Trik Amerika Adudomba Antar Negara

Oleh

Wajiran, S.S., M.A.

(Dosen Fakultas Sastra Budaya dan Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan

Dan Pemerhati Kebijakan Amerika Serikat)

Upaya Amerika Serikat untuk menguasai dunia nampaknya semakin mantab. Upaya-upaya yang dilakukan baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terang-terangan sudah mulai dilancarkan. Di wilayah Timur Tengah dimana sosiobudaya masyarakatnya keras dan anti terhadap barat, Pentagon menggunakan model adudomba terselubung dengan menggunakan lembaga Intelegentnya, CIA. Sedangkan untuk wilayah Asia, dimana masyarakatnya terlihat lebih akomodatif, negara Adidaya itu menggunakan intervensi terang-terangan.

Amerika telah mengirimkan Armada perangnya ke perairan Laut Cina Selatan di tengah memanasnya sengketa kawasan itu. Itu sebabnya ketegangan antara Cina dengan Filipina dan Vietnam semakin meruncing. Kehadiran Kapal Induk USS George Washington pada hari sabtu (20/10) merupakkan sinyal negatif bagi Cina yang sebelumnya menggelar latihan militer di Laut Cina Timur. Kedatangan Amerika sebagai tanda arogansi yang ingin menunjukan pengaruh di kawasan Asia Pasifik. Pentagon akan mendukung Vietnam dan Filipina terkait sengketa perbatasan wilayah tersebut.

Dalam sejarahnya, Vietnam adalah musuh bebuyutan bagi Amerika Serikat, namun saat ini Amerika ingin memanfaatkan Vietnam sebagai ujung tombak menghancurkan Cina. Kapten Angkatan Laut AS, Gregory Fenton mengatakan bahwa maksud kedatangannya adalah untuk tujuan ingin melihat bagaimana negara-negara di kawasan ini menyelesaikan ketegangan (republika, 22/10/12). Cara-cara seperti inilah yang kemudian menyulut kebencian pemerintah Cina terhadap Arogansi Gedung Putih mencampuri urusan negara lain. Itu sebabnya Cina bersiaga akan adanya kemungkinan dengan mempersiapkan tentara dan peralatan perang di pulau perbatasan Laut Cina Selatan itu.

Amerika Serikat mengklaim bahwa Laut Cina Selatan adalah gugusan milik Internasional yang tidak bisa diklaim fihak manapun. Di sisi lain, beberapa negara Asean mengklim Laut Cina Selatan sebagai bagian dari wilayahnya. Vietnam, Filipina, Brunai Darussalam, Malaysia, dan Cina, masing-masing merasa berhak atas wilayah itu. Akibatnya terjadilah ketegangan antar negara tersebut. Yang disayangkan, Amerika Serikat yang tidak ada keterkaitan secara langsung dengan daerah perbatasan tersebut ikut campur dengan dalih menjaga perdamaian dunia. Padahal, Amerika sengaja ingin memanfaatkan kondisi ketegangan ini untuk kepentingan politis di dalam menanamkan pengaruhnya. Negara Adidaya itu bahkan terang-terangan mendukung konfrontasi yang dilakukan oleh Vietnam.

****

Berbeda halnya dengan sikap Pentagon di wilayah Timur Tengah, Amerika lebih memilih cara-cara terselubung untuk mengadudomba antarnegara di wilayah ini. Ketegangan hubungan Turki dan Suriah digunakan sebaik-baiknya oleh CIA untuk memperkeruh masalah. Turki dan Suriah mengalami ketegangan sejak meletusnya revolusi rakyat Suriah bulan Maret 2011, melawan rezim keluarga Assad. Ketegangan itu semakin memuncak saat adanya tembakan ke perbatasan Turki yang menewaskan 6 orang warga sipil awal Oktober. Tindakan salah sasaran itu dibalas oleh Turki dengan menembak kembali wilayah Suriah. Bukan hanya itu, Turki juga memaksa pesawat sipil Airbus A320 miliki Syrian Air. Kedua negara kemudian menutup jalur penerbangan sipil ke masing-masing bandaranya.

Memanasnya hubungan Tuki-Suriah ternyata tidak lepas dari peran adudomba CIA yang melahirkan isu-isu sensitif antar kedua negara tersebut. Media massa Turki mengungkapkan, CIA sejak September telah mengingatkan otoritas Turki agar mewaspadai semua pesawat yang melintasi wilayah udara Turki menuju Suriah. Hoda El Huseini menulis sebuah artikel di harian Asharq Al Awsat, mengungkapkan bahwa CIA pada 10 Oktober memberi informasi Intelejen kepada otoristas Turki bahwa pesawat Airbus A320 milik Syrian Air yang baru lepas landas dari Moskow membawa peralatan militer. Setelah dilakukan pengecekan ternyata tidak diketemukan peralatan perang sebagaimana yang dikabarkan (Kompas, 21/10/12).

Pemerintahan Turki sudah terlanjur menindak tegas dengan memaksa turun pesawat Airbus A320 milih Suriah. Walhasil, terjadi ketegangan bukan hanya antara Turki dengan Suriah tetapi juga dengan Rusia. Meskipun fihak Turki akan menjamin keselamatan warga Rusia yang ada di dalam pesawat tersebut, tetap saja kedua negara itu saling bersitegang. Rusia mengecam adanya pemaksaan pendaratan pesawat itu. Sedangkan juru bicara CIA justru memberi dukungan kepada Turki atas tindakannya. Tindakan CIA ini sontak saja menyadarkan pemerintahan Turki bahwa ada indikasi adanya upaya adu domba yang dilakukan oleh CIA antara Turki-Suriah. AS dan Eropa ingin menggunakan Turki sebagai alat untuk melakukan penyerangan terhadap Suriah (kompas, 21/10/12).

Begitulah upaya-upaya Negara Adidaya dalam mengadudomba negara-negara saingan agar tidak menyaingi kemajuan negaranya. Upaya adu domba, secara terselubung maupun secara terang-terangan akan dilakukan untuk mengganggu konsentrasi pembangunan negara saingan. Wajar jika banyak pengamat yang mengatakan bahwa pemerintahan Amerika sedang mengalami sebuah penyakit kejiwaan, yaitu rasa wawas dan iri. Sehingga dengan segala daya upaya mencari celah untuk mengadu domba negara-negara yang dianggap saingan. Wallahua’lam bishawab.

Oleh

Wajiran, S.S., M.A.

(Dosen Fakultas Sastra Budaya dan Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan

Dan Pemerhati Kebijakan Amerika Serikat)

Upaya Amerika Serikat untuk menguasai dunia nampaknya semakin mantab. Upaya-upaya yang dilakukan baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terang-terangan sudah mulai dilancarkan. Di wilayah Timur Tengah dimana sosiobudaya masyarakatnya keras dan anti terhadap barat, Pentagon menggunakan model adudomba terselubung dengan menggunakan lembaga Intelegentnya, CIA. Sedangkan untuk wilayah Asia, dimana masyarakatnya terlihat lebih akomodatif, negara Adidaya itu menggunakan intervensi terang-terangan.

Amerika telah mengirimkan Armada perangnya ke perairan Laut Cina Selatan di tengah memanasnya sengketa kawasan itu. Itu sebabnya ketegangan antara Cina dengan Filipina dan Vietnam semakin meruncing. Kehadiran Kapal Induk USS George Washington pada hari sabtu (20/10) merupakkan sinyal negatif bagi Cina yang sebelumnya menggelar latihan militer di Laut Cina Timur. Kedatangan Amerika sebagai tanda arogansi yang ingin menunjukan pengaruh di kawasan Asia Pasifik. Pentagon akan mendukung Vietnam dan Filipina terkait sengketa perbatasan wilayah tersebut.

Dalam sejarahnya, Vietnam adalah musuh bebuyutan bagi Amerika Serikat, namun saat ini Amerika ingin memanfaatkan Vietnam sebagai ujung tombak menghancurkan Cina. Kapten Angkatan Laut AS, Gregory Fenton mengatakan bahwa maksud kedatangannya adalah untuk tujuan ingin melihat bagaimana negara-negara di kawasan ini menyelesaikan ketegangan (republika, 22/10/12). Cara-cara seperti inilah yang kemudian menyulut kebencian pemerintah Cina terhadap Arogansi Gedung Putih mencampuri urusan negara lain. Itu sebabnya Cina bersiaga akan adanya kemungkinan dengan mempersiapkan tentara dan peralatan perang di pulau perbatasan Laut Cina Selatan itu.

Amerika Serikat mengklaim bahwa Laut Cina Selatan adalah gugusan milik Internasional yang tidak bisa diklaim fihak manapun. Di sisi lain, beberapa negara Asean mengklim Laut Cina Selatan sebagai bagian dari wilayahnya. Vietnam, Filipina, Brunai Darussalam, Malaysia, dan Cina, masing-masing merasa berhak atas wilayah itu. Akibatnya terjadilah ketegangan antar negara tersebut. Yang disayangkan, Amerika Serikat yang tidak ada keterkaitan secara langsung dengan daerah perbatasan tersebut ikut campur dengan dalih menjaga perdamaian dunia. Padahal, Amerika sengaja ingin memanfaatkan kondisi ketegangan ini untuk kepentingan politis di dalam menanamkan pengaruhnya. Negara Adidaya itu bahkan terang-terangan mendukung konfrontasi yang dilakukan oleh Vietnam.

****

Berbeda halnya dengan sikap Pentagon di wilayah Timur Tengah, Amerika lebih memilih cara-cara terselubung untuk mengadudomba antarnegara di wilayah ini. Ketegangan hubungan Turki dan Suriah digunakan sebaik-baiknya oleh CIA untuk memperkeruh masalah. Turki dan Suriah mengalami ketegangan sejak meletusnya revolusi rakyat Suriah bulan Maret 2011, melawan rezim keluarga Assad. Ketegangan itu semakin memuncak saat adanya tembakan ke perbatasan Turki yang menewaskan 6 orang warga sipil awal Oktober. Tindakan salah sasaran itu dibalas oleh Turki dengan menembak kembali wilayah Suriah. Bukan hanya itu, Turki juga memaksa pesawat sipil Airbus A320 miliki Syrian Air. Kedua negara kemudian menutup jalur penerbangan sipil ke masing-masing bandaranya.

Memanasnya hubungan Tuki-Suriah ternyata tidak lepas dari peran adudomba CIA yang melahirkan isu-isu sensitif antar kedua negara tersebut. Media massa Turki mengungkapkan, CIA sejak September telah mengingatkan otoritas Turki agar mewaspadai semua pesawat yang melintasi wilayah udara Turki menuju Suriah. Hoda El Huseini menulis sebuah artikel di harian Asharq Al Awsat, mengungkapkan bahwa CIA pada 10 Oktober memberi informasi Intelejen kepada otoristas Turki bahwa pesawat Airbus A320 milik Syrian Air yang baru lepas landas dari Moskow membawa peralatan militer. Setelah dilakukan pengecekan ternyata tidak diketemukan peralatan perang sebagaimana yang dikabarkan (Kompas, 21/10/12).

Pemerintahan Turki sudah terlanjur menindak tegas dengan memaksa turun pesawat Airbus A320 milih Suriah. Walhasil, terjadi ketegangan bukan hanya antara Turki dengan Suriah tetapi juga dengan Rusia. Meskipun fihak Turki akan menjamin keselamatan warga Rusia yang ada di dalam pesawat tersebut, tetap saja kedua negara itu saling bersitegang. Rusia mengecam adanya pemaksaan pendaratan pesawat itu. Sedangkan juru bicara CIA justru memberi dukungan kepada Turki atas tindakannya. Tindakan CIA ini sontak saja menyadarkan pemerintahan Turki bahwa ada indikasi adanya upaya adu domba yang dilakukan oleh CIA antara Turki-Suriah. AS dan Eropa ingin menggunakan Turki sebagai alat untuk melakukan penyerangan terhadap Suriah (kompas, 21/10/12).

Begitulah upaya-upaya Negara Adidaya dalam mengadudomba negara-negara saingan agar tidak menyaingi kemajuan negaranya. Upaya adu domba, secara terselubung maupun secara terang-terangan akan dilakukan untuk mengganggu konsentrasi pembangunan negara saingan. Wajar jika banyak pengamat yang mengatakan bahwa pemerintahan Amerika sedang mengalami sebuah penyakit kejiwaan, yaitu rasa wawas dan iri. Sehingga dengan segala daya upaya mencari celah untuk mengadu domba negara-negara yang dianggap saingan. Wallahua’lam bishawab.