiswa yang dipilih secara acak, fasilitas di kampus 4 sangat mendukung jalannya perkuliahan. Namun dari segi kenyamanan, mahasiswa merasa sangat terganggu dengan proses pembangunan yang masih berlangsung.

Nanda, mahasiswi Program Studi Sastra Inggris semester 1 menyampaikan, keadaan kampus saat pembelajaran berlangsung cukup bising. Tetapi, dari segi luas, tata letak ruangan, dan fasilitas membuatnya cukup nyaman.

“Awalnya saya cukup terganggu dengan proses pembangunan yang masih berlangsung, tetapi setelah sebulan ini karena sudah biasa, ya nyaman-nyaman saja,” paparnya.

Sementara itu, Cicilia yang juga merupakan mahasiswi Sastra Inggris semester 1 mengeluh tidak ada kantin di kampus 4. Selain itu, ia menyoroti terbatasnya toilet saat ini yang bisa digunakan.

Mayoritas dari mahasiswa yang diwawancarai mengeluh tentang polusi suara. Tetapi, banyak juga dari mereka yang menyatakan sangat terbantu dengan fasilitas yang ada di kampus 11 lantai ini. Beberapa mahasiswa menyarankan agar universitas menyediakan kantin dan menambah jumlah toilet yang bisa digunakan.

Ketika banyak mahasiswa mengeluh dengan polusi suara, kantin, dan toilet, justru Syaifur Rizal yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Sastra Inggris memiliki ide untuk berjualan jajan dan minuman.

“Kami memanfaatkan peluang usaha yang ada. Jualan ini sebenarnya untuk nambah biaya makrab HMPS, karena biaya dari kampus dibatasi. Awalnya jualan sekitar 10-20 item saja, alhamdulillah saat ini sudah cukup banyak,” terang Syaifur.

Ia mengaku, pisang coklat, martabak, risol, donat, dan beberapa jajanan lainnya hampir habis setiap harinya. Rencananya, keuntungan dari hasil penjualan akan dijadikan tambahan biaya untuk menyelenggarakan makrab HMPS Sastra Inggris. (ard)