Kerja Sama Sentra HKI UAD dengan Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti melalui Program CPPBT dan IBT
Sejak berdiri tahun 2012, Sentra Hak Kekayaan Intelektual Universitas Ahmad Dahlan (HKI-UAD) mengembangkan diri agar menjadi universitas berbasis HKI dan entrepreneurial university. Guna mencapai tujuan tersebut, berbagai program dilakukan. Di antaranya membentuk skim penelitian baru yaitu Penelitian Inovatif Berpotensi Paten (PIPP).
“Hasil penelitian ini akan diajukan hak patennya untuk kemudian dihilirisasi menjadi produk komersial melalui program Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT),” kata Dr. Kintoko, M.Sc., Apt. selaku Kepala Sentra HKI UAD.
Selain membentuk skim PIPP, kata Kintoko lagi, Sentra HKI UAD mengembangkan diri menjadi lembaga inkubasi bisnis teknologi yang disebut Pusat Bisnis dan Teknologi (PBT). Produk paten juga akan diarahkan menjadi teknologi tepat guna yang ditransfer kepada UMKM melalui program Inkubasi Bisnis Teknologi (IBT). Kedua skim tersebut (CPPBT dan IBT) merupakan hasil kerja sama dengan Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti.
Untuk memberikan penjelasan tentang panduan mengajukan insentif CPPBT dan IBT, maka pada Selasa, (17/01/2017) diselenggarakan sosialisasi CPPBT dan IBT bertempat di hall Masjid Islamic Center, kampus 4 UAD. Pada kesempatan tersebut, hadir dari Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti untuk memberikan penjelasan dengan didampingi oleh ketua Sentra HKI UAD.
Acara yang dibuka oleh Wakil Rektor 1 UAD bidang akademik, Dr. Muchlas, M.T. ini diikuti 200 peserta. Selain dihadiri dari internal UAD, sosialisasi ini juga dihadiri oleh perwakilan dari incubator binaan se-DIY, delegasi dari LPPM se-kopertis 5 dan para kepala-kepala pusat/pusat studi di lingkungan UAD.
Kintoko yang juga merupakan dosen Farmasi UAD itu berharap melalui program ini, bisa mematahkan persepsi selama ini bahwa hasil penelitian berpotensi paten hanya menjadi “barang simpanan” di perpustakaan. Melalui program-program yang digulirkan CPPBT maupun IBT dapat mengembangkan iklim industrialisasi di Indonesia, sekaligus menjadi awalan yang baik dalam mewujudkan Tetrahelix. (Dok)