Malam Penganugerahan Puisi Jogja 2012: Dosen dan Alumni PBSI UAD Raih Penghargaan Puisi
Penghargaan dalam sebuah kompetisi merupakan suatu pencapaian tersendiri bagi para peserta yang ikut dalam kompetisi tersebut. Oleh sebagian kalangan, penghargaan yang didapat merupakan titik tolak bagi kualitas dan kerja keras para pelakunya.
Selasa (28/02/2012), Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Studio Pertunjukan Sastra (SPS), dan Ernawaty Literaty Foundation (ELF) mengumumkan hasil dari perlombaan yang mereka selenggarakan: Lomba Cipta Puisi Jogja 2012. Lomba yang diselenggarakan pada bulan Januari – Februari ini berhasil menampung 306 judul puisi (68 diantaranya gugur administrasi). Peserta pun bervariatif, mulai dari pemula sampai mereka yang bisa disebut sebagai pendekar puisi Yogyakarta. “Ini adalah acara yang sengaja diselenggarakan untuk memancing kreativitas para penulis, khususnya Jogja. Mengapa Jogja? Karena tujuannya ya itu tadi, memupuk rasa cinta terhadap sastra (puisi) serta bertujuan untuk meningkatkatkan geliat sastra Daerah Istimewa Yogyakarta.” ujar Nana Ernawati, selaku direktur ELF dalam sambutannya.
Beliau menambahkan, tema yang diangkat memang dikhususkan lokalitas; nilai-nilai kebudayaan Yogyakarta untuk kehidupan berbangsa. “Hal ini sebagai respon terhadap maraknya kesemerawutan yang merajalela.”
Acara yang memperebutkan hadiah total 10 juta rupiah tersebut dibuka dengan penampilan kelompok musik puisi JAB dari Universitas Ahmad Dahlan (UAD) ini dihadiri oleh sastrawan-sastrawan yang berdomisili di tanah Gudeg ini, menyebut beberapa; Abdul Wachid B.S., Mustofa W. Hasyim, Teguh Ranum Sastra Asmara, Slamet Riyadi Sabrawi, dan lain-lain. Selain mereka, tampak para peserta lomba dan beberapa praktisi sastra yang sedang belajar maupun menetap di Jogja ikut meramaikan acara penganugerahan tersebut. “Dalam menyogyakan puisi itu, hal yang bisa dirasakan bahwa penyair berusaha membantu untuk menggenahkan kembali, meminjam Slavoj Zizek, apa yang bisa disebut sebagai big others masyarakat Jogya. Dalam konteks ini yang dimaksud dengan big others adalah institusi-institusi yang mempresentasikan gagasan dan tatanan masyarakatdi Yogyakarta, big others merujuk pada institusi yang mengupayakan kenyamanan, kesederhanaan, keharmonisan, di satu sisi, dan sangat mungkin nasionalisme atau bahkan patritisme di sisi lain”, rangkum para Juri dalam lembar pembahasannya. |
Perlombaan dihakimi oleh dewan juri yang memang mumpuni dan ahli di bidang sastra, seperti Suminto A. Sayuti, Aprinus Salam, dan Sri Widati ini berhasil menetapkan 5 pemenang, juara 1, 2, 3 dan harapan 1 dan 2. Para pemenang tersebut adalah, Juara 1 diraih oleh Indrian Koto, juara 2 Iman Budi Santosa, Juara 3 Oto Sukanto Cr, harapan 1 Wachid Eko Purwanto, dan harapan 2 Iqbal H. Saputra. Dua di antara pemenang tersebut adalah dari civitas UAD, yaitu Wachid Eko Purwanto dan Iqbal H. Saputra.
“Sebagai seorang penulis, Saya senang meski sedikit tak percaya pada mulanya. Musababnya, Saya hanya mengirimkan satu puisi saja dari tiga puisi yang dikuotakan. Sebagai seorang dosen sastra, ini merupakan tolak ukur dalam kehidupan akademis dan individu Saya. Mengenai puisi, bagi Saya puisi adalah katarsis. Jadi sangat baik untuk keberlangsungan karir Saya, baik di dunia sastra maupun di dunia keprofesian Saya sekarang” ujar pria yang baru saja berulang tahun pada tanggal 20 Februari.
“Ini adalah pencapaian tertinggi dalam karir kepenulisan Saya selama ini. Saya berharap ini bisa menjadi salah satu media motivasi bagi adik-adik saya di UAD dan JAB. Pencapaian ini adalah perjalanan Saya selama 4 tahun. Tidak mudah untuk menjadi seorang penulis yang baik. Kita harus terus mebaca, apa pun, tak hanya buku, tapi semua yang bersinggungan pada kelima indra yang kita miliki. Harus terus belajar dan tak usah kenal lelah dalam melangkah.” tutur mahasiswa asal Belitong yang menimba ilmu di PBSI angkatan 2007 yang baru diwisuda Desember 2011 lalu.(IHS) |
Penghargaan dalam sebuah kompetisi merupakan suatu pencapaian tersendiri bagi para peserta yang ikut dalam kompetisi tersebut. Oleh sebagian kalangan, penghargaan yang didapat merupakan titik tolak bagi kualitas dan kerja keras para pelakunya.
Selasa (28/02/2012), Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Studio Pertunjukan Sastra (SPS), dan Ernawaty Literaty Foundation (ELF) mengumumkan hasil dari perlombaan yang mereka selenggarakan: Lomba Cipta Puisi Jogja 2012. Lomba yang diselenggarakan pada bulan Januari – Februari ini berhasil menampung 306 judul puisi (68 diantaranya gugur administrasi). Peserta pun bervariatif, mulai dari pemula sampai mereka yang bisa disebut sebagai pendekar puisi Yogyakarta. “Ini adalah acara yang sengaja diselenggarakan untuk memancing kreativitas para penulis, khususnya Jogja. Mengapa Jogja? Karena tujuannya ya itu tadi, memupuk rasa cinta terhadap sastra (puisi) serta bertujuan untuk meningkatkatkan geliat sastra Daerah Istimewa Yogyakarta.” ujar Nana Ernawati, selaku direktur ELF dalam sambutannya.
Beliau menambahkan, tema yang diangkat memang dikhususkan lokalitas; nilai-nilai kebudayaan Yogyakarta untuk kehidupan berbangsa. “Hal ini sebagai respon terhadap maraknya kesemerawutan yang merajalela.”
Acara yang memperebutkan hadiah total 10 juta rupiah tersebut dibuka dengan penampilan kelompok musik puisi JAB dari Universitas Ahmad Dahlan (UAD) ini dihadiri oleh sastrawan-sastrawan yang berdomisili di tanah Gudeg ini, menyebut beberapa; Abdul Wachid B.S., Mustofa W. Hasyim, Teguh Ranum Sastra Asmara, Slamet Riyadi Sabrawi, dan lain-lain. Selain mereka, tampak para peserta lomba dan beberapa praktisi sastra yang sedang belajar maupun menetap di Jogja ikut meramaikan acara penganugerahan tersebut. “Dalam menyogyakan puisi itu, hal yang bisa dirasakan bahwa penyair berusaha membantu untuk menggenahkan kembali, meminjam Slavoj Zizek, apa yang bisa disebut sebagai big others masyarakat Jogya. Dalam konteks ini yang dimaksud dengan big others adalah institusi-institusi yang mempresentasikan gagasan dan tatanan masyarakatdi Yogyakarta, big others merujuk pada institusi yang mengupayakan kenyamanan, kesederhanaan, keharmonisan, di satu sisi, dan sangat mungkin nasionalisme atau bahkan patritisme di sisi lain”, rangkum para Juri dalam lembar pembahasannya. |
Perlombaan dihakimi oleh dewan juri yang memang mumpuni dan ahli di bidang sastra, seperti Suminto A. Sayuti, Aprinus Salam, dan Sri Widati ini berhasil menetapkan 5 pemenang, juara 1, 2, 3 dan harapan 1 dan 2. Para pemenang tersebut adalah, Juara 1 diraih oleh Indrian Koto, juara 2 Iman Budi Santosa, Juara 3 Oto Sukanto Cr, harapan 1 Wachid Eko Purwanto, dan harapan 2 Iqbal H. Saputra. Dua di antara pemenang tersebut adalah dari civitas UAD, yaitu Wachid Eko Purwanto dan Iqbal H. Saputra.
“Sebagai seorang penulis, Saya senang meski sedikit tak percaya pada mulanya. Musababnya, Saya hanya mengirimkan satu puisi saja dari tiga puisi yang dikuotakan. Sebagai seorang dosen sastra, ini merupakan tolak ukur dalam kehidupan akademis dan individu Saya. Mengenai puisi, bagi Saya puisi adalah katarsis. Jadi sangat baik untuk keberlangsungan karir Saya, baik di dunia sastra maupun di dunia keprofesian Saya sekarang” ujar pria yang baru saja berulang tahun pada tanggal 20 Februari.
“Ini adalah pencapaian tertinggi dalam karir kepenulisan Saya selama ini. Saya berharap ini bisa menjadi salah satu media motivasi bagi adik-adik saya di UAD dan JAB. Pencapaian ini adalah perjalanan Saya selama 4 tahun. Tidak mudah untuk menjadi seorang penulis yang baik. Kita harus terus mebaca, apa pun, tak hanya buku, tapi semua yang bersinggungan pada kelima indra yang kita miliki. Harus terus belajar dan tak usah kenal lelah dalam melangkah.” tutur mahasiswa asal Belitong yang menimba ilmu di PBSI angkatan 2007 yang baru diwisuda Desember 2011 lalu.(IHS) |