Tole Sutikno*) : Internasionalisasi Jurnal TELKOMNIKA untuk Kemajuan Bangsa

Berdasarkan SK No: 51/Dikti/Kep/2010, Jurnal TELKOMNIKA (Indonesian Journal of Electrical Engineering) telah mendapatkan status sebagai jurnal nasional bidang rekayasa yang terakreditasi DP2M Dikti Depdiknas, dan berlaku hingga Juli 2013. Bahkan saat ini, TELKOMNIKA tercatat sebagai satu-satunya jurnal bidang Teknik Elektro yang terakreditasi di Indonesia, dan merupakan satu dari tiga jurnal bidang Teknologi Informasi yang terakreditasi Dikti. Tidak bisa dielakkan lagi, bahwa semenjak keluarnya keputusan SK No: 51/Dikti/Kep/2010 yang diumumkan Juni 2010 ini, perhatian para akademisi dan praktisi bidang Telekomunikasi, Elektronika, Listrik, Kendali, Komputer dan Teknologi Informasi terhadap jurnal ini makin menaik tajam. Hal ini bisa disimak dari tingkat penolakan makalah pada seleksi pemuatan Vol.8 No.2 Agustus 2010 yang mencapai 129%, dan naik menjadi 143% pada seleksi pemuatan Vol.8 No.3 Desember 2010 (meski pada nomor terbitan ini penulis diharuskan menulis makalahnya dalam bahasa Inggris). Penulis dari China turut mempublikasikan artikelnya pada nomor terbitan ini. Sementara itu, pada issue terakhir (Vol.9 No.1 April 2011), tingkat penolakan makalah telah menaik tajam menjadi 310% (yang artinya dari empat makalah masuk hanya dipilih satu makalah). Pada issue ini, Penulis dari India, Malaysia, Nigeria dan Jepang juga telah mengambil porsi yang signifikan.

Nomor terbitan Vol.8 No.3 Desember 2010 inilah yang dijadikan tonggak awal “program internasionalisasi” jurnal TELKOMNIKA. Bagaimanapun, rintisan awal sebenarnya telah dimulai dari tahun 2008, di mana TELKOMNIKA terindeks oleh pengindeks jurnal caliber internasional “Direct Open Access Journal” (DOAJ) dan Index-Copernicus, begitu pula dilanjutkan dengan kerjasama dengan penyedia layanan jurnal caliber internasional, EBSCO Publishing dan Pro-Quest. Kini, TELKOMNIKA telah banyak di-indeks oleh pengindeks kaliber internasional, termasuk diarsip oleh berbagi perpustakaan universitas besar di dunia, mulai dari Asia, Afrika, Amerika, dan Eropa.

Meskipun TELKOMNIKA telah berwawasan internasional, jurnal ini masih memegang teguh semangat kebangsaan. Dalam lingkup lokal, TELKOMNIKA berusaha turut menghidupkan perjurnalan di lingkungan Universitas Ahmad Dahlan. Dalam lingkup nasional, salah satu misi utama TELKOMNIKA untuk bangsa Indonesia adalah berkomitmen untuk membina para penulis di Indonesia. Oleh sebab itu pengelola TELKOMNIKA telah mengambil kebijakan strategis dengan memberikan kesempatan kepada para penulis untuk selalu memperbaiki tulisannya dan tidak langsung me-reject suatu makalah masuk (kecuali pada kondisi yang sangat buruk). Editor TELKOMNIKA juga akan turut membina dan membantu pengayaan referensi jurnal/prosiding internasional berkualitas dan mutakhir sedemikian hingga penulis akan mampu menghasilkan naskah dengan standar jurnal internasional berkualitas tinggi. Karenanya, Editor TELKOMNIKA telah direkrut dari para professor, doktor dan expertise professional dari berbagai negara untuk turut mendorong program ini.

Bentuk partisipasi lain TELKOMNIKA dalam turut memajukan iklim menulis ilmiah, khususnya di kalangan dosen-dosen Indonesia adalah dengan mendukung dilaksanakannya program-program desimenasi. Pada tahun 2010, TELKOMNIKA telah bermitra dengan “Forum Biomedical Engineering (BME)” untuk digelarkan “the 8th South-East Asian Congress of Medical Physics”, dan pada tahun 2011 telah bermitra dengan Universitas Islam Sultan Syarif Kasim Riau untuk terselenggaranya “Seminar Nasional Teknologi Informasi Komunikasi dan Industri (SNTIKI 2011)” yang akan dilaksanakan di Hotel Ibis, Pekanbaru, Riau pada 12 Oktober 2011.

Bagaimanapun ada banyak kendala di dalam pengembangan jurnal TELKOMNIKA menuju jurnal internasional bereputasi, baik dari sisi internal maupun eksternal. Berbagai bentuk resistansi sudah pasti dihadapi. Contoh hal yang sederhana adalah ketidakyakinan beberapa pengelola, dan juga karena TELKOMNIKA diterbitkan oleh sebuah PTS, yang bagi beberapa professor dan doktor dari PTN ternama di Indonesia, sangat sulit menerima kenyataan bahwa naskahnya harus direview oleh dosen PTS. Guna menjawab berbagai tantangan ini, Editor-in-Chief didukung personil yang berkomitmen tinggi semakin tertantang dengan situasi ini.

Pada Juni 2010, TELKOMNIKA telah mengajukan proposal untuk dievaluasi menjadi salah satu jurnal internasional yang akan di-indeks oleh SCOPUS (pengindeks terbesar dan ter-prestise kedua di dunia). Hasil evaluasi kita harapkan dapat diperoleh pada akhir tahun 2011 dengan hasil yang baik, sehingga akan menjadi jurnal ke-6 di Indonesia yang masuk daftar SCOPUS (Elsevier, Science Direct dan jaringannya). Hal ini diharapkan akan menjawab semua keragu-raguan yang ada. Begitu pula pada November 2010, TELKOMNIKA telah mengajukan proposal untuk dievaluasi oleh Thomson Reuters (formerly ISI Thomson, pengindeks terbesar dan ter-prestise di dunia). Kita harapkan di awal tahun 2012 akan mendapatkan keputsan dari Thomson Reuters, sehingga akan menjadi jurnal pertama dari Indonesia yang masuk terindeks oleh Thomson Reuters. Karenannya, dukungan dan do’a dari berbagai pihak saya dinantikan. Terima kasih pada pimpinan Universitas Ahmad Dahlan yang telah memberi dukungan penuh, dan juga apresiasi yang setinggi-tingginya pada segenap pengelola, penulis dan semua pihak yang turut membantu tumbuh kembang TELKOMNIKA. (TS)

 

*) Tole Sutikno sebagai Editor-in-Chief TELKOMNIKA

(Dosen Tetap Teknik Elektro Universitas Ahmad Dahlan)

 

 

Berdasarkan SK No: 51/Dikti/Kep/2010, Jurnal TELKOMNIKA (Indonesian Journal of Electrical Engineering) telah mendapatkan status sebagai jurnal nasional bidang rekayasa yang terakreditasi DP2M Dikti Depdiknas, dan berlaku hingga Juli 2013. Bahkan saat ini, TELKOMNIKA tercatat sebagai satu-satunya jurnal bidang Teknik Elektro yang terakreditasi di Indonesia, dan merupakan satu dari tiga jurnal bidang Teknologi Informasi yang terakreditasi Dikti. Tidak bisa dielakkan lagi, bahwa semenjak keluarnya keputusan SK No: 51/Dikti/Kep/2010 yang diumumkan Juni 2010 ini, perhatian para akademisi dan praktisi bidang Telekomunikasi, Elektronika, Listrik, Kendali, Komputer dan Teknologi Informasi terhadap jurnal ini makin menaik tajam. Hal ini bisa disimak dari tingkat penolakan makalah pada seleksi pemuatan Vol.8 No.2 Agustus 2010 yang mencapai 129%, dan naik menjadi 143% pada seleksi pemuatan Vol.8 No.3 Desember 2010 (meski pada nomor terbitan ini penulis diharuskan menulis makalahnya dalam bahasa Inggris). Penulis dari China turut mempublikasikan artikelnya pada nomor terbitan ini. Sementara itu, pada issue terakhir (Vol.9 No.1 April 2011), tingkat penolakan makalah telah menaik tajam menjadi 310% (yang artinya dari empat makalah masuk hanya dipilih satu makalah). Pada issue ini, Penulis dari India, Malaysia, Nigeria dan Jepang juga telah mengambil porsi yang signifikan.

Nomor terbitan Vol.8 No.3 Desember 2010 inilah yang dijadikan tonggak awal “program internasionalisasi” jurnal TELKOMNIKA. Bagaimanapun, rintisan awal sebenarnya telah dimulai dari tahun 2008, di mana TELKOMNIKA terindeks oleh pengindeks jurnal caliber internasional “Direct Open Access Journal” (DOAJ) dan Index-Copernicus, begitu pula dilanjutkan dengan kerjasama dengan penyedia layanan jurnal caliber internasional, EBSCO Publishing dan Pro-Quest. Kini, TELKOMNIKA telah banyak di-indeks oleh pengindeks kaliber internasional, termasuk diarsip oleh berbagi perpustakaan universitas besar di dunia, mulai dari Asia, Afrika, Amerika, dan Eropa.

Meskipun TELKOMNIKA telah berwawasan internasional, jurnal ini masih memegang teguh semangat kebangsaan. Dalam lingkup lokal, TELKOMNIKA berusaha turut menghidupkan perjurnalan di lingkungan Universitas Ahmad Dahlan. Dalam lingkup nasional, salah satu misi utama TELKOMNIKA untuk bangsa Indonesia adalah berkomitmen untuk membina para penulis di Indonesia. Oleh sebab itu pengelola TELKOMNIKA telah mengambil kebijakan strategis dengan memberikan kesempatan kepada para penulis untuk selalu memperbaiki tulisannya dan tidak langsung me-reject suatu makalah masuk (kecuali pada kondisi yang sangat buruk). Editor TELKOMNIKA juga akan turut membina dan membantu pengayaan referensi jurnal/prosiding internasional berkualitas dan mutakhir sedemikian hingga penulis akan mampu menghasilkan naskah dengan standar jurnal internasional berkualitas tinggi. Karenanya, Editor TELKOMNIKA telah direkrut dari para professor, doktor dan expertise professional dari berbagai negara untuk turut mendorong program ini.

Bentuk partisipasi lain TELKOMNIKA dalam turut memajukan iklim menulis ilmiah, khususnya di kalangan dosen-dosen Indonesia adalah dengan mendukung dilaksanakannya program-program desimenasi. Pada tahun 2010, TELKOMNIKA telah bermitra dengan “Forum Biomedical Engineering (BME)” untuk digelarkan “the 8th South-East Asian Congress of Medical Physics”, dan pada tahun 2011 telah bermitra dengan Universitas Islam Sultan Syarif Kasim Riau untuk terselenggaranya “Seminar Nasional Teknologi Informasi Komunikasi dan Industri (SNTIKI 2011)” yang akan dilaksanakan di Hotel Ibis, Pekanbaru, Riau pada 12 Oktober 2011.

Bagaimanapun ada banyak kendala di dalam pengembangan jurnal TELKOMNIKA menuju jurnal internasional bereputasi, baik dari sisi internal maupun eksternal. Berbagai bentuk resistansi sudah pasti dihadapi. Contoh hal yang sederhana adalah ketidakyakinan beberapa pengelola, dan juga karena TELKOMNIKA diterbitkan oleh sebuah PTS, yang bagi beberapa professor dan doktor dari PTN ternama di Indonesia, sangat sulit menerima kenyataan bahwa naskahnya harus direview oleh dosen PTS. Guna menjawab berbagai tantangan ini, Editor-in-Chief didukung personil yang berkomitmen tinggi semakin tertantang dengan situasi ini.

Pada Juni 2010, TELKOMNIKA telah mengajukan proposal untuk dievaluasi menjadi salah satu jurnal internasional yang akan di-indeks oleh SCOPUS (pengindeks terbesar dan ter-prestise kedua di dunia). Hasil evaluasi kita harapkan dapat diperoleh pada akhir tahun 2011 dengan hasil yang baik, sehingga akan menjadi jurnal ke-6 di Indonesia yang masuk daftar SCOPUS (Elsevier, Science Direct dan jaringannya). Hal ini diharapkan akan menjawab semua keragu-raguan yang ada. Begitu pula pada November 2010, TELKOMNIKA telah mengajukan proposal untuk dievaluasi oleh Thomson Reuters (formerly ISI Thomson, pengindeks terbesar dan ter-prestise di dunia). Kita harapkan di awal tahun 2012 akan mendapatkan keputsan dari Thomson Reuters, sehingga akan menjadi jurnal pertama dari Indonesia yang masuk terindeks oleh Thomson Reuters. Karenannya, dukungan dan do’a dari berbagai pihak saya dinantikan. Terima kasih pada pimpinan Universitas Ahmad Dahlan yang telah memberi dukungan penuh, dan juga apresiasi yang setinggi-tingginya pada segenap pengelola, penulis dan semua pihak yang turut membantu tumbuh kembang TELKOMNIKA. (TS)

 

*) Tole Sutikno sebagai Editor-in-Chief TELKOMNIKA

(Dosen Tetap Teknik Elektro Universitas Ahmad Dahlan)