konvergensi_media_dan_budaya_partisipasi_dalam_dakwah_islam_berkemajuan.jpg

Konvergensi Media dan Budaya Partisipasi dalam Dakwah Islam Berkemajuan

Proses teknologi mobile dan digital mendorong industri media menuju arah baru untuk melakukan integrasi, sinkronisasi, dan konglomerasi (Tapsell, 2015).

Taufiqur Rahman dalam makalahnya pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) MPI di kampus III Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Kamis (5/5/2016) mengatakan, ada beberapa implikasi konvergensi media. Di antaranya penguatan konglomerasi media, muncul fenomena “one newsroomfor multiplatform news media, integrasi media sosial, dan jurnalisme warga dengan media mainstream.

Untuk menanggulangi hal tersebut, kita perlu mengetahui hal-hal yang memengaruhi. Salah satunya adalah gejala budaya partisipan media tersebut.

Mengutip pernyataan Jenkins, Taufiqur Rahman menyampaikan ciri-ciri budaya partisipasi. Yakni minimnya hambatan terhadap ekspresi kreatif dan keterlibatan warga, dukungan kuat untuk mencipta dan berbagi karya dengan orang lain, bimbingan informal dari ahli buat para pemula, keyakinan bahwa setiap kontribusi itu berarti, serta ada hubungan sosial yang dirasakan oleh pihak-pihak yang terlibat.

Tentu saja, lanjut Taufiqur Rahman, kontribusi masyarakat sangat membantu dalam memberikan informasi. Tapi di sisi lain juga memungkinkan data yang ditulis tidak valid dan kurang tepat.

Akan tetapi, yang sangat membahayakan adalah bagaimana kini tontonan tidak lagi menjadi tuntunan. Inilah yang sangat susah untuk melakukan dakwah Islam berkemajuan. Karena itu, seperti yang dikatakan Din Syamsudin, untuk berdakwah, perlu visi keislaman Muhammadiyah yang tidak terikat dengan dimensi ruang dan dibatasi waktu, tetapi terkait dengan dimensi gerak. Yakni untuk menggerakkan bangsa agar hari ini lebih baik dari kemarin, dan yang akan datang harus lebih baik dari hari ini.