20151112085130_img_7580.jpg

Tusta Mendapat IPK Tertinggi Peringkat Kedua

Tusta tidak pernah menyangka sebagai wisudawan mendapatkan peringkat kedua Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) diantara wisudawan periode November 2016. Ia mengaku tidak pernah menargetkan minimal IP setiap semesternya.  “Saya hanya berupaya menjalankan kuliah dengan sungguh-sungguh dan melakukan yang terbaik dalam kuliah, tugas, praktikum maupun ujian” terangnya saat ditemui Rabu (9/11).

Ia tidak memiliki kiat khusus dalam belajar. Ia hanya berusaha banyak membaca. Tusta juga  berusaha fokus belajar saat berada di dalam kelas dan ditambah dengan banyak membaca.

Menurut perempuan kelahiran Sleman 6 Agustus 1983 ini, memiliki IPK tinggi itu penting-tidak penting. Karena IPK bukan segalanya, yang terpenting keterampilan mahasiswa dan bagaimana mahasiswa mengaplikasikan ilmu yang didapat saat perkuliahan. Tapi sebagai mahasiswa IPK penting karena sebagai bentuk hasil evaluasi. Intinya keterampilang dan nilai dalam IPK harus seimbang, sama-sama berkualitas.

Sangat menyukai anak-anak, Tusta mengaku memilih Program Studi (Prodi) PGSD karena terinspirasi ingin menjadi guru yang inspiratif bagi murid-muridnya kelak. Setelah wisuda ia berencana untuk mendaftar seleksi SM3T agar bisa mengajar di daerah pelosok Indonesia dan menginspirasi muridnya agar bercita-cita tinggi.

Selama kuliah di UAD, ia mengikuti beberapa perlombaan. Tusta pernah meraih peringkat 3 dalam lomba cipta komik IPA. Ia juga pernah mengikuti seleksi putra-putri PGSD dan  lomba debat Bulan Bahasa.