Kontroversi Adaptasi Novel “Ronggeng Dukuh Paruk” Ke Film Sang Penari
Tidak sedikit yang kecewa para pembaca “Novel Ronggeng Dukuh Paruk” saat dijadikan film dengan judul “Sang Penari”. “Katanya. Banyak yang terpotong, dan bahkan ada hal-hal penting dalam bukun (Novel Ronggeng Dukuh Paruk) tidak ditampilkan” mendengar hal tersebut Ahmad Tohari, pengarang Novel “Ronggeng Dukuh Paruh” menjelaskan dalam kuliah umum yang diadakan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan (PBSI- UAD).
“Kalau dikalkulasi membaca Novel “Ronggeng Dukuh Paruh” akan menghabiskan waktu kurang lebih 18 jam. Sedangkan durasi film hanya 1 sampai 2 jam. Tentu akan sangat beda hasilnya. Tetapi yang paling penting adalah ruh dalam novel tersebut benar-benar terasa dalam film tersebut” terang Ahmad Tohari dalam kuliah umum, Rabu (18/6/14).
“Tidak mungkin seseorang akan membuat hal yang sama dalam satu hal yang sama. Karena itu, saat mereka (Pihak penulis skenario) datang, saya minta mereka untuk membaca dengan baik novel tersebut dan tafsirkan seperti yang dia baca” lanjutnya kemudian saat ditanya oleh mahasiswa.
Acara yang juga dihadiri oleh PBSI FPBS IKIP Saraswati Tabanan Bali ini, dikuti juga 200 mahasiswa. Selain dihibur oleh tarian, musikalisasi puisi dari Teater JAB PBSI UAD. Pada kesempatan tersebut, dihibur juga oleh penampilan mahasiswa Bali dengan tarian khasnya.
Dalam sambutannya Dekan FKIP UAD, Dra.Trikinasih Handayani, M.Si. menyambut dengan baik dan mengucapkan selamat datang di Yogjakarta khususnya di FKIP UAD. “Semoga kita mendapatkan banyak manfaat dari kuliah umum pada hari ini dan mahasiswa dapat meningkatkan karya-karyanya dan kreativitas mereka” harap Trikinasih.
Diakhiri acara, selain foto-foto juga ada penandatanganan MOU serta dilanjutkan dengan penyerahan kenang-kenangan oleh keduabelah pihak. (Sbwh/Sgt)