strategi_meningkatkan_long-term_memory_uad.jpg

Strategi Meningkatkan Long-Term Memory

Proses belajar yang dilakukan seorang siswa hendaknya dilakukan secara bertahap. Proses yang demikian ini akan meningkatkan daya ingat memori jangka panjang (long-term memory).

Saat ini banyak strategi pembelajaran matematika yang mengutamakan hafalan. Menurut Prof. Allan Lesile White, Ph.D., dari Western Sydney University Australia, strategi semacam ini berbahaya bagi pemahaman siswa. Hafalan akan memunculkan pemikiran singkat/instan yang akan berakibat pada rendahnya pemahaman siswa terhadap apa yang dipelajarinya.

Tujuan dari pembelajaran matematika adalah bagaimana konsep matematika dapat disimpan atau dipahami dan masuk pada long-term memory. Itulah kenapa kebermaknaan konsep sangat penting, karena konsep yang bermakna akan membuat informasi yang dipelajari dapat disimpan dalam long-term memory.

Pada acara Guest Lecture ‘Building a 21st Century Mathematical Brain’ yang diselenggarakan Prodi Pendidikan Matematika Universitas Ahmad Dahlan (PMAT-UAD) Yogyakarta, Allan menjelaskan pentingnya kombinasi antara pemahaman instrumental dan relasional di dalam pembelajaran matematika.

Penggabungan kedua pemahaman ini sebaiknya digunakan oleh guru dalam pembelajaran untuk meningkatkan perkembangan siswa agar tidak hanya menjadi siswa penghafal, melainkan bisa berpikir secara kritis, analitis, dan logis.

Pemahaman instrumental yaitu hasil dari belajar suatu ‘konsep atau aturan tanpa tahu maknanya’ atau ‘tanpa tahu kenapa dan bagaimana'. Sedangkan pemahaman relasional lebih pada kebermaknaan konsep dan mengembangkan pengetahuan yang mendalam dan terkoneksi.

Selain menjelaskan kedua pemahaman tersebut, Allan juga menyampaikan perihal pujian/reward bagi siswa. Ketika di dalam pembelajaran siswa dapat menjawab suatu pertanyaan dengan benar, maka jangan dipuji dari sisi pribadinya. Tetapi harus dipuji atas apa yang telah dilakukannya. Misalnya ‘jawaban yang bagus, analisis yang bagus’, bukan ‘kamu pandai, atau kamu pintar’.

Memuji secara personal, suatu ketika, akan membuat siswa berpikir bahwa saat dia melakukan kesalahan dia tidak akan diangap pintar lagi. Hal ini akan berakibat negatif pada psikisnya.

Apa yang disampaikan Allan dalam acara tersebut bertujuan untuk memotivasi guru Pendidikan Matematika agar selalu mengajak siswa mau menghadapi tantangan, membangun pemahaman matematika secara mandiri, membentuk koneksi-koneksi pengetahuan dan mengembangkan sikap positif terhadap pembelajaran matematika.

Kedatangan Allan di UAD ini merupakan kali kedua. Sebelumnya dia pernah hadir juga sebagai pembicara dalam acara yang diselenggarakan PMAT-UAD. Dia merasa UAD kampus yang luar biasa karena menghasilkan guru.

“Universitas Ahmad Dahlan sangat luar biasa karena menghasilkan para pendidik/guru. Bagi saya, pendidik itu seperti seorang super hero,” papar Allan ketika diwawancarai di Islamic Center kampus 4 UAD, Rabu (5/4/2017). (ard)