Studi Teater 42: “Koran” Mampu Membuat Orang Tersingkir

 

Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Sudah jatuh tertimpa tangga. Begitulah kira-kira nasib menjadi “wong cilik”. Warung Sanah terancam digusur karena Pemerintah sedang melakukan penataan dalam rangka promosi Kota. Tapi bukan itu saja yang membuat hati Sanah galau karena permasalahannya tidak berhenti sampai di situ. Fotonya dengan mbah Raken yang sedang pijet-pijetan di warung terpampang di Koran yang memuat berita penggusuran tersebut. Mendengar kabar tersebut, Karta, suami Sanah menjadi naik Pitam. Joko, tukang parkir, yang menjadi pelanggan setia di warung Sanah, memanfaatkan situasi ini untuk mengenyahkan saingannya, mbah Raken, dalam memperebutkna hati sanah.

Begitulah ringkasan cerita pementasan Teater 42 yang berlangsung Sabtu 29 Juni 2013 di kampus 2 Univeritas Ahmad Dahlan (UAD). Pentas yang berlangsung di basement tersebut merupakan Studi Pentas Komunitas Teater 42 yang berkisah tentang dinamika kehidupan yang terjadi seputar warung tradisional pada naskah drama “Koran”  karya Agung Widodo.

Menurut Angga Palsewa Putra. Warung tradisional sebagai salah satu elemen penting dan tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat kelas bawah menyimpan beragam cerita menarik. Mulai dari persoalan ekonomi, sosial, politik sampai pada perkara asmara. “Alasan tersebut yang menjadikan naskah ini layak dan menarik untuk diangkat ke atas panggung menjadi sebuah pertunjukan drama” ungkapnya dalam Facebook-nya.

“Harapannya pementasan ini dapat memberikan hiburan sekaligus sebagai sebuah bentuk usaha mendayagunakan seni yang mampu menyajikan realitas sosial disekitar kita” harapnya. (Doc)