Seminar Nasional: Membuat Pembelajaran Fisika Menjadi Menyenangkan

“Bagaimana ya mengajarkan pelajaran Fisika agar tidak menegangkan, sehingga siswa tidak takut lagi dengan Fisika?

Metode yang seperti apa yang bisa digunakan agar siswa merasa senang?” tanya Eko, salah satu guru Madrasyah Muhammadiyah Yogyakarta yang juga salah satu dari 300 peserta Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di Auditorium utama kampus 3 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada hari Minggu (24/6/2012) kemarin.

Dr. Ida Kaniawati, M.Si. salah satu pembicara dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung mengatakan, untuk menjadikan proses belajar mengajar lebih menyenangkan mulailah dari sesuatu yang kongkrit ke abstrak, dari yang sederhana ke yang kompleks atau dari yang mudah ke yang susah. Karena dengan seperti itu, akan timbul rasa ingin tahu pada siswa dan mudah-mudahan dapat menarik minat anak dalam Fisika. “Jangan sampai membuat pelajaran Fisika itu terkenal dengan hafalan-hafalan rumus yang banyak tetapi ajarkan mereka bahwa Fisika itu adalah suatu pelajaran untuk menemukan formula, sehingga demam rumus yang selama ini terjadi dapat teratasi,” paparnya saat menjawab pertanyaan peserta. Drs. Ishafit, M.Si. selaku Dekan FKIP dan Dra. Tri Wahyuningsih, M.Hum., serta Dian Artha Kusumaningtias, M.Pd.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika, dan Dr. Widodo, M.Si. dari BPM (Badan Penjamin Mutu) UAD. Seminar yang diikuti oleh 300 peserta se-Indonesia ini juga menghadirkan 50 pemakalah dari seluruh Indonesia sebagai call for paper.

Ida Kaniawati menjelaskan yang paling utama adalah bagaimana merubah indikasi pembelajaran Fisika berkolaborasi dengan siswa agar lebih dekat lebih sampai pesan yang ingin disampaikan.

“Salah satu indikasi mengapa lulusan Fisika menjadi berkurang itu adalah siswa-siswa yang sebelumnya sudah ditakuti oleh para siswa, hal itu dikarenakan dominasi gurunya sendiri, sehingga kegiatan belajar mengajar pun menjadi sangat menegangkan. Salah satu caranya itu dapat berkolaborasi antara guru senior dengan guru muda dalam mengembangkan profesionalitas.” Ungkap salah satu pembicara dari UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) Bandung.

“Dan kita juga harus mampu mengembangkan life skill anak dalam pembelajaran anak. Kita harus tahu apa-apa saja yang menjadi kontekstual anak dalam mengembangkan keterampilan mereka,” tambahnya. (FQ/Sbwh)

“Bagaimana ya mengajarkan pelajaran Fisika agar tidak menegangkan, sehingga siswa tidak takut lagi dengan Fisika?

Metode yang seperti apa yang bisa digunakan agar siswa merasa senang?” tanya Eko, salah satu guru Madrasyah Muhammadiyah Yogyakarta yang juga salah satu dari 300 peserta Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di Auditorium utama kampus 3 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada hari Minggu (24/6/2012) kemarin.

Dr. Ida Kaniawati, M.Si. salah satu pembicara dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung mengatakan, untuk menjadikan proses belajar mengajar lebih menyenangkan mulailah dari sesuatu yang kongkrit ke abstrak, dari yang sederhana ke yang kompleks atau dari yang mudah ke yang susah. Karena dengan seperti itu, akan timbul rasa ingin tahu pada siswa dan mudah-mudahan dapat menarik minat anak dalam Fisika. “Jangan sampai membuat pelajaran Fisika itu terkenal dengan hafalan-hafalan rumus yang banyak tetapi ajarkan mereka bahwa Fisika itu adalah suatu pelajaran untuk menemukan formula, sehingga demam rumus yang selama ini terjadi dapat teratasi,” paparnya saat menjawab pertanyaan peserta. Drs. Ishafit, M.Si. selaku Dekan FKIP dan Dra. Tri Wahyuningsih, M.Hum., serta Dian Artha Kusumaningtias, M.Pd.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika, dan Dr. Widodo, M.Si. dari BPM (Badan Penjamin Mutu) UAD. Seminar yang diikuti oleh 300 peserta se-Indonesia ini juga menghadirkan 50 pemakalah dari seluruh Indonesia sebagai call for paper.

Ida Kaniawati menjelaskan yang paling utama adalah bagaimana merubah indikasi pembelajaran Fisika berkolaborasi dengan siswa agar lebih dekat lebih sampai pesan yang ingin disampaikan.

“Salah satu indikasi mengapa lulusan Fisika menjadi berkurang itu adalah siswa-siswa yang sebelumnya sudah ditakuti oleh para siswa, hal itu dikarenakan dominasi gurunya sendiri, sehingga kegiatan belajar mengajar pun menjadi sangat menegangkan. Salah satu caranya itu dapat berkolaborasi antara guru senior dengan guru muda dalam mengembangkan profesionalitas.” Ungkap salah satu pembicara dari UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) Bandung.

“Dan kita juga harus mampu mengembangkan life skill anak dalam pembelajaran anak. Kita harus tahu apa-apa saja yang menjadi kontekstual anak dalam mengembangkan keterampilan mereka,” tambahnya. (FQ/Sbwh)