Mahasiswa Ciptakan Robot Pemadam Kebakaran
Kemenristekdikti menyetujui proposal mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang tergabung dalam kelompok Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC). Ketiga mahasiswa mencoba membuat prototipe pesawat tanpa awak yang difungsikan agar dapat membantu pemadam kebakaran memadamkan api dalam skala kecil maupun besar dengan menebarkan dry chemical powder pada lahan yang terbakar. Pesawat tanpa awak tersebut diberi nama Prototipe Robot Terbang Pemadam Kebakaran (Propeder). Mahasiswa tersebut ialah Rochmat Diantoro (Teknik Elektro), Muhammad Hamam Iqbal (Teknik Elektro), Eka Fitriyani (Fakultas Kesehatan Masyarakat), yang dibimbing dan didampingi oleh Anton Yudhana, S.T., M.T., Ph.D.
Menurut ketua tim, Rochmat Diantoro, gagasan untuk membuat Propeder dilatarbelakangi oleh masalah kebakaran yang sering terjadi di Indonesia.
“Kebakaran sering terjadi di Indonesia, terutama kebakaran dalam skala besar seperti kebakaran hutan dan lahan. Pemadaman kebakaran biasanya kurang efektif karena memakan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit. Apabila dilakukan pemadaman melalui jalur udara menggunakan pesawat/helikopter, dibutuhkan pilot yang ahli dan bahan bakar yang tidak sedikit. Apabila dilakukan melalui jalur darat menggunakan mobil pemadam kebakaran, akan sangat sulit untuk menjangkau lokasi. Minimnya jumlah pesawat juga akan menghambat dan mempersulit pemerintah dalam menanggulangi kebakaran hutan di Indonesia. Melihat permasalahan tersebut, sudah sewajarnya kami membuat teknologi berupa robot terbang yaitu Propeder. Ini merupakan pesawat tanpa awak yang dapat membawa bahan kimia dry chemical powder sebagai alat pemadam kebakaran yang dapat memadamkan api dengan cepat, serta dapat terbang secara otomatis menuju titik lokasi kebakaran. Pengoperasiannya dilakukan dari jarak jauh sesuai jalur yang ditentukan dan dapat menjangkau seluruh wilayah terjadinya kebakaran hutan,” terang Rochmat.
Data terbaru menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kebakaran hutan dan lahan dalam skala besar terjadi pada tahun 2015 di Sumatra dan Kalimantan.
Berdasarkan analisis Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan BNPB, hutan serta lahan seluas 2,6 juta hektar terbakar antara bulan Juni hingga Oktober 2015. Kebakaran paling luas terjadi di Sumatra dengan 832.999 hektar, disusul oleh Kalimantan dengan 806.817 hektar, serta Papua dengan 353.191 hektar. Presiden mengungkapkan kerugian akibat kebakaran hutan mencapai 220 triliun rupiah.
Data tersebut membuktikan bahwa kebakaran hutan dan lahan di Indonesia menyebabkan kerugian yang serius. Sejauh ini penanganannya kurang efektif karena masalah akses lokasi, SDM, dan biaya. Selain itu, lokasi titik kebakaran sulit terjangkau, terbatasnya pilot pesawat atau helikopter, serta banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk bahan bakar, transportasi, dan lain-lain.
Dampak bagi Lingkungan
Eka Fitriani memaparkan bahwa kebakaran hutan tidak hanya berpengaruh pada perekonomian saja, tetapi juga terhadap kesehatan. Asap dari kebakaran hutan mengandung komposisi gas yang dapat berbahaya bagi makhluk hidup, khususnya manusia, yakni dapat menyebabkan terjadinya Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Apabila dilakukan pemadaman api oleh pemadam kebakaran yang terjun langsung ke dalam titik api, maka keselamatan dari pekerja pun bisa terancam.
“Karena kerugian dari kebakaran hutan sangat serius maka diperlukan upaya penanggulangan yang efektif dan cepat tanpa membutuhkan biaya yang banyak, serta dapat mengurangi risiko bahaya keselamatan pemadam kebakaran. Kami menggunakan bahan kimia yang dapat memadamkan api secara efektif dan ramah lingkungan yaitu dry chemical powder sebagai solusi masalah ini,” papar Hamam.
Hamam dan Eka menjelaskan, dry chemical powder ramah lingkungan untuk digunakan karena tidak beracun, tidak berbahaya bagi tumbuhan, hewan, dan terutama manusia. Bahan ini juga tidak menghantarkan listrik dan dapat menahan radiasi panas.
Hadirnya terobosan baru yaitu Propeder, akan membantu mempercepat dan mempermudah pemadam kebakaran dalam upaya pemadaman kebakaran. Selain itu, waktu, keselamatan, dan biaya menjadi lebih efisien karena pemadam kebakaran tidak perlu terjun langsung ke dalam titik api melainkan hanya dengan mengoperasikan Propeder dalam jarak jauh. Ini menghindari risiko keselamatan yang mungkin terjadi pada pekerja dan biaya lebih efisien karena tidak perlu menggunakan bahan bakar untuk helikopter/pesawat.
“Selain tujuan utama Propeder untuk membantu pemadaman kebakaran, kami juga ingin mengajak teman-teman generasi muda agar tergerak untuk menciptakan suatu alat teknologi yang berguna dan dapat membantu masyarakat, karena saat ini adalah masa muda kita untuk berinovasi,” tutup Rochmat Diantoro.